Cherreads

Chapter 32 - A Pawn?

Kelas tampak sunyi, namun udara terasa tegang. Kael berdiri di sisi jendela, tatapannya menembus langit di luar, tenang dan penuh perhitungan. Dari bayangan pintu, sebuah sosok masuk dengan langkah ringan namun cepat—Nolan. Reaksi Kael tetap datar, seakan sudah menunggu kedatangan itu.

"Hei, Kael. Santai aja, aku cuma mampir sebentar," Nolan menyapa dengan senyum lebar, tangannya berayun seperti anak nakal yang memasuki kelas tanpa izin. "Tapi serius nih, kita harus ngobrol. Ada hal penting soal Elior."

Kael menoleh perlahan, matanya tetap dingin namun penuh perhatian. "Aku menduga itu. Kau datang bukan untuk bercanda, Nolan." Suaranya rendah, setiap kata seperti dipilih dengan presisi.

Nolan tersenyum, mencondongkan badan ke arah Kael. "Hah, kau selalu bisa langsung membaca maksudku. Bagus. Elior… dia akan mengambil 'peran' itu. Kau tidak menyesal?"

Kael menatap jauh ke arah horizon. "Tidak. Semua tindakan ini harus konsisten dengan jalan cerita yang ditentukan Author. Elior memiliki perannya sendiri—dia tidak boleh mengganggu keseimbangan."

Nolan tertawa kecil, lalu serius seketika. "Ini akan gila, Kael. Trinity—kita akan mengaktifkan kemampuan dunia perpustakaan sampai batas maksimalnya. Dunia-dunia itu akan saling terhubung. Setiap buku, setiap cerita, setiap sudut dimensi… semuanya akan terasa seperti satu. Tugas kita sekarang adalah menyiapkan panggungnya. Elior hanyalah pion pertama."

Kael mengangguk pelan. "Aku mengerti… tapi setiap langkah harus diperhitungkan. Perubahan terlalu cepat bisa merusak keseimbangan cerita."

Nolan mendekat, menatap Kael langsung di mata. "Ah, jangan terlalu serius. Aku profesional, Kael, tapi ini juga menyenangkan, kan? Membuat dunia saling terhubung, menciptakan perspektif baru, menonton reaksi setiap karakter… kita punya kendali penuh. Dan kau? Kau tetap seperti biasa, tenang, dingin, tapi selalu siap."

Kael tersenyum tipis, suara rendahnya tenang. "Persis seperti itu yang diperlukan. Tidak ada ruang untuk kekacauan… meski kadang kekacauan itu muncul dari mereka yang paling polos."

Percakapan mereka berjalan panjang, membahas batas-batas kemampuan Trinity, potensi pengaruh Elior, hingga konsekuensi yang mungkin muncul di dunia nyata dan di dunia perpustakaan. Nolan sesekali menyela dengan canda ringan, namun matanya selalu menajam, mengawasi setiap reaksi Kael. Kael, di sisi lain, tetap tenang, hanya sesekali menatap Nolan dengan ekspresi yang menyiratkan evaluasi.

Tiba-tiba, bel panjang berbunyi. Nolan mengangkat alisnya, tersenyum tipis. "Ah, sepertinya waktunya datang. Elior juga sudah bangun."

Kael mengangguk. "Baik. Pastikan semuanya sesuai rencana Author."

Nolan melangkah mundur, senyumnya tetap mengembang. "Tenang… aku tetaplah trinity. Tapi lihat saja, ini akan mengasyikkan."

Dalam sekejap, tubuh Nolan menghilang, meninggalkan ruang yang hening. Saat Elior membuka mata, ia mendapati dirinya kembali di dunia nyata, tanpa ingatan tentang Dimensi Cahaya, dunia perpustakaan, atau Nolan. Semua kenangan misterius itu lenyap, meninggalkan hanya rasa kagum yang samar.

Kael menatap Elior dengan tatapan yang campur aduk antara kesal dan lega. "Sungguh… terlalu buru-buru," gumamnya pelan. Namun suaranya kembali tenang saat melihat Elior bangun sepenuhnya. "Tapi ini harus sesuai kehendak Author. Dia… harus menjadi 'seseorang'. Setiap langkah, bahkan yang terlihat menghilang, memiliki tujuannya."

Kael menatap jauh, menata diri untuk langkah selanjutnya. Dunia tetap berjalan, misteri terus menunggu, dan Trinity telah memulai gerakannya.

More Chapters