"Baiklah, nanti ku pikirkan cara lagi untuk memberi tahu hal ini kepada Raja. Kau akan menginap disini kan?" tanya Ethan setelah pembicaraan mereka selesai.
"Bisakah?" Evelyn bertanya dengan sedikit ragu. Sulit untuk pulang ke kediaman larut malam seperti ini, jalanan pastinya akan gelap dan rawan kejahatan.
"Ya. Kau bisa tidur di kamar, aku akan ke sofa." Ethan mengiyakan.
"Apa tidak masalah?" Evelyn merasa tidak enak hati kalau seperti ini.
Memang, mereka tidak mungkin tidur satu kamar atau satu kasur, tapi membiarkan pria itu tidur di sofa di rumahnya sendiri agak sedikit keterlaluan.
"Tidak masalah. Kau bisa masuk lebih dulu, aku akan ke barak sebentar." Ethan akan menemui Kane dan pengawalnya sebentar untuk memberi tahu tentang Marcus.
"Baik, terimakasih." Evelyn sungguh merasa bersyukur bertemu Ethan. pria itu sangat baik padanya.
Tidak ada tanda-tanda Ethan adalah orang yang kejam seperti di rumor, kadang orang-orang memang suka melebih-lebihkan.
Sementara meninggalkan keheningan dan kedamaian di barak, di lain tempat kekacauan baru saja terjadi. Kediaman Hubert porak-poranda, beberapa penjaga ditemukan tewas bersimbah darah di halaman membuat penghuninya marah.
"Cari!! Cari sampai dapat!" Teriakan nyaring Tyson menggema di kediaman luas itu, memecah keheningan malam.
Wajah pria paruh baya itu merah padam, napasnya memburu membuat sesak. Batinnya frustrasi, tak lama, pecahan kaca terdengar membelah lantai.
Baru saja anak buahnya melaporkan bahwa banyak sekali pengawal mereka telah ditemukan tak sadarkan diri, bahkan banyak yang mati.
Semua orang menyelidiki, hingga ditemukan adanya jejak penyusupan di dalam rumah itu. Serta salah satu ruangan, yang selalu dikunci dan dijaga ketat telah terbuka.
Pelayan kepercayaan Tyson tergeletak tak bernyawa. Ranjang besi yang dulu terisi kini kosong, dengan rantainya yang patah.
Tak lama, penjaga melaporkan kejadian itu kepada Tyson membuatnya segera meninggalkan ruang kerja dan berlari ke ruang rahasia tempatnya mengurung Marcus.
Pria tua itu sudah tidak ada! Ia kabur.
Tyson tidak bisa berpikir jernih lagi, ia mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari orang itu sampai dapat. Dengan tenaga Marcus yang tersisa, ia seharusnya belum cukup jauh melarikan diri.
Kecuali... seseorang memang telah membantunya.
"Tu-tuan, ada masalah besar-." Seorang pengawal dengan gugup maju untuk berbicara dengannya.
"Apa!" Belum sempat pengawal itu melanjutkan ucapannya, Tyson segera membentak. Pengawal itu bersimpuh, kepalanya tertunduk dalam dengan tubuh yang bergetar.
"Ra-racun...racun itu, racunnya tidak ada ditempatnya." Pengawal itu dengan susah payah menyelesaikan kalimatnya sambil bergetar ketakutan.
"Apa?! Brengsek! Tidak berguna!" Umpatan murka Tyson kian nyaring membuat beberapa kaca retak.
Tyson mendekat, memukuli pengawal itu untuk melampiaskan amarahnya. Orang yang dipukuli hanya pasrah tanpa mampu melawan, ini juga kelalaiannya dalam menjaga ruangan itu.
Napasnya memburu, ia belum pernah semarah ini sebelumnya. Istrinya yang berada tidak jauh darinya merasa cemas. Namun ia pun tidak berani mendekat atau menenangkan amarah suaminya.
"Cari." Tyson menggertakkan giginya kuat. Suaranya rendah, matanya menatap tajam sembari mencekal kerah baju pengawal itu.
"Cari orang itu sampai dapat! Hidup dan mati, bawa dia kesini," ucap Tyson tajam dengan penuh penekanan.
"Ba-baik Tuan." Pengawal yang lain segera setuju dan melarikan diri, takut menjadi pelampiasan amarah Tuan mereka.
Pengawal yang terkapar lemah itu dilepaskan dengan kasar. Tubuh Tyson bergetar halus, membawa kepanikan yang terlihat jelas dari balik matanya.
