Cherreads

Chapter 3 - Bab 3: Jejak Kengerian yang Menyebar

Setelah penemuan kuil kuno dan gulungan perkamen, Sephiroth tidak segera bertindak untuk membangunkan Raizel atau mencari Blood Moon Scythe. Ia memilih pendekatan yang lebih perlahan, membiarkan aura kekuatannya menyebar secara bertahap, mengukir namanya ke dalam kesadaran dunia purba ini. Ia ingin melihat bagaimana Ras-ras yang ada bereaksi, mengamati dinamika kekuatan mereka sebelum melakukan langkah besar.

Perjalanan Sephiroth terus membawanya melintasi lanskap yang belum terjamah, dari hutan lebat yang dipenuhi flora eksotis hingga pegunungan bersalju yang puncaknya menyentuh awan. Setiap langkahnya adalah deklarasi keberadaan, sebuah bisikan ancaman yang dibawa oleh angin. Ia tidak secara aktif mencari konflik, namun alam semesta sepertinya tertarik pada kekuatannya.

Konfrontasi pertamanya terjadi dengan klan Lycan yang lebih besar. Mereka adalah makhluk-makhluk primitif, yang hidup berburu dan bertarung, belum memiliki kecerdasan yang akan mereka kembangkan di masa depan. Sebuah kelompok Lycan yang ganas, dengan mata merah menyala dan taring tajam, menemukan Sephiroth sedang bermeditasi di sebuah dataran tinggi. Mereka mengira ia adalah mangsa yang mudah, seorang makhluk asing yang tersesat.

Raungan mereka membelah keheningan. Sephiroth membuka matanya, kilatan perak di kedalamannya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Masamune terhunus. Pergerakannya adalah badai keanggunan dan kecepatan. Lycan-Lycan itu, meskipun kuat dan cepat, tidak bisa mengimbangi. Cakar mereka yang tajam hanya menggores udara hampa, sementara tebasan Masamune meninggalkan jejak kehancuran. Darah menyembur, bulu-bulu beterbangan. Dalam waktu singkat, dataran tinggi itu dipenuhi mayat-mayat Lycan, bukti bisu kekuatan yang baru bangkit.

Kisah tentang "Pembantaian Dataran Tinggi" ini menyebar dari mulut ke mulut di antara Lycan yang selamat, mengubah mereka dari pemburu menjadi yang diburu. Ketakutan akan "Malaikat Satu Sayap" mulai merayap dalam legenda mereka.

Beberapa bulan berlalu. Sephiroth melanjutkan pengembaraannya, kadang-kadang berinteraksi dengan makhluk hutan biasa, mempelajari flora dan fauna dunia ini. Ia juga mulai mempraktikkan kekuatan Materianya secara lebih eksplisit, meskipun Materia dalam bentuk kristal belum ada di era ini. Ia bisa memanipulasi energi Lifestream dan energi gelap dalam dirinya untuk menciptakan fenomena yang mirip, seperti tembakan energi atau ilusi singkat.

Suatu kali, ia bertemu dengan sekelompok vampir nomaden yang lebih terorganisir. Mereka adalah vampir yang lebih tua, dengan kekuatan yang signifikan, namun belum mencapai status Elder. Mereka mencoba merekrutnya, tertarik pada aura kekuatannya yang luar biasa. Pemimpin mereka, seorang vampir bernama Kael, mendekatinya dengan sikap angkuh.

"Makhluk berambut perak," kata Kael, tatapan meremehkan terpancar dari matanya yang merah darah. "Kau memiliki kekuatan, itu jelas. Bergabunglah dengan kami, dan kami akan berbagi kekuasaan di wilayah ini."

Sephiroth hanya menatapnya, ekspresinya kosong. "Kekuasaan? Aku tidak berbagi. Aku mengambil."

Kael mengerutkan kening, aura ancaman menyelimuti dirinya. "Beraninya kau menolak tawaran klan Zylos! Kami akan mengajarimu rasa hormat!"

Pertarungan pun pecah. Para vampir melesat dengan kecepatan super, berusaha mengepung Sephiroth. Namun, bagi Sephiroth, gerakan mereka terasa lambat. Ia bergerak di antara mereka seperti hantu, Masamune menari-nari dalam tarian maut. Ia tidak membunuh dengan sembarangan kali ini. Sebaliknya, ia melumpuhkan mereka, mematahkan tulang, merobek sayap, melukai mereka dengan cara yang menyakitkan namun tidak fatal. Ia ingin mereka hidup, untuk menyebarkan kengeriannya.

Kael sendiri adalah yang terakhir. Sephiroth mengunci pandangannya dengan vampir itu, matanya memancarkan kegelapan yang dalam. "Biarkan ini menjadi pelajaran," bisik Sephiroth, suaranya dingin seperti es. "Ada kekuatan di dunia ini yang melampaui pemahamanmu. Sekarang, pergilah. Dan beritahu setiap vampir yang kau temui tentang Dia yang Membunuh Cahaya."

Kael, dengan tubuh yang patah dan jiwanya yang terguncang, melarikan diri bersama vampir-vampir yang terluka, membawa kisah kekalahan yang memalukan ini. Nama Sephiroth, dengan julukan barunya, mulai berbisik di lorong-lorong bawah tanah dan tempat persembunyian vampir. "Malaikat Satu Sayap," "Pembunuh Cahaya," dan "Penghancur Klan." Reputasinya tumbuh, bukan dari penaklukan besar, melainkan dari jejak kehancuran yang tak dapat dijelaskan.

Selama periode ini, Sephiroth juga mulai merasakan gangguan pada alam. Perubahan iklim yang tidak biasa, getaran di tanah yang bukan gempa bumi, dan peningkatan aktivitas energi spiritual. Ia tahu ini adalah tanda-tanda awal ketidakseimbangan yang pada akhirnya akan mengarah pada bangkitnya Raizel dan ancaman dari Union. Namun, ia tidak terburu-buru. Ia menikmati proses ini, melihat bagaimana Ras-ras yang berkuasa di masa depan bereaksi terhadap kehadirannya yang misterius.

Ia kadang-kadang akan menemukan kelompok-kelompok kecil manusia primitif yang hidup dalam ketakutan akan para makhluk malam. Sephiroth tidak membahayakan mereka. Sebaliknya, ia membiarkan mereka melihat sekilas kekuatannya yang menakutkan, memperdalam legenda mereka tentang makhluk-makhluk di luar pemahaman. Ia ingin agar namanya menjadi bagian dari sejarah dunia ini, sebuah mitos yang berkembang dari ketakutan.

Puluhan tahun berlalu dalam sekejap bagi Sephiroth. Ia telah menguasai kekuatan barunya sepenuhnya, beradaptasi dengan lingkungan purba ini, dan jejak kekuatannya telah terukir di berbagai penjuru benua. Ia belum mengklaim wilayah atau membangun kerajaan, tetapi ia telah menetapkan dominasinya atas alam.

Kini, setiap klan vampir dan Lycan yang berakal, bahkan yang paling tua sekalipun, akan berpikir dua kali sebelum menantang makhluk berambut perak yang memegang pedang raksasa. Nama Sephiroth telah menjadi simbol kekuatan tak terkalahkan dan kengerian yang tak dapat dijelaskan. Ia adalah predator puncak, yang hanya muncul dari bayangan untuk meninggalkan jejak darah dan ketakutan.

Dan di kejauhan, di kuil kuno yang tersembunyi, Raizel masih tertidur, tidak menyadari bahwa takdirnya mungkin telah diubah oleh kedatangan seorang penguasa jiwa dari dunia lain.

More Chapters