Cherreads

Chapter 8 - Bab 8 – Ancaman dari Orang Tak Dikenal

Alira menatap layar laptopnya yang kini gelap sepenuhnya. Kalimat yang tadi muncul masih menari di benaknya:

"KAMI TAHU KAU MELIHATNYA."

Bukan hanya mengintimidasi, tapi itu berarti satu hal yang jauh lebih serius: mereka menyusup ke sistem pribadinya.

Dengan panik, Alira segera mencabut flashdisk dari laptop, mematikan jaringan Wi-Fi, dan meletakkan laptopnya di dalam microwave rusak di bawah meja tempat yang disarankan dalam forum-forum konspirasi sebagai "ruang mati sinyal". Ia tahu itu mungkin konyol, tapi saat ini, ketakutan mengalahkan logika.

Tubuhnya gemetar. Ia menghubungi Andre, tapi tidak diangkat. Dihubungi lagi masih nihil. Bahkan pesan WhatsApp-nya hanya centang satu.

Apakah Andre sudah ditangkap? Atau lebih buruk…?

Pagi harinya, semua tampak normal. Terlalu normal. Saat ia tiba di kantor, tidak ada tatapan aneh, tidak ada peringatan, tidak ada berita buruk. Tapi justru karena itulah alarm dalam diri Alira berbunyi semakin keras.

Ia membuka loker kerjanya. Di dalamnya, ada sebuah amplop putih polos, tak ada nama, tak ada pengirim.

Tangannya bergetar saat membukanya. Di dalamnya ada satu foto… dirinya sedang tidur di kamar apartemen. Diambil dari jendela. Di belakang foto itu, tertulis dengan tinta merah:

"Berhenti atau ikut terkubur bersama mereka."

Alira hampir menjatuhkan foto itu.

Ia kini yakin mereka telah masuk ke kehidupannya sepenuhnya. Tak ada lagi tempat yang aman.

Hari itu, ia bekerja dengan jari-jari kaku dan pikiran berkabut. Namun ia berusaha terlihat tenang. Ia tahu, siapa pun yang mengirim foto itu, mungkin sedang memperhatikannya dari dekat.

Saat jam makan siang, ia pura-pura ke toilet, tapi justru menuju lantai 15, ruang logistik lama yang tak lagi aktif.

Di sana, ia menyalakan laptop cadangan tanpa koneksi Wi-Fi. Ia masukkan flashdisk Andre dan membuka folder utama:"ALPHA-EXPERIMENT-LOGS"

Isinya berupa file PDF laporan medis dan satu video. Ia klik video itu.

Gambarnya goyang, seperti rekaman kamera pengawas tersembunyi. Seorang pria setengah telanjang dipasangi alat-alat aneh di tubuhnya semacam tabung infus berisi cairan hitam pekat. Suara teredam terdengar:

"Eksperimen Subjek #004... hari ke-9... peningkatan aktivitas korteks... subjek menunjukkan gejala penolakan mental dan pendarahan internal."

Alira menutup mulutnya. Ia hampir muntah. Apa yang selama ini dilakukan Arkana bukan hanya ilegal itu sadis.

Ia pause video saat satu frame menunjukkan wajah seseorang di belakang alat medis wajah Bu Sari. Tidak diragukan lagi.

Sore harinya, saat keluar dari kantor, Alira merasa seseorang mengikutinya. Ia berhenti, menoleh, tapi tak ada siapa pun.

Sampai ia melewati terowongan kecil di belakang halte bus.

Tiba-tiba tangan mencengkeram pergelangan tangannya dari belakang dan menyeretnya ke dinding.

"Berhenti sekarang juga!" suara pria itu parau dan dingin. Wajahnya tertutup masker hitam, matanya merah. "Kau pikir kau pintar, Alira? Kau pikir hanya kau yang punya warisan dari orang tuamu?"

Alira menendang kakinya sekuat tenaga, berhasil membuat pria itu terhuyung. Ia lari, napas memburu, hingga masuk ke dalam minimarket 24 jam di ujung jalan.

Di sana ia menangis diam-diam di balik rak mie instan.

Pukul 22.40 malam itu, apartemennya sepi seperti biasa. Tapi ketenangan malam tak bisa menenangkan pikirannya. Ia menutup semua tirai, mematikan semua lampu, dan duduk bersandar di pojok ruangan dengan satu pisau dapur kecil di tangan.

Untuk pertama kalinya, Alira tidak hanya merasa diburu oleh kebenaran, tapi juga oleh kematian.

Bab 8 berakhir saat ponselnya bergetar. Satu pesan masuk dari nomor tak dikenal:

"Jika kau ingin tetap hidup, bertemu aku di pelabuhan tua jam 2 dini hari. Bawa semua bukti. Sendirian."

Dan Alira tahu malam ini bisa menjadi malam terakhirnya.

More Chapters