Cherreads

Chapter 2 - Bab 2: Sang Pangeran dan Ruang Rahasia

Suara derik pintu kayu tua menggema ketika Rania dibawa masuk ke ruangan batu dingin dengan dinding yang dipenuhi simbol-simbol asing. Lilin-lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan menciptakan bayangan menari, seolah mempermainkan ketakutannya.

"Apa ini penjara?" bisiknya.

Arven berjalan di belakangnya tanpa berkata apa pun. Tatapannya dingin, seperti es yang tak pernah mencair.

"Ini bukan penjara. Ini Menara Tengah," jawab pria tinggi berambut hitam itu akhirnya. "Tempat para peramal menyimpan rahasia waktu. Dan mungkin, tempat paling berbahaya di seluruh Auralis."

Rania menelan ludah. Ini jelas bukan mimpi biasa.

"Aku cuma manusia biasa, Pangeran... Arven, kan? Aku bukan penyusup, bukan penyihir, dan jelas bukan penjelajah waktu. Aku bahkan nggak tahu cara kerja jam itu!" ujarnya sambil menunjukkan gelang waktu yang kini tampak seperti jam mati biasa.

Arven menatapnya tajam. "Kau menyebut namaku begitu saja tanpa izin. Kau bahkan belum membungkuk hormat. Apa semua wanita dari negerimu sekeras kepala ini?"

Rania melotot. "Di negeriku, kami tidak membungkuk kecuali kepada Tuhan atau orang yang sangat dihormati. Dan... kau belum masuk daftar."

Arven terdiam sesaat, entah karena kesal atau... tertarik. Tapi dia tidak berkata apa-apa lagi, hanya berjalan menuju dinding, menekan batu tertentu, dan—klik!—sebuah pintu rahasia terbuka.

"Masuk."

"Serius? Apa aku harus terus ngikutin kamu? Aku bahkan nggak tahu siapa kamu sebenarnya!"

Arven menoleh. "Aku adalah Pangeran Arven Elcarion, pewaris pertama takhta Auralis. Dan kau... adalah ancaman bagi waktu dan negaraku."

Rania mendengus kecil. "Ancaman? Aku bahkan nggak tahu cara bertahan hidup tanpa listrik dan Wi-Fi…"

Mereka melangkah masuk ke ruangan rahasia. Di dalamnya, ada peta-peta tua yang bersinar samar, jam-jam raksasa tergantung di dinding, dan satu kitab besar yang terbuka di tengah meja batu.

"Kitab Waktu," kata Arven pelan. "Kitab ini meramalkan kedatangan seorang perempuan asing... dengan gelang dari langit... yang akan membawa kehancuran, atau keselamatan."

Rania mendekat, membaca tulisan kuno yang entah bagaimana bisa ia pahami:

> "Dari celah gerhana, dia akan datang. Membawa waktu di pergelangan, dan takdir di matanya. