Cherreads

Chapter 12 - CINTA YANG HILANG TANPA DISADARI

Chapter 12: Mengukir Jalan Baru

Kalya terbangun pagi itu dengan perasaan yang lebih ringan. Seperti menghirup udara segar setelah bertahun-tahun terjebak dalam kabut. Ia memandang ke luar jendela, menyaksikan dunia yang berputar tanpa henti, dan untuk pertama kalinya sejak sekian lama, ia merasa siap untuk melangkah maju.

Hari-hari setelah memutuskan untuk melepaskan Arvin, Kalya mulai mengisi hidupnya dengan kegiatan yang dulu selalu ia tinggalkan demi memenuhi ekspektasi orang lain. Ia mulai menulis lebih sering, berkunjung ke kafe kecil untuk membaca, dan lebih sering menghabiskan waktu di luar, berjalan-jalan tanpa tujuan.

Namun, yang paling ia nikmati adalah kebebasan untuk merasa bahagia—sendiri.

Suatu pagi, Kalya memutuskan untuk bergabung dengan komunitas menulis yang ada di kota. Ia tidak tahu apa yang akan ia dapatkan, tapi ia merasa ini adalah langkah baru yang harus diambil.

Di sana, ia bertemu dengan beberapa penulis, beberapa di antaranya adalah orang-orang yang juga mengalami perjalanan hidup yang penuh tantangan. Mereka berbagi cerita tentang tulisan mereka, tentang impian mereka, dan tentang bagaimana mereka mengatasi rintangan dalam hidup.

Salah satu penulis muda, Dina, mendekatinya setelah diskusi selesai.

"Kamu terlihat seperti seseorang yang punya banyak cerita yang ingin ditulis," kata Dina sambil tersenyum. "Aku bisa melihatnya di mata kamu."

Kalya tersenyum tipis. "Mungkin. Tapi aku juga merasa seperti seorang yang baru mulai menemukan kata-katanya."

"Menulis itu tentang menemukan diri kita," jawab Dina. "Kadang, kita harus kehilangan banyak hal untuk menemukan suara kita sendiri."

Kalya mengangguk pelan. Ia tahu, bahwa selama ini ia menulis bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri. Ia menulis untuk menemukan apa yang hilang dalam dirinya—dan kini, ia mulai merasa dirinya kembali utuh.

Pagi berikutnya, Kalya menerima telepon dari ibunya. Pembicaraan mereka ringan, tentang cuaca dan kehidupan sehari-hari, sampai ibunya bertanya,

"Apa kamu sudah mulai merasa lebih baik, Kalya? Tentang semuanya."

Kalya terdiam sejenak. Ia tersenyum.

"Ya, Bu. Aku mulai merasa... lebih baik. Tidak ada lagi yang terlewat. Tidak ada lagi yang perlu disesali. Aku belajar untuk mencintai diriku sendiri, Bu."

Ibunya tertawa pelan di ujung telepon. "Itu yang aku harapkan, Nak. Hidup tidak selalu sesuai dengan yang kita rencanakan, tapi kamu harus tetap berdiri tegak. Kamu akan lebih kuat setelah ini."

Kalya merasakan kehangatan dalam kata-kata ibunya. Ia merasa diberkati, meskipun jalan yang ia pilih bukan jalan yang mudah.

Beberapa minggu kemudian, Kalya mendapat tawaran untuk mempublikasikan naskahnya. Komunitas menulis yang ia ikuti memberi dukungan penuh untuk karya yang telah ia tulis tentang perjalanannya mengatasi kehilangan, tentang cinta yang hilang tanpa disadari, dan tentang bagaimana ia akhirnya menemukan dirinya.

Saat menerima surat persetujuan dari penerbit, Kalya merasa seperti melangkah ke dunia yang baru. Dunia yang ia buat sendiri. Dunia yang penuh dengan kesempatan dan kebebasan.

Arvin, yang selama ini ia pikir akan selalu menjadi bagian dari cerita hidupnya, kini hanya menjadi sebuah kenangan yang tersimpan di sudut hatinya. Ia tidak lagi membawa beban itu. Ia tidak lagi terjebak dalam harapan kosong.

Kalya tahu, ia telah menemukan jalan baru. Jalan yang penuh dengan potensi, penuh dengan peluang, dan yang paling penting—jalan yang ia pilih sendiri.

More Chapters