Cherreads

Chapter 11 - First fight

Keesokan harinya, matahari baru saja menembus kabut pagi ketika Kael menerima sebuah surat misterius. Tidak ada tanda pengirim, hanya sebuah pesan yang meminta pertemuan dengannya. Tanpa ragu, Kael menyiapkan diri—pedang katana yang ia ambil dari cerita fiksi lain tergenggam di tangan, baju tempurnya rapi, dan matanya tajam menatap kota yang mulai ramai.

Ia melangkah ke alun-alun pusat kota, di mana keramaian pasar dan pedagang berbaur dengan anak-anak yang bermain dan warga yang beraktivitas. Suasana tiba-tiba berubah ketika seorang pria muncul, tubuh tinggi dan proporsional, wajahnya tampan tapi memancarkan aura yang menggetarkan—Azael laki-laki, sosok sempurna tapi memancarkan kesombongan dan kebanggaan yang menakutkan.

"Salam, Kael Veyran. Aku ingin berbincang," kata Azael dengan sopan, nada suaranya halus tapi penuh ketegangan. Ia tersenyum tipis, seolah yakin pembicaraan ini akan berjalan damai.

Kael menatapnya sebentar. Tanpa berpikir panjang, ia mengayunkan pedang katana dengan presisi mematikan, menebas ke arah Azael. Pedang itu menembus udara dengan suara nyaring, dan pria itu menatap dengan mata melebar, merasa terhina dan marah.

"MC… kau… tidak punya sopan santun!" seru Azael, suaranya meninggi, kegelapan mulai menyelimuti tubuhnya. Cakar hitam muncul di tangan, memantulkan cahaya kota seperti bayangan yang bergerak liar.

Kael menunduk sedikit, suara tenang tapi tajam:

"Untuk apa aku harus sopan dengan Azael? Bukankah kalian sendiri seperti itu?"

Rasa hina Azael memuncak. Ia menyalurkan kekuatannya, sihir kegelapan meledak dari tangannya, bayangan hitam meluncur ke arah Kael. Kael melangkah ringan, menghindar dengan teknik pedang yang luar biasa, melesat dan berputar, setiap ayunan menyerang titik lemah Azael.

Warga sekitar panik. Pedagang berteriak, anak-anak berlari menutup mata, gerobak dan tenda berantakan saat gelombang kekuatan Azael menyapu udara. Beberapa warga terjatuh, debu beterbangan, aroma asap lilin dari toko terdekat bercampur dengan ketegangan yang menekan seluruh alun-alun.

Kael melompat, menebas, memutar pedangnya, setiap tekniknya presisi. Cakar Azael menebar, sihir kegelapan menyambar, tapi Kael menari di antara serangan itu. Dalam hitungan detik, pedang itu menembus pertahanan Azael, membuatnya tersungkur ke tanah.

Namun Azael tidak terima. Ia mencoba memprovokasi warga, berteriak:

"Lihatlah! Main Character ini… ia musuh kalian!"

Seketika, kepanikan meningkat, namun sebelum ucapan itu selesai, Kael meloncat ke udara, pedang berkilau menebas dengan presisi, mencincang tubuh Azael hingga lenyap dalam sekejap. Kegelapan yang menyelimuti Azael runtuh, tersedot ke udara seperti asap yang hilang ditelan angin.

Hening menyelimuti alun-alun. Warga menatap dengan campuran takut, kagum, dan bingung. Beberapa menangis karena trauma melihat pertarungan yang begitu cepat dan brutal. Bau debu, darah, dan asap menyatu di udara, namun aura dominasi Kael tetap memancarkan ketenangan yang membungkam semua ketakutan.

Dari jauh, kabar pertarungan itu segera terdengar ke telinga Raja Leon. Wajahnya tegang, sementara Putri Clara menahan napas, takut sekaligus kagum. Kael, dengan pedang masih berkilau di tangannya, berdiri di tengah alun-alun yang porak-poranda, pandangan tajam menembus setiap mata yang menatapnya.

Ia tidak hanya mengalahkan Azael dengan cepat, tapi juga menunjukkan bahwa setiap ancaman, meski tampak superior, tidak ada yang bisa mengimbangi Main Character.

Kael menunduk sejenak, memandang kota yang terguncang, merasakan detak jantung warga dan getaran dari setiap karakter di sekitarnya. Ia tersenyum tipis, sadar bahwa pertarungan ini hanyalah awal, dan dunia Trinity of Story baru saja menyaksikan satu babak dari kekuatan Sang Main Character yang sesungguhnya.

More Chapters