Cherreads

Chapter 11 - Bab 10 – Simulasi

Bangunan pusat The Veil tidak pernah muncul di peta. Tapi Drexan punya jalur tua—sisa dari masa sebelum sensor dipasang. Kalea dan Auren menyelinap di bawah permukaan kota, menembus lapisan beton, kabel, dan udara yang semakin dingin dan sunyi. Semakin dekat mereka ke inti sistem, semakin terasa bahwa mereka tidak di dunia yang seharusnya ada.

Ruangan itu terbuat dari kaca bening. Tapi di balik kaca, bukan pemandangan kota. Melainkan… dunia. Banyak dunia.

Puluhan layar melayang di udara, masing-masing menampilkan realitas yang berbeda: taman dengan warna terlalu cerah, keluarga makan malam tanpa suara, anak-anak tertawa tanpa alasan. Semuanya… terlalu sempurna.

"Ini bukan kamera pengawas," ujar Kalea. "Ini simulasi realitas. Sistem menguji skenario hidup—apa yang paling efektif membuat manusia merasa damai… tanpa sadar dikendalikan."

Auren melangkah ke salah satu layar. Di sana, ia melihat seseorang yang sangat ia kenal—dirinya sendiri. Duduk di taman, tersenyum, membaca buku. Tak ada keraguan. Tak ada keresahan.

"Aku… di sana?" bisiknya.

Kalea mengangguk. "Versi yang mereka inginkan."

Auren menatap layar itu lebih lama. Dirinya tampak bahagia. Tapi juga kosong. Seperti manekin yang tahu bagaimana cara tertawa tapi tidak tahu kenapa tertawa itu perlu.

"Bagaimana kalau… aku salah?" gumamnya. "Bagaimana kalau dunia seperti ini memang lebih baik? Lebih… aman?"

Kalea menatapnya. Ada luka di matanya. Tapi juga pengertian.

"Kau bisa kembali, Auren. Sistem akan memperbaiki kesalahanmu, menghapus memori, dan kau akan hidup damai lagi."

"Tapi aku takkan jadi aku."

Kalea mendekat. "Justru karena kau bisa meragukan semuanya, kau lebih hidup daripada siapapun di layar itu."

Di tengah ruangan, terdapat sebuah terminal. Di atasnya, panel kontrol bersinar merah.

"Kode akses dibuka. Siap kirim penyusupan memori."

Kalea mengeluarkan perangkat kecil, menyerahkannya ke Auren. "Kau yang masukkan. Kau harus memilih sendiri."

Auren menatap layar terakhir—dunia palsu yang nyaris indah.

Lalu menatap Kalea—dunia nyata yang rusak, keras… dan benar.

Tangannya gemetar saat ia menekan tombol.

Layar berkedip.

Lalu… suara sistem berbicara untuk pertama kalinya tanpa filter:

"Persepsi telah terganggu. Realitas mulai tidak stabil."

Dan perlahan, dunia mulai retak dari dalam.

 

More Chapters