Cherreads

Chapter 18 - One purpose

John melangkah perlahan, menunduk saat beberapa Azael—wanita dan laki-laki—menghalangi jalannya. Wajah mereka tegang, tangan gemetar sedikit saat menahan kata-kata.

"Maaf… tapi ini… privasi kami," ucap salah satu, suaranya serak, mencoba menatap John tapi cepat menoleh menjauh.

John menatap mereka, alisnya berkerut. "Privasi? Maksud kalian… apa ini?"

Seketika, tubuh mereka kaku. Beberapa menghindar, wajah memerah, dan mulut mereka seolah dibungkam oleh rasa malu yang tak tertahankan. Mereka saling bertukar pandang, gerakan kecil mereka mengisyaratkan keragu-raguan, ketakutan, dan kebingungan sekaligus. John menelan ludah, diam sejenak, membiarkan kata-kata mereka menggantung di udara.

Dalam diam itu, pikirannya berjalan sendiri. Semua tindakan selama ini, keputusan yang ia ambil, semua perhitungan yang ia buat—dan semua janji yang ia genggam erat—menjadi bayangan panjang yang menghantui. Ia merasa kecil, tak berdaya, sekaligus tersadar bahwa jalannya selama ini selalu berada di tepi batas yang rapuh. Hatinya bergemuruh, dada terasa sesak, sementara matanya menatap kosong ke depan.

Sekonyong-konyong, sebuah panggilan terdengar di kepalanya—seruan yang menggetarkan: Raja meminta pertemuan. Jantung John berdegup lebih cepat. Ia menghela napas panjang sebelum melangkah, tiap langkah terasa berat.

Ketika ia tiba di hadapan Raja dan putrinya, suasana seketika berubah. Tatapan Raja menusuk seperti pedang, dan seketika John sadar bahwa pengkhianatannya—yang selama ini ia kira tersembunyi—telah terbuka. Arizone dan para Azael lain berdiri di belakang, diam tapi mata mereka menatap John penuh tuduhan.

"John Barron…" suara Raja berat, penuh kemarahan yang terkendali. "Apakah benar kau telah bersekutu dengan musuh sebelum sang Main Character tiba?"

John mencoba menelan ludah, suara ingin keluar tapi serak. "Bukan… bukan seperti itu, Yang Mulia…"

Namun argumennya terdengar lemah. Bukti yang tersusun begitu jelas, tatapan Arizone yang tak tergoyahkan, gerakan halus para Azael yang mengisyaratkan kebenaran—semua menekan John. Ia merasa dunia berputar lebih cepat, dan setiap detik menambah rasa takut yang menjerat hatinya.

Raja mencondongkan tubuhnya, pandangan menusuk ke dalam jiwa John. "Perjanjianmu… dengan musuh, kau tidak menepatinya. Akibatnya… hukumannya akan berat."

Tubuh John menegang. Keringat dingin membasahi punggungnya, napasnya tersengal. Ia ingat janji yang pernah dibuatnya, janji yang kini terasa seperti pedang di lehernya. Setiap kata Raja adalah ancaman yang nyata. Ia ingin menegosiasikan hukumannya, ingin meredakan ketegangan, tapi suara di kepalanya kosong—tidak ada cara mudah untuk keluar.

Namun, mata John menangkap sesuatu—sekelompok bangsawan dan beberapa Azael menatapnya dengan diam-diam. Ada dorongan halus dari mereka, pandangan yang memberi kekuatan, rasa perlindungan yang tak terlihat tapi nyata. Tubuhnya sedikit rileks, napasnya mulai teratur meski jantung masih berdegup kencang. Ia menyadari, meski dunia tampak menghancurkan, masih ada ruang untuk bertahan.

Raja mendesah, menundukkan kepalanya sesaat, dan keputusan berubah: John tidak akan dihukum berat. Ia hanya dialihkan menjadi bawahan Kael, posisinya sementara, tapi aman.

John menunduk, menahan perasaan yang campur aduk: kelegaan yang dalam, rasa syukur, dan juga kebingungan yang aneh. Bagian dalam dirinya berputar—bagaimana ia bisa selamat, dan bagaimana harus melangkah ke depan. Dalam keheningan itu, ia sadar satu hal: kini ia memiliki satu tujuan yang jelas. Tapi wajahnya tetap tenang, menahan rahasia perasaan yang bergolak, sementara hatinya perlahan menyesuaikan diri dengan kenyataan baru.

More Chapters