Cherreads

Chapter 7 - Bab 7 – Rahasia di Balik Ruang Arsip

Hari-hari berikutnya terasa ganjil bagi Alira. Setelah insiden di lantai 23, ia merasa setiap langkahnya di kantor diawasi. Tak hanya oleh kamera keamanan, tapi oleh tatapan-tatapan kosong karyawan yang tampak terlalu tenang, terlalu sopan… seperti menyembunyikan sesuatu.

Namun hari ini, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebuah memo kertas yang diselipkan diam-diam ke dalam map kerjanya:

"Ruang Arsip Lama – Lantai B2 – 22.30 malam ini. Datang sendiri."—S

Siapa "S"? Bu Sari? Tapi kenapa harus diam-diam? Kenapa bukan lewat email resmi?

Alira tahu, jika ia menuruti pesan itu, ia mungkin masuk ke perangkap. Tapi jika tidak, ia mungkin melewatkan jawaban penting yang sudah lama ia cari.

Dan malam itu, ia memutuskan untuk datang.

Pukul 22.27. Semua lantai kantor Raventh telah sepi. Lift turun perlahan menuju lantai B2—lantai bawah tanah yang digunakan sebagai ruang penyimpanan berkas fisik. Tempat itu nyaris tak pernah dikunjungi karena semua data kini berbasis digital.

Lampu di koridor B2 redup, menyisakan nuansa seperti lorong rumah sakit kosong yang tak berjiwa. Bau lembap menyambutnya.

Alira berjalan menyusuri lorong, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Suara langkah kakinya menggema, menyatu dengan bunyi lembut dari sistem pendingin yang menggeram pelan.

Ia tiba di depan pintu besi besar bertuliskan:"ARSIP PROYEK NON-AKTIF."

Dibukanya pintu itu perlahan. Derit engselnya menyambut seperti rintihan dari masa lalu. Rak-rak logam berjajar di dalam, dipenuhi berkas tua, map lusuh, dan kotak-kotak arsip yang tertutup debu. Tidak ada siapa-siapa.

Hening.

Hingga sebuah suara berat terdengar dari sudut ruangan."Terima kasih sudah datang, Alira."

Alira menoleh. Dari balik rak muncul seorang pria. Ia mengenakan pakaian seragam teknisi Raventh. Wajahnya tidak familiar.

"Siapa kau?" tanyanya curiga.

"Saya Andre. Pernah bekerja bersama ayahmu, belasan tahun lalu. Saya hanya… satu dari sedikit orang yang masih hidup."

Alira terpaku.

Andre mengeluarkan sebuah map lusuh dari balik jaketnya. Di atasnya tertulis:PROYEK RAHASIA – SANDI: BAYANGAN ALPHA

"Ini salinan dari dokumen lama yang pernah dikubur oleh Arkana," ucap Andre. "Ayahmu berhasil menyelundupkan sebagian dokumen ini sebelum semua dihancurkan. Tapi kau harus cepat. Mereka sudah tahu kau menggali kembali jejak lama."

Alira membuka map itu. Matanya menyapu cepat lembar demi lembar.

Proyek Bayangan Alpha bukan hanya tentang korupsi biasa. Itu tentang eksperimen manusia yang disamarkan sebagai program medis. Nama-nama peserta, kode-kode pembayaran, dan bahkan hasil percobaan yang menewaskan belasan orang tercatat jelas di dalamnya.

Dan salah satu nama penanggung jawab yang tercetak paling besar:REYAN ADITYA – DIREKTUR TEKNOLOGI ARKANA CORP.

Itu adalah… nama ayahnya.

"Ayahku?" bisik Alira. "Tidak mungkin…"

Andre menatapnya penuh empati. "Ayahmu bukan pelaku. Dia yang membongkar semuanya. Tapi agar tidak dicurigai, namanya digunakan sebagai front. Dia dijadikan boneka. Dan saat dia hendak keluar, mereka memutuskan menghabisinya."

Alira menggigit bibir. Dunia seperti berguncang. Ia ingin marah, ingin menangis, ingin lari dari ruangan itu. Tapi yang ia lakukan hanyalah menggenggam dokumen itu erat-erat, seakan hidupnya bergantung padanya.

Andre memberikan satu flashdisk lagi. "Di dalamnya ada rekaman video dari salah satu eksperimen. Jangan buka di sini. Jangan gunakan jaringan kantor. Jika mereka tahu… kau tidak akan selamat."

Seketika, suara langkah terdengar di lorong. Berat. Teratur. Semakin mendekat.

"Cepat! Lewat pintu belakang!" bisik Andre panik.

Mereka bergerak cepat, melewati tumpukan rak dan masuk ke lorong pemeliharaan sempit. Dari sana, Alira berhasil naik ke lantai atas lewat tangga darurat.

Pukul 23.04, Alira kembali ke apartemennya, napasnya masih terengah. Di tangannya, dua benda berbahaya: dokumen asli proyek Bayangan Alpha, dan flashdisk baru berisi rekaman eksperimen yang bisa menghancurkan lebih dari sekadar nama besar.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, Alira benar-benar sadar:dendamnya bukan hanya miliknya. Tapi milik puluhan orang lain yang telah dikorbankan dalam gelapnya Arkana.

Bab 7 ditutup saat Alira menatap layar laptopnya, jari-jarinya gemetar saat hendak membuka isi flashdisk. Tapi sebelum ia klik, layar tiba-tiba menjadi hitam. Dan muncul satu kalimat:

"KAMI TAHU KAU MELIHATNYA."

More Chapters