Cherreads

Chapter 1 - Bayangan di Balik Dendam

Bab 1 – Kecelakaan Itu

Hujan deras mengguyur kota malam itu, seperti takdir yang sengaja meneteskan air mata bersama seorang gadis muda bernama Alira. Di balik jendela apartemen mungilnya, ia menatap keluar dengan mata sembab, masih berusaha menata napas setelah menerima telepon yang mengubah segalanya.

"Nona Alira? Kami dari pihak kepolisian. Kami mohon Anda datang ke Rumah Sakit Citra Mandiri. Ada insiden… orang tua Anda mengalami kecelakaan."

Suara di ujung telepon itu terdengar kaku, terlalu formal, seakan ingin menahan emosi. Tapi satu kalimat terakhir yang paling menusuk telinganya, "Mereka tidak selamat."

Telepon itu terputus, meninggalkan Alira terdiam. Tangannya gemetar, ponsel hampir terlepas. Napasnya terasa berat, seperti ada batu menghantam dadanya.

Rumah sakit itu dingin. Dinding putihnya memantulkan suara langkah kaki dan gemericik hujan dari luar. Di sana, Alira berdiri kaku, jaket yang ia kenakan basah kuyup, rambut panjangnya menempel di wajahnya. Seorang polisi berseragam mendekat.

"Nona Alira?" tanyanya, suaranya pelan namun tegas.Alira hanya mengangguk, tak mampu berkata apa-apa.

Petugas itu membawanya ke ruang jenazah. Saat pintu logam itu terbuka, aroma antiseptik bercampur dinginnya udara dari mesin pendingin langsung menusuk hidung. Dua tubuh terbujur kaku di atas ranjang baja, ditutupi kain putih.

Langkah Alira goyah. Saat kain itu ditarik perlahan, wajah kedua orang tuanya terlihat."Mama… Papa…" suaranya pecah. Air mata menetes tanpa bisa ia tahan.

Ia meraih tangan ibunya yang dingin. "Kata siapa ini kecelakaan? Mama janji mau datang ke apartemenku besok… Mama janji…"

Tak lama setelah itu, seorang polisi berpangkat datang, menyerahkan sebuah amplop cokelat pada Alira."Ini ditemukan di mobil ayah Anda. Mungkin penting," ucapnya singkat.

Alira menerima amplop itu dengan tangan bergetar. Di depannya tertera tulisan tangan ayahnya, huruf-hurufnya tegas tapi terlihat terburu-buru:

"Untuk Alira. Jika kau menemukan ini, berarti sesuatu telah terjadi. Jangan percaya siapa pun. Cari kebenaran. Dan waspadai bayangan itu."

Kata-kata itu membuat bulu kuduknya meremang. "Bayangan itu?" gumamnya, bingung.

Di luar rumah sakit, hujan masih turun, tapi kini lebih tenang. Alira duduk di halte kosong, menggenggam amplop itu. Matanya merah, pikirannya kacau.

Dari kejauhan, sepasang mata mengawasinya mata seorang pria yang berdiri di balik pohon, hanya tampak bayangan tubuhnya dari lampu jalan. Ia mengeluarkan rokok, menyalakannya, lalu menghembuskan asap ke udara malam.

"Dia sudah tahu," gumam pria itu dengan suara rendah. "Permainan baru saja dimulai."

Bab 1 berakhir dengan Alira yang menatap ke langit malam, tak menyadari bahwa sejak detik itu, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

More Chapters