Cherreads

Chapter 8 - Chapter 7 – Kalea dan Luka Lama

Malam di Drexan tidak seperti di Marevia.

Tidak ada cahaya otomatis. Tidak ada suara lembut penenang. Hanya obor kecil di dinding dan udara dingin yang merayap perlahan ke dalam tulang. Auren duduk di lantai, bersandar pada dinding logam yang dingin, memandangi langit gelap tanpa bintang.

Kalea duduk di seberangnya, menatapnya dalam diam. Tak ada kata-kata sejak mereka kembali dari ruang arsip. Tapi diam itu tidak kosong. Justru penuh.

"Bagaimana kau bisa… tidak membenci semuanya?" tanya Auren tiba-tiba, suaranya pelan.

Kalea mengangkat bahu. "Kadang aku membenci. Tapi lebih sering… aku cuma lelah. Lelah harus menjelaskan pada orang-orang seperti kau bahwa hidup tidak harus rapi untuk bisa dijalani."

Auren mengangguk kecil. "Dulu aku pikir dunia hanya punya dua sisi—baik dan buruk. Sekarang aku bahkan tak tahu… sisi mana yang kutinggali."

Kalea tersenyum sinis. "Kau sedang berada di tengah. Dan tempat itu… paling menyakitkan."

Ia bangkit, lalu berjalan ke sebuah rak kecil dan menarik sesuatu dari sana—sebuah foto tua. Dalam gambar itu, ada seorang wanita dan seorang anak kecil, tertawa di rerumputan yang terlihat liar, tak terurus. Tapi tatapan mereka… bebas.

"Ini aku. Dan ibuku. Sebelum dia… dihapus," ucap Kalea, suaranya rapuh.

Auren menatapnya. "Apa yang sebenarnya terjadi padanya?"

"Dia menulis," jawab Kalea. "Puisi. Cerita. Tentang rasa sakit. Tentang kemarahan. Sistem tidak suka itu. Emosi negatif dianggap kontaminasi. Jadi mereka beri pilihan: diam, atau hilang."

"Dan dia memilih untuk tetap menulis?"

Kalea menatap foto itu lama. "Dia memilih untuk tetap merasa."

Auren tidak tahu harus berkata apa. Tapi ia mengerti—untuk pertama kalinya—bahwa keberanian bukan hanya soal melawan. Tapi soal bertahan sebagai diri sendiri, bahkan ketika dunia memaksa untuk menjadi versi yang aman dari siapa pun.

 

Ia mendekat perlahan, duduk di sebelah Kalea. "Aku tidak tahu apakah aku cukup kuat untuk jadi seperti dia. Tapi… aku tidak ingin kembali ke Marevia dan pura-pura semuanya baik-baik saja."

Kalea menoleh padanya, dan untuk pertama kalinya, ada sesuatu yang berubah di matanya—bukan amarah, bukan skeptis, tapi kelembutan yang tersembunyi lama.

"Kalau begitu, Auren… mungkin kau memang belum memilih sisi. Tapi setidaknya kau sudah berhenti menutup mata."

More Chapters