Cherreads

Chapter 14 - CINTA YANG HILANG TANPA DISADARI

Chapter 14: Menulis Kisah Baru

Kalya berdiri di depan meja kerjanya, laptop terbuka, dan jari-jarinya bergerak di atas keyboard. Ia menulis, bukan karena ia harus, tetapi karena ia ingin. Setiap kata yang ia ketik adalah sebuah pembebasan, sebuah langkah menuju cerita baru yang lebih indah, yang lebih utuh.

Dulu, menulis adalah cara untuk melupakan. Tapi kini, menulis adalah cara untuk mengingat—mengingat siapa dirinya, apa yang telah ia lalui, dan bagaimana ia berhasil menemukan kembali diri yang sempat hilang.

Kalya menatap layar laptopnya. Naskah novel barunya sudah hampir selesai. Buku itu menceritakan kisahnya—tentang cinta yang hilang tanpa disadari, tentang perpisahan yang bukan karena kebencian, tetapi karena ketidakhadiran yang perlahan meresap. Tentang bagaimana sebuah hubungan bisa hancur karena tidak ada lagi yang mau mendengarkan, tidak ada lagi yang peduli.

Dan yang paling penting, tentang bagaimana ia menemukan dirinya sendiri di tengah-tengah kebisuan itu.

Ia berhenti sejenak dan membaca kalimat terakhir yang baru saja ia tulis:

"Aku telah menemukan diriku kembali. Tidak dalam seseorang, tetapi dalam ketenangan yang akhirnya bisa aku peluk."

Kalya tersenyum tipis. Untuk pertama kalinya, ia merasa bangga dengan dirinya sendiri. Ia tidak lagi berusaha untuk melupakan atau berlarian dari kenyataan. Ia menerima semuanya—kesedihan, kehilangannya, dan bahkan Arvin yang kini hanya menjadi bagian dari masa lalu yang tidak perlu disesali.

Beberapa hari setelahnya, Kalya menerima undangan untuk acara peluncuran buku. Buku pertamanya, yang berisi kisah tentang perjalanan hidupnya, tentang kehilangan, dan tentang bagaimana ia menemukan dirinya sendiri.

Saat acara dimulai, Kalya berdiri di depan kerumunan kecil orang-orang yang hadir, dan ia merasakan perasaan yang luar biasa. Ini bukan tentang kesuksesan, bukan tentang uang atau pujian. Ini tentang perjalanan yang telah ia tempuh—tentang keberanian untuk kembali berdiri setelah jatuh, tentang keberanian untuk menulis cerita sendiri setelah berpegang pada kisah orang lain.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian semua yang telah mendukung saya," ucap Kalya dengan suara yang sedikit bergetar. "Buku ini tidak hanya tentang saya. Ini tentang setiap orang yang pernah merasa hilang, yang merasa terjebak dalam sesuatu yang tidak mereka pahami. Saya ingin buku ini menjadi pengingat bahwa kita semua bisa menemukan jalan kita sendiri, tidak peduli seberapa jauh kita telah berjalan."

Di tengah sorakan kecil dari hadirin, Kalya merasa bahwa ia kini benar-benar bebas. Ia tidak lagi terikat pada masa lalu, pada cinta yang hilang. Ia sudah menemukan jalannya sendiri—jalan yang penuh dengan peluang, penuh dengan impian baru.

Malam itu, setelah acara selesai, Kalya kembali ke rumah kecilnya yang sekarang terasa lebih seperti rumah sejati. Ia duduk di balkon, menatap langit malam yang penuh bintang. Ia merasa damai, tidak hanya karena buku pertamanya telah terbit, tetapi karena ia telah menemukan kedamaian dalam dirinya sendiri.

Teleponnya bergetar, dan sebuah pesan dari ibunya muncul di layar:

"Aku bangga padamu, Kalya. Kamu sudah melakukan hal yang benar. Terus berjalan, Nak."

Kalya tersenyum, menatap pesan itu, dan merasakan cinta yang tulus dari orang-orang yang ia cintai. Ia tahu, bahwa meskipun perjalanan ini panjang dan penuh tantangan, ia tidak pernah benar-benar sendiri.

Ia menulis kembali, hanya satu kalimat:

"Terima kasih, Bu. Aku siap untuk kisah yang baru."

Dan dengan itu, Kalya menutup mata, dengan hati yang penuh harapan. Kisah lama telah selesai, dan sekarang, ia siap menulis kisah baru—kisah yang penuh dengan peluang, penuh dengan kehidupan, dan penuh dengan dirinya sendiri.

More Chapters