Cherreads

Chapter 26 - Silence Amidst Power

Darah masih mengalir di lantai aula. Kael berdiri di tengah, tubuhnya tegap dan pedang tergenggam dengan tenang. Di sekelilingnya, wajah-wajah yang semula penuh harapan kini menampilkan rasa takut, bingung, bahkan kebencian. Gemuruh bisik-bisik terdengar, orang-orang berusaha menenangkan diri sendiri sambil mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

Shiro, yang sebelumnya berusaha menghentikan Kael, kini terbaring di tandu, matanya masih memerah, dada tersengal. Wajahnya dipenuhi rasa kecewa dan kebingungan—bagaimana seseorang yang ia kagumi bisa melakukan hal sekejam ini? Di sisi lain, Clara menunduk, bibirnya bergetar. Ia merasa takut sekaligus bersalah karena tidak bisa menghentikan Kael, dan sekaligus terpaku pada ketegasan sang Main Character yang membuatnya merasa kecil di hadapannya.

Kael menatap semua itu, sejenak matanya berkilau. Ia merasakan beratnya pengkhianatan, kebencian, dan ketidakpahaman dari mereka yang baru saja ia selamatkan. Hanya ada kesunyian yang menyelubungi aula, diselingi suara tangis dan bisik warga yang ketakutan. Dalam hatinya, Kael hanya memikirkan satu hal.

"Kalian tidak mengerti… dan itu bukan kesalahan mereka. Karakter sampingan selalu punya kelemahan dan kekurangan."

Kael menarik napas panjang. Ia tahu bahwa semua mata kini tertuju padanya—tidak hanya warga, tetapi juga para Spectator yang mengamati setiap gerakannya dari jauh. Beberapa wajah Spectator tampak terkejut, sebagian bingung, namun yang lain tersenyum samar, menunggu kelanjutan dari kisah ini.

Tanpa berkata banyak, Kael menoleh ke arah aula, menatap warga yang ketakutan. Ia melangkah maju, menenangkan beberapa yang bisa ia jangkau, memberi isyarat bahwa kekacauan ini tidak akan berlangsung lebih lama. Wajahnya tetap dingin, tapi ada sedikit kehangatan ketika ia menatap mereka yang selamat.

"Takutilah aku, hiduplah dengan cara kalian sendiri dan rasakan kehebatan trinity, kalian bisa hidup tapi kalian perlu Main Character sebagai pembimbing kalian."

Wajah-wajah warga beragam—sebagian masih takut, sebagian mulai lega, dan sebagian lain masih penuh kebencian yang membeku di hati. Shiro, dari kejauhan, menatap Kael dengan mata yang bercampur antara kekaguman dan kebencian, sementara Clara menunduk, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Di balik semua itu, kota telah mulai bergerak perlahan. Utusan kerajaan mulai berdatangan, melihat aula yang kacau, mencoba meredakan kepanikan. Kael hanya berdiri, menunggu mereka untuk mengerti bahwa tindakan yang ia ambil bukanlah semata kekejaman, tetapi bagian dari jalan yang harus dilalui untuk membawa perubahan.

Dan dengan langkah yang mantap, Kael meninggalkan aula, meninggalkan darah, ketakutan, dan kebencian di belakangnya. Keheningan yang tertinggal terasa berat, dan sebuah bab baru, dengan pertanyaan tentang moral, kekuasaan, dan pengkhianatan, mulai terbuka bagi kota dan semua yang menyaksikan.

Kini Sang Main Character tersenyum, dan berkata dalam hatinya "Tidak masalah lagi pula aku sudah tau"

More Chapters