Cherreads

Chapter 9 - CINTA YANG HILANG TANPA DISADARI

Chapter 9: Ruang yang Kusingkirkan Untuk Dirimu, Kini Kupakai Untuk Diriku

Kalya menatap ruang kosong di apartemen mereka. Dulunya, ruang ini adalah tempat favorit mereka—tempat yang selalu dipenuhi canda tawa, tempat di mana mereka berbicara tentang segala hal, bahkan impian-impian kecil yang mereka anggap tak akan pernah terwujud.

Namun kini, ruang itu terasa berbeda. Sunyi. Tanpa jiwa.

Tapi Kalya memutuskan untuk mengubahnya.

Ia mengeluarkan beberapa benda dari lemari—piring, vas bunga, lilin aroma terapi, dan beberapa buku yang dulu tak sempat ia baca. Ia menata ruang itu dengan tangan yang mantap. Perlahan, ia mengisi ruang yang dulu ia kosongkan untuk Arvin.

Hari itu, Kalya memutuskan untuk mengisinya bukan dengan kenangan, tetapi dengan kebutuhannya sendiri. Kebutuhannya untuk merasakan hidup yang kembali miliknya. Untuk merasakan sebuah ruang yang penuh dengan dirinya—tanpa takut kehilangan siapa pun.

Saat Arvin pulang malam itu, ia terkejut melihat perubahan itu. Ruang yang sebelumnya selalu kosong, kini dipenuhi warna dan kehidupan. Ada aroma lavender yang menenangkan. Ada lilin yang menyala lembut.

"Kalya..." suara Arvin terdengar di pintu. "Apa yang kamu lakukan?"

Kalya menatapnya, tersenyum kecil.

"Aku mengisi ruang yang sudah terlalu lama kosong," jawabnya pelan.

Arvin terdiam. Ia menatap ruang itu, lalu berbalik, berusaha untuk memandang Kalya, namun tetap ada jarak yang terjaga di antara mereka.

"Aku merasa kamu semakin jauh," ucap Arvin, akhirnya. "Apa kita masih bisa kembali?"

Kalya menarik napas panjang. Dia sudah mendengar pertanyaan itu terlalu banyak kali, namun kali ini, jawabannya berbeda. Tidak ada lagi kebimbangan, tidak ada lagi keraguan.

"Kita tidak bisa kembali, Arvin," jawab Kalya, dengan suara yang penuh ketegasan, "karena kita tidak pernah berhenti untuk benar-benar berada di sini. Aku sudah lama menunggu, terlalu lama. Dan kini, aku memilih untuk berjalan tanpa menunggu."

Mata Arvin melunak, namun Kalya tahu, ini bukan tentang dia. Ini tentang dirinya sendiri—tentang memilih untuk hidup, bukan hanya untuk bertahan.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Arvin, dengan nada yang penuh ketakutan, seperti pria yang kehilangan arah.

Kalya menatapnya, dan akhirnya berkata, "Aku akan melanjutkan hidupku, Arvin. Tanpa rasa takut. Tanpa penyesalan. Dan mungkin... kita berdua akan menemukan jalan kita masing-masing."

Arvin terdiam. Ia tahu, di dalam hatinya, bahwa Kalya sudah berada di titik di mana ia bisa memutuskan tanpa merasa tergantung pada apapun. Dan itu adalah hal yang paling menakutkan baginya—melihat Kalya menemukan kekuatan untuk hidup tanpa dirinya.

Kalya berdiri. "Aku rasa ini sudah cukup. Aku akan pergi ke tempat yang baru. Ini adalah ruang untukku. Bukan untuk kita lagi."

Arvin hanya bisa menatapnya, tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Kalya mengambil langkah pertama menuju pintu.

Dan saat itu, dalam langkah kecilnya, ia merasa ringan. Tidak ada lagi beban. Tidak ada lagi keraguan.

Ia tidak tahu apakah akan ada kembali di masa depan. Namun satu hal yang pasti, ia kini siap untuk menjalani hidupnya sendiri.

More Chapters