Cherreads

Chapter 2 - Bab 2: Cahaya Pertama dan Murka yang Tertua

"Kau menciptakan cahaya dalam kekosongan yang belum sepakat dengan keberadaanmu. Maka bersiaplah... karena alam semesta akan melawanmu sejak hari pertama."

🌠 Lahirnya Cahaya

Dalam kehampaan yang mulai membentuk diri, Void Sovereign berdiri sendirian. Ia tidak merasakan kesepian—ia adalah kesepian itu sendiri. Tapi ia memahami satu hal: kehampaan tak akan bertahan jika ingin membangun sesuatu yang lebih besar dari dirinya.

"Jika aku ingin dunia tercipta... aku harus menciptakan penyeimbang. Penjaga."

Ia mengangkat tangan. Di antara jari-jarinya, bintang kecil berkedip. Ia meniupnya—dan bintang itu melebar, mengembang, lalu menyusun bentuk.

Bentuk itu besar—majestik. Tinggi melampaui pegunungan, bersinar putih keperakan, dengan mata seperti dua bintang kembar. Bahunya lapang seperti langit, dan tubuhnya memancarkan frekuensi cahaya murni yang bahkan belum dikenal oleh waktu.

"Aku memanggilmu ... Noa."

👼 Ultraman Noa, Titan Pertama

Makhluk itu membuka matanya. Ia tidak berbicara, tapi pikirannya mengalir langsung ke pikiran penciptanya.

Noa: "Aku diciptakan... untuk melindungi?" Void Sovereign: "Untuk menjaga keseimbangan. Aku menciptakan dimensi. Kau akan menjadi perisainya."

Noa menyentuh dadanya. Armor peraknya menyala. Sebuah simbol suci—lingkaran cahaya dengan sayap bercabang tiga—terukir secara otomatis di jantungnya. Ia bukan hanya ciptaan. Ia adalah wakil kehendak pencipta.

Maka dari cahaya Noa, lahirlah Dimensi Nur—lapisan dimensi tempat segala bentuk terang dan potensi kebaikan akan tumbuh.

🌌 Tapi Cahaya Membuat Semesta Tua Terbangun

Namun... tak jauh dari sana, di dimensi sebelum dimensi, ada First Firmament—entitas kosmik tertua Marvel, realitas pertama dan satu-satunya sebelum Multiverse tercipta.

Ia merasa adanya gangguan. Sesuatu—seorang entitas yang bahkan bukan bagian dari arsitektur aslinya—telah memecah ketenangan absolut miliknya.

Cakrawala pertama muncul. Wujudnya seperti samudra angkasa tak berujung, bercahaya lembut tapi penuh tekanan tak kasat mata. Dalam wajahnya ada serpihan bintang mati dan amarah yang selama ini tertahan.

Cakrawala Pertama: "Siapa kau, yang muncul sebelum waktunya?" "Kau bukan Eternity. Bukan Entropi. Bukan Celestial. Kau... pelepasan. Kau tidak sah."

Void Sovereign menatapnya tanpa emosi.

"Karena aku bukan bagian dari rancanganmu, maka aku mengancammu?"

Cakrawala Pertama: "Kau membawa kekacauan. Kehadiranmu akan mempercepat kelahiran konflik, perang, dan pemisahan. Multiverse tidak akan ada jika kau tetap berdiri."

Void Sovereign: "Mungkin. Tapi aku bukan hasil logika. Aku adalah konsekuensi."

Dan pada saat itu...

⚔️ Konflik Pertama: Cahaya dan Asal Usul

First Firmament mengirimkan pecahan dirinya, manifestasi energi primordial, untuk menghancurkan Void Sovereign.

Ultraman Noa berdiri di depan sang pencipta.Tangannya menyala, menciptakan pedang cahaya pertama—Noa Edge. Sebuah bilah yang tidak hanya memotong materi, tapi memotong niat dari lawannya.

Void Sovereign hanya melangkah sekali.Dan setiap langkahnya meretakkan struktur realitas. Ia tak perlu menyerang. Eksistensinya sendiri cukup untuk menekan kehendak makhluk seperti First Firmament.

Pertarungan mereka tidak terjadi dalam waktu... tapi dalam kemungkinan. Dalam satu versi, First Firmament menang. Dalam versi lain, ia musnah. Dalam versi ini, pertarungan tak selesai—berakhir dalam kesepakatan yang pahit.

First Firmament:"Aku akan memantau. Tapi jangan pikir aku menerima keberadaanmu."

Void Sovereign:"Kau tidak harus menerima. Cukup... pahami."

🌀 Setelahnya

Dari sisa percikan konflik tersebut, Void Sovereign mengambil energi pecahan First Firmament, dan menggunakannya untuk menyempurnakan benih ras baru:

Ras yang kelak dikenal sebagaiRaksasa Cahaya — Giants of the First Light.

Makhluk-makhluk luar biasa, setiap individu memiliki koneksi langsung ke sumber energi multiversal. Sebagian besar akan menjadi penjaga, pelindung, penetral konflik antar realitas. Sebagian lainnya… akan menjadi ancaman saat keadilan dan kebenaran menjadi kabur.

More Chapters