Ia terduduk lemas ke atas sofa dan mengusak rambutnya frustrasi. Dalam hati hanya ketakutan yang kini semakin menguasai dirinya. Tyson takut menghadapi kemarahan Hans dan pemimpin mereka...
Ia tahu, seseorang telah menyusup dan berhasil membawa kabur Marcus beserta racun Lican terakhir itu.
Area belakang kediamannya berantakan, terdapat bekas perkelahian dan terungkapnya sebuah jalan yang diduga menjadi jalan keluar Marcus dan penyusupnya.
Dari keterangan pengawal yang selamat dari pertarungan itu, ia mengaku di serang oleh pria berjubah hitam misterius yang sangat kuat.
Kemungkinan besar, pria misterius itulah yang telah membawa kabur Marcus.
Tyson lagi-lagi mengacak rambutnya frustrasi. Pria setengah baya itu bangkit, berjalan tergesa-gesa ke ruang kerja untuk mengirim surat kepada Hans. Tyson akan meminta perlindungan mereka.
Dyana dan Natasya juga mendengar semua keributan itu, keduanya memilih diam dan bersembunyi di dalam kamar masing-masing. Bantal empuk sudah sedari tadi mengganjal telinga keduanya, tidak ingin mendengar kemarahan itu.
Mereka berdua tahu semua bisnis dan kejahatan yang dilakukan ayah mereka. Ia membuat keduanya menikmati kemewahan dalam bayang-bayang ketakutan.
Keduanya tidak bisa berbuat apapun, tidak juga melaporkan kejahatan itu. Jika tidak, Tyson akan ditangkap dan kemewahan yang selama ini mereka nikmati akan sirna.
Dan sekarang, kejahatan ayah mereka akan segera terungkap. Hanya menunggu waktu untuk menerima hukuman mereka. Tidak ada lagi kemewahan dan kejayaan keluarga Hubert, mereka tahu itu akan segera berakhir.
Sementara Tyson tetap berjalan bolak-balik di ruang kerjanya dengan hati gundah. Katerina menatap suaminya diam tanpa mencoba mendekat, takut menjadi sasaran amarah Tyson.
Tyson menghela napas untuk ke sekian kalinya. Keesokan pagi nanti, surat dan kabar keributan ini akan sampai ke telinga Marquess Lovell.
Tyson mengepalkan tangannya ketakutan. Hatinya mengantisipasi hukuman apa yang akan didapatkannya jika hal ini terungkap nanti.
Malam itu, ditakdirkan menjadi malam tanpa tidur yang penuh ancaman dan ketakutan bagi semua orang di kediaman Hubert.
Pagi harinya semua kalangan dikagetkan dengan banyaknya pengawal dari pihak Count Hubert. Mereka semua sedang melakukan pencarian.
Pencarian itu dilakukan di sekitar ibukota, hutan bahkan rumah warga. Kabarnya, Count Hubert telah kehilangan sebuah benda berharga peninggalan turun temurun keluarga mereka.
Rakyat maupun bangsawan bergumam penasaran akan apa yang telah dicari oleh orang-orang Count Hubert. Orang-orang ramai membuat spekulasi, ada yang mengatakan itu semacam benda pusaka, atau lagi yang mengatakan bahwa itu adalah perhiasan turun temurun.
Dan kabarnya...benda yang dicari itu dicuri oleh seorang pria 60 an berambut putih. Berkulit pucat, berjenggot panjang dan tubuh renta yang tidak terlalu tinggi.
Sayembara pun dimulai, Count Hubert berjanji akan memberikan imbalan kepada siapapun yang dapat menemukan pencuri itu dan berhasil membawanya.
Sayangnya, ciri fisik yang asing itu membuat pencarian bisa dibilang sia-sia. Bahkan sebagian besar warga mengklaim kalau mereka belum pernah bertemu orang dengan ras seperti itu.
Hans Lovell, yang mengetahui membaca surat dan berita itu langsung geram. Ia membuang surat dari Tyson kemudian membakarnya.
Hatinya panas dengan gigi bergemeletuk marah. Ingin sekali membunuh bawahan yang lalai dan bodoh seperti Tyson itu.
Dia telah diberi kesempatan untuk kekuasaan tinggi oleh Pemimpin mereka tapi Tyson dengan kebodohannya bisa melakukan kesalahan fatal seperti ini.
