Cherreads

Chapter 16 - Chapter 15 – Keputusan Auren  

Hari-hari setelah kejatuhan The Veil tidak menciptakan revolusi.

Yang muncul justru kekosongan.

Dan dari kekosongan itu… muncullah pertanyaan.

Siapa yang akan memimpin sekarang?

Siapa yang tahu bagaimana membangun dunia dari potongan-potongan rasa sakit?

Dan… apa yang akan Auren lakukan?

 

Drexan berubah. Bukan menjadi lebih baik—tapi lebih jujur.

Orang mulai membentuk kelompok kecil, berbicara tentang hidup, tentang masa lalu yang telah dihapus, dan masa depan yang belum jelas. Mereka tidak mencari pemimpin. Mereka mencari arah.

Dan semua mata akhirnya mengarah pada Auren.

Bocah dari Marevia.

Yang dulu tak pernah tahu apa itu tangis.

Yang kini membantu dunia kembali mengenal rasa.

Tapi Auren tidak merasa seperti penyelamat. Ia merasa seperti pecahan—sama retaknya dengan sistem yang ia tumbangkan.

Kalea menemukannya duduk di atap bangunan tua, menatap langit baru yang tak bisa diprediksi.

"Kau bisa bicara pada mereka, Auren. Mereka mau mendengar."

"Kenapa harus aku?" tanyanya, suaranya serak. "Aku bahkan tidak tahu siapa diriku sekarang."

"Kau tahu satu hal: bahwa dunia ini pantas tahu kebenaran. Dan itu cukup."

Auren terdiam. Lalu berkata, "Mungkin dunia tidak butuh satu suara. Mungkin mereka hanya butuh keberanian untuk bersuara sendiri."

Kalea tersenyum pelan. "Lalu apa yang akan kau lakukan?"

Auren menatap horison—warna langit tak lagi biru sempurna. Ada awan gelap. Ada cahaya samar. Tapi tidak ada sensor. Tidak ada kontrol.

"Aku akan pergi," katanya. "Bukan lari. Tapi agar dunia tidak membangun sesuatu yang baru dengan wajahku."

Kalea menatapnya dalam. "Kau tidak mau dikenang?"

"Jika aku dikenang, mereka akan menunggu sosok lain datang lagi. Tapi jika mereka hanya ingat apa yang mereka rasakan… mungkin itu akan cukup untuk menjaga dunia tetap sadar."

 

Malam itu, Auren meninggalkan Drexan.

Tidak ada upacara. Tidak ada pidato.

Hanya langkah-langkah di lorong sunyi. Dan secarik kertas yang ia tinggalkan

"Jangan pilih diam. Bahkan rasa sakit adalah bentuk hidup. Jangan biarkan dunia tidur lagi."

—Auren

 

More Chapters