Cherreads

Chapter 6 - Bab 6 – Naskah yang Hilang

Malam itu, desa masih diselimuti ketegangan. Setelah pengakuan Ki Samudra, warga memilih mengurung diri di dalam rumah. Obor di jalanan padam satu per satu, hanya menyisakan cahaya bulan yang redup di atas permukaan Sungai Darah.

Di rumah Ki Samudra yang sederhana, Jaka dan Laras duduk berhadapan dengan sang tetua. Wajah mereka masih pucat, namun sorot mata Jaka penuh tekad.

"Ki," kata Jaka dengan suara mantap, "katakan apa yang harus kulakukan untuk memutus perjanjian itu."

Ki Samudra menatapnya lama, seakan menimbang."Anak muda… banyak yang lebih tua darimu memilih diam. Kau tahu kenapa? Karena memutus perjanjian berarti menantang bukan hanya arwah Rangga Sakti, tapi juga kekuatan asing yang ia panggil dari dunia gelap."

Laras menunduk, jemarinya menggenggam ujung selendang dengan gelisah. "Tapi jika dibiarkan… kutukan ini tak akan pernah berakhir, Ki. Sungai akan tetap merah, dan arwah Mayang Sari akan terus menangis."

Tetua itu menarik napas panjang, lalu menghela."Baiklah. Jika kau benar-benar ingin tahu… ada satu jalan. Perjanjian itu tercatat dalam sebuah naskah kuno mantra dan sumpah yang ditulis dengan darah. Naskah itu disembunyikan oleh leluhur kami, dikubur di tempat yang hanya bisa ditemukan oleh mereka yang berani menanggung resikonya."

Jaka menegakkan tubuh. "Di mana naskah itu?"

Ki Samudra memandangnya serius, suaranya lirih namun berat."Di dalam gua hitam di hulu sungai. Tempat yang jarang didatangi siapa pun, karena konon dijaga oleh bayangan-bayangan yang tak mengenal mati."

Pertanda Gelap

Tiba-tiba, rumah Ki Samudra bergetar. Piring-piring di rak jatuh berderak. Dari arah sungai, terdengar suara gemuruh, seperti ribuan suara berbisik sekaligus. Jaka dan Laras terkejut, berlari keluar bersama Ki Samudra.

Di kejauhan, air Sungai Darah beriak dengan liar, meski tak ada angin kencang. Dari pusaran itu, muncul gelembung-gelembung besar, dan kabut pekat menjulang ke langit. Sesekali, terdengar tawa berat, menyeramkan, seolah berasal dari dalam bumi.

Ki Samudra menggertakkan gigi."Tidak… aku terlambat. Kutukan itu sudah mulai bangkit kembali. Rangga Sakti… rohnya mencoba keluar dari perjanjian!"

Laras menjerit kecil. "Kalau dia benar-benar bangkit, apa yang akan terjadi pada desa ini?"

"Bukan hanya desa ini," jawab Ki Samudra muram, "tapi seluruh tanah di sekitarnya akan dipenuhi darah."

Keputusan Berani

Malam itu, di tepi sungai yang bergejolak, Jaka menggenggam tangannya erat. Meski tubuhnya bergetar, ia menatap lurus ke arah kabut pekat."Kalau begitu, aku harus pergi ke gua itu. Aku harus menemukan naskahnya sebelum roh Rangga Sakti sepenuhnya bangkit."

Laras menoleh, wajahnya cemas."Jaka, kau tidak bisa pergi sendirian! Itu terlalu berbahaya."

Jaka menatapnya. "Aku tahu. Tapi kalau kita hanya diam, semua orang akan mati. Aku tak bisa membiarkan Mayang Sari terus terikat, dan desa ini terus hidup dalam ketakutan."

Ki Samudra menepuk bahu Jaka, sorot matanya penuh wibawa."Jika kau memang sudah memutuskan, maka aku tak bisa menahanmu. Tapi ingat, di dalam gua itu bukan hanya bayangan yang menunggu. Kau akan diuji oleh ilusi, rasa takut, bahkan oleh jiwamu sendiri."

Laras menggenggam tangan Jaka."Kalau begitu aku ikut. Apa pun yang terjadi, aku tak akan membiarkanmu menghadapi itu sendirian."

Ki Samudra menatap keduanya dengan dalam. Setelah lama terdiam, ia akhirnya mengangguk."Baiklah. Tapi sebelum kalian pergi, ada sesuatu yang harus kalian bawa. Warisan leluhur yang masih tersisa… satu-satunya cahaya yang bisa menuntun kalian di tengah kegelapan gua."

Dari dalam lemari kayu tua, Ki Samudra mengeluarkan sebuah kotak kecil. Saat dibuka, di dalamnya terdapat sebuah keris berkilau kebiruan, gagangnya diukir dengan simbol kuno.

"Inilah Keris Cahaya Sukma. Senjata ini ditempa dari besi meteorit dan doa para leluhur. Gunakan ini bukan untuk membunuh, tapi untuk menyingkap kebenaran yang tersembunyi dalam bayangan."

Jaka menerima keris itu dengan kedua tangannya, merasakan hawa dingin sekaligus hangat yang aneh merambat ke tubuhnya.

Dan malam itu, keputusan telah diambil: esok hari, mereka akan memulai perjalanan menuju gua hitam di hulu Sungai Darah tempat rahasia perjanjian kelam terkubur.

Namun tanpa mereka sadari, jauh di dasar sungai, sepasang mata merah menyala perlahan… mata yang telah lama tertidur, kini terbangun, menunggu kedatangan mereka.

More Chapters