Cherreads

Chapter 52 - Barak militer

Sementara kabar mengenai pernikahan Louis, sebagian besar orang menyambut dengan bahagia.

Celina Fellow termasuk gadis bangsawan yang memiliki reputasi baik. Ia cantik, baik dan masuk akal. Tidak pernah ada rumor buruk yang mengikuti nama gadis itu.

Sedangkan Pangeran Ketiga juga merupakan Pangeran yang hebat. Ia cerah, mempesona dan loyal. Sosok Pangeran yang selalu tersenyum ramah dan gemar membantu sesama.

Mereka yakin pasti Pangeran itu akan sangat romantis dengan pasangannya apalagi pasangannya itu adalah gadis sebaik Celina.

Disinilah Louis berada, di tempat biasa yang sudah menjadi markasnya. Setelah bertengkar dengan ibunya tadi pagi, ia memutuskan untuk menginap disini saja selama beberapa hari.

Ia juga tahu kabar pertunangannya sudah tersebar luas dan disambut baik oleh semua orang.

Sebenarnya Louis tidak membenci Celina, ia pernah bertemu gadis itu beberapa kali. Celina baik dan cantik, namun untuk pernikahan... Louis tidak ingin gadis seperti itu.

Ia hanya akan menikah dengan seseorang yang bisa memberi manfaat padanya. Marquess Fellow terlalu bersih, terlalu murni untuk menampung semua pikiran jahatnya pada kerajaan.

Tapi naasnya, orang tuanya memilihkan keluarga tersebut untuknya menikah. Menutup semua celah kejahatan dan menyuruhnya tetap diam, membiarkan kakaknya menjadi pemimpin.

Sementara jauh dari diskusi dan kegundahan Louis, sebuah ruangan di istana tampak indah, dipenuhi cahaya merah muda.

"Leon, kepalaku pusing." Emely berkata manja, nadanya penuh keluhan.

Semenjak dikonfirmasi oleh tabib bahwa ia hamil, Emely menjadi semakin manja. Tidak ingin ditinggalkan oleh suaminya dalam waktu lama.

Leonardo mendekat, duduk di pinggiran kasur yang ditempati Emely dan memijat kepala istrinya dengan lembut.

"Kau benar-benar akan pergi juga menangani hal itu?" Emely bertanya, ia membahas tentang keterlibatan Leonardo pada misi penyelidikan organisasi.

"Ya, aku akan pergi." Leonardo menjawab dengan singkat.

Mendengar itu, Emely bangkit dan sedikit memprotes. "Kau ingin meninggalkanku sendirian?"

Leonardo mengangguk singkat, menepuk pelan kepala Emely, menyuruhnya tenang. "Ini demi kebaikan kita...juga anak kita."

Jika ia berdiam di istana, Ethan akan memonopoli semuanya dan semakin bersinar. Meninggalkannya di cap sebagai Pangeran Mahkota tidak berguna.

Pengaruhnya sebagai Pangeran Mahkota akan semakin melemah dan membiarkan Ethan mendominasi. Belum lagi Louis, ia tahu adik bungsunya itu berencana memberontak.

Menghadapi dua orang yang berniat melawannya, Leonardo memang tidak diperkenankan berdiam diri.

"Semua orang akan menuduhku sebagai Pangeran tak berguna," ucap Leonardo pada Emely.

Leonardo memang terbiasa tinggi, namun semua itu hanyalah kendali dari Raja. Sebagai anak pertama, ia hanya diperbolehkan menuruti semua perintah demi kebaikan kerajaan, bahkan tentang pernikahan... ia tidak memiliki suara.

Leonardo adalah Pangeran yang tak punya pendirian, alur kehidupannya telah dipersiapkan dengan teratur. Dan ya... hidupnya disetir oleh kerajaan.

Kekuatan dan kekuasaan yang selama ini dipegangin, bukan mutlak.

Leonardo kadang iri dengan Ethan, dengan kebebasannya. Pria itu hidup mandiri, jauh dari kekangan bahkan memiliki pasukan sendiri.

Sementara Leonardo, jika ia ingin kekuasaan, ia harus mempertahankan tahtanya dan menjadi Raja.

"Aku tahu, tapi aku tidak ingin berpisah denganmu..." Emely tetap merasa keberatan. Selama ini Leonardo tidak pernah pergi terlalu lama, dan sekarang kemungkinan suaminya akan pergi selama berhari-hari.

"Aku tidak ingin disini," keluh Emely singkat. Ia tidak ingin berada disini dikelilingi orang-orang Ratu. Ibu mertuanya memang baik, tapi Emely tahu semua kebaikan itu ada alasannya.

Ia selalu dibanggakan sebagai menantu sempurna yang membuat Emely semakin susah mengekspresikan diri.

"Aku hanya akan pergi beberapa hari, dan aku janji akan sering pulang menemuimu," bujuk Leonardo.

