Cherreads

Chapter 8 - The arrival of the main character

Kael menjejakkan kaki di kota itu, dan seketika gemuruh sorak sorai menyambutnya. Jalanan dipenuhi penduduk, pedagang menunduk hormat, anak-anak berlarian dengan mata berbinar. Kael merasakan gelombang energi dari semua mata yang menatapnya—sebuah campuran antara kekaguman, harapan, dan rasa takut yang tak terucapkan.

Raja Leon Heart X berdiri di balai utama, jubahnya berkilau di bawah sinar matahari, dan matanya memancarkan kombinasi kebanggaan dan kewaspadaan. Di sisinya, Putri Clara Heart tersenyum anggun, tapi sedikit tegang, menyadari aura sang Main Character yang lebih besar daripada legenda yang pernah ia dengar.

Di bawah mereka, pelayanan kerajaan Karen tersenyum polos, sibuk memastikan semua tamu dan protokol berjalan lancar. Beberapa pelayan lain berkerumun, mencoba menahan rasa kagum mereka sambil menjaga jarak dari sosok yang semua orang sebut sebagai Main Character.

Awalnya, suasana meriah. Sorak-sorai dan tepuk tangan bergema di seluruh alun-alun, tapi perlahan Kael merasakan perubahan halus. Beberapa mata memancarkan kebencian, gerakan terselubung, dan bisik-bisik penuh intrik. Kael menatap mereka sebentar: sekte yang memusuhi Kael sedang mengawasi, dan beberapa bangsawan yang tersembunyi merencanakan sesuatu. Ia tidak terganggu. Malah, ada sedikit senyum di bibirnya, seolah rencana yang ia simpan sejak awal mulai berjalan.

Di tengah kegembiraan, Kael berjalan dengan tenang, setiap langkahnya memancarkan kepercayaan diri dan kontrol yang tak terbantahkan. Penduduk yang semula bersorak mulai merasakan getaran dari kehadirannya, beberapa menyadari ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar kedatangan seorang pahlawan. Raja Leon Heart X memeriksa Kael dengan mata tajam, merasakan kekuatan yang tak bisa diukur oleh gelar atau tentara. Putri Clara Heart, meski tersenyum, merasakan ketegangan dalam hatinya—antara kagum dan takut, antara harapan dan kewaspadaan.

Karen, pelayan kerajaan, merasakan detak jantungnya meningkat. Ada sesuatu pada Kael yang membuatnya ingin tetap dekat namun juga waspada. Pelayan lain merasakan hal yang sama, tidak bisa menahan rasa hormat meski sadar Kael bukan sekadar pahlawan biasa.

Seiring waktu berjalan, situasi mulai berubah. Gerak-gerik sekte musuh semakin jelas, mereka menyusun strategi, dan beberapa bangsawan tampak gelisah, merencanakan langkah licik. Namun Kael tetap tenang, membiarkan semua perasaan itu berputar di sekitarnya, seperti musuh menari di papan catur yang ia kendalikan.

Langit mulai memudar ke senja, cahaya matahari memantul di menara-menara kota, menyorot setiap bayangan, setiap rahasia yang terselubung. Kael menapak ke bangunan tertinggi, berdiri di puncaknya dengan punggung tegap. Angin berhembus, membawa aroma kota dan campuran ketakutan serta harapan dari semua yang berada di bawahnya.

Ia menatap seluruh kota, seluruh penduduk, seluruh mata yang memuja sekaligus mengawasinya, dan mengucapkan kalimat yang membuat semua hati bergetar—kalimat yang menegaskan kehebatan rencana yang ia simpan sejak awal. Dalam detik itu, setiap karakter merasakan emosi mereka sendiri: kekaguman, cemas, ketegangan, dan rasa penasaran akan apa yang akan datang.

Kael tersenyum, memandang jauh ke horizon, sadar bahwa langkahnya hingga saat ini hanyalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar. Sorak-sorai, bisik-bisik, dan ketegangan yang tersembunyi bersatu dalam momen dramatis itu—Sang Main Character telah mengambil posisinya, dan dunia ini akan merasakan pengaruhnya.

More Chapters