Debu dari pertarungan Kael dengan Azael kemarin masih beterbangan di alun-alun, namun di balai kerajaan suasananya seakan berbeda—tenang, hampir hening, meski ketegangan terasa di udara. Cahaya lilin menari di dinding, membentuk bayangan yang berganti-ganti seperti permainan rahasia yang sedang terjadi di hati para bangsawan.
Para bangsawan duduk mengelilingi meja bundar, wajah mereka setengah tersenyum, setengah menutupi rasa penasaran dan kekhawatiran. Beberapa mulai sadar bahwa Kael bukan ancaman, melainkan penyelamat yang memastikan keselamatan rakyat. Raja Leon Heart X menatap anak buahnya, matanya tegas namun lembut. "Kael… tindakannya kemarin… mungkin benar. Ancaman itu kini telah selesai."
Putri Clara Heart menunduk sebentar, lalu menatap Kael dari sisi meja, bibirnya tersenyum tipis. "Warga selamat, ayah. Dan Kael… ia bertindak cepat. Tapi tetap, jangan lengah."
John Barron, bangsawan muda yang kurang berpengalaman, menepuk meja dengan nada frustrasi. "Kau bilang Kael penyelamat? Lihat kota ini! Pedagang kehilangan dagangan, warga trauma. Apa benar dia benar-benar membawa kebaikan?"
Seorang bangsawan tua menatap tajam John, nada suaranya berat. "John… kau menilai dari kekacauan sementara, bukan dari hasil keseluruhan. Kael menghadapi Azael sendirian. Hasilnya jelas: rakyat selamat."
Kael berdiri di tengah aula, langkahnya tenang, suaranya lembut tapi menusuk:
"John… jika kau menilai seseorang dari kekacauan yang sementara, kau mungkin akan kehilangan gambaran yang lebih besar. Warga selamat, ancaman dihancurkan, itu fakta. Sisanya hanyalah opini yang mudah berubah."
John menatap Kael dengan frustrasi yang memuncak. "Tapi… ia bisa salah! Bagaimana jika Azael berikutnya lebih berbahaya?"
Kael tersenyum tipis, matanya menembus setiap wajah yang menatapnya. "Aku selalu memperhitungkan kemungkinan, dan aku tahu siapa yang aku lawan. Dan jika kau memikirkan strategi dengan benar, kau akan sadar bahwa tidak semua yang terlihat seperti ancaman benar-benar demikian."
Bangsawan lain menatap Kael dengan campuran kagum dan lega. Seorang bangsawan wanita menunduk, menahan senyum sambil bergumam, "Ia… begitu tenang, bahkan ketika yang lain mencoba mengadu domba. Tidak heran jika ia adalah Main Character."
Kael menambahkan, suaranya tetap rendah tapi tegas, hampir seperti bisikan yang hanya terdengar di telinga John:
"Sementara aku menghadapi Azael, fokus kalian tetap pada warga. Biarkan aku menghadapi yang tercela sendiri. Dan bagi yang berpikir bisa bermain-main dengan perjanjian… mudah-mudahan kalian belajar dari kesalahan kalian."
John merasakan dingin menjalar di punggungnya. Senyum tipis Kael adalah sindiran yang menohok—tanpa menyebut nama, tanpa menunjuk langsung, tetapi cukup untuk membuat John merasa terawasi dan terancam.
Seorang bangsawan tua menatap Kael, berkata dengan suara dalam hatinya bergetar penuh kekaguman: "Kael… kau bahkan tahu maksud mereka yang licik, tanpa harus menyinggungnya langsung."
Kael menunduk sedikit, matanya berbinar dengan kecerdasan yang menusuk, menandakan bahwa ia sudah mengetahui niat John. "Setiap rencana memiliki celah, setiap niat memiliki titik lemah. Aku hanya menunggu saat yang tepat."
Para bangsawan lain menahan napas, sebagian tersenyum lega, sebagian menatap John dengan rasa penasaran dan khawatir. John sendiri merasa dingin, sadar bahwa Main Character ini lebih tajam daripada yang bisa ia bayangkan, dan langkah selanjutnya akan menentukan nasibnya sendiri.
Balai kerajaan menjadi sunyi. Cahaya lilin bergetar, bayangan di dinding tampak seperti raksasa yang mengintai. Ketegangan itu terasa seperti badai yang menunggu untuk dilepaskan—pertarungan besar antara Kael dan Azael akan segera dimulai, dan setiap langkah selanjutnya para bangsawan akan menentukan nasib kota, warga, dan diri mereka sendiri.