Emely menyipitkan mata lalu meletakkan jari kelingkingnya di depan wajah Leonardo. "Janji?"

Pria itu terkekeh, menerima uluran itu dan menyahut sabar. "Ya."

"Kalau begitu, habiskan waktumu bersamaku sekarang." Emely berucap manja sembari mengalungkan tangannya di leher suaminya.

Leonardo langsung paham maksud Emely, ia mencium istrinya dan ditanggapi olehnya dengan antusiasme yang sama.

Sore harinya, beberapa jam lagi mereka sudah akan menyusup ke kediaman Hubert itu. Ia membawa beberapa makanan dan barang yang mungkin diperlukan untuk dipakai.

Sebelumnya Evelyn sudah meminta izin kepada Raja untuk menemui Ethan di barak. Karena kesibukan Ethan belum terlalu banyak, jadi Evelyn diperbolehkan untuk kesana.

Ia pergi menggunakan kereta kuda ditemani Ginna lagi. Aru sedang tidur di pangkuan Evelyn, dari dulu memang kucing itu sangat suka tidur.

Barak atau kamp militer berada sekitar 35 kilometer dari istana, hanya memerlukan dua jam perjalanan kereta. Jika memakai kuda, bahkan akan lebih cepat lagi.

Di perjalanan, hanya ada pepohonan lebat dan beberapa rumah warga. Kawasan militer memang sengaja dibuat jauh dari tempat ramai untuk memudahkan akses pelatihan mereka.

Evelyn sampai tepat ketika hari sudah gelap, ia turun dari kereta. Aru mengeong rendah, tampak tak ingin berpisah dengan Evelyn.

Evelyn mencium Aru singkat, mengusapnya dan membiarkan kucing itu mendengkur nyaman sebelum menyerahkannya pada Ginna.

Evelyn hanya akan masuk sendiri, ia menatap gerbang tinggi barak militer yang megah. Gadis itu untungnya segera disambut oleh seorang penjaga dan Kane.

"Salam Putri Kedua, saya harap perjalanan anda menyenangkan." Penjaga gerbang itu segera menyambut dengan senyuman ramah, ia mengagumi siapapun yang telah menjadi pasangan Pangeran Kedua.

Evelyn menganggukkan kepala sambil tersenyum membalas, "terimakasih." Setelahnya, menoleh pada Kane lalu berkata, "dimana Ethan?"

Kane segera maju dan mempersilahkan Evelyn untuk mengikutinya. "Sebelah sini, Putri." Mereka pergi ke tempat Ethan berada.

Tempat pribadi Ethan berada di tempat yang sedikit terisolasi dari kamp para bawahannya untuk alasan privasi. Namun sekarang dia berada di tempat para petinggi tentara berada, ada hal penting yang mereka bicarakan.

Ketika salah satu bawahannya mengabarkan Evelyn datang, Ethan langsung menyelesaikan rapat mereka dan berniat keluar.

Dalam perjalanannya, Ethan masih sedikit gugup, ia takut suasana keduanya berubah canggung. Hatinya sedikit gelisah, mengantisipasi bagaimana interaksi mereka nanti.

Tapi demi kerjasama dan pertemanan mereka, ia memilih untuk melupakan kesalahpahaman memalukan siang tadi.

Evelyn melihat dari kejauhan banyak tentara yang penasaran akan dirinya, itu wajar karena ia telah menjadi istri pemimpin mereka. Berusaha mengabaikan tatapan menelisik itu, ia memasang wajah dingin dan melangkah menemui Ethan.

Para bawahan Ethan melihat Evelyn yang terlihat sangat anggun dan cantik. Mereka mengangguk paham, ternyata alasan selama ini Pangeran Kedua belum memiliki pasangan adalah karena belum bertemu sosok Evelyn.

Tinggi sekali tipe ideal Pangeran Kedua, wanita ini sangat cantik dengan rambut perak panjangnya yang dikuncir kuda. Matanya menghunus tajam namun memikat serta beberapa orang memperhatikan tahi lalat di ujung matanya yang menambah daya pikat tersendiri.

Sepenuhnya memperlihatkan sisi dingin dan tajamnya, ia juga gadis yang terlihat pintar serta anggun. Berbeda dengan Putri Mahkota yang terlihat selalu lembut dan cantik.

Sangatlah cocok bersanding dengan pemimpin mereka. Elegan dan berwibawa, mereka rasa tidak ada lagi yang lebih cocok dari mereka untuk satu sama lain.

Beberapa orang merasakan hawa dingin menusuk lebih dari biasanya. Mereka bergidik ngeri dan menyelidiki sumber aura itu.

Setelah ditelusuri, di sana terlihat Pangeran Kedua menatap dingin kerumunan yang memperhatikan Evelyn dengan cermat. Semuanya segera menundukkan kepala, takut akan aura menyeramkan yang dikeluarkan pria itu.

More Chapters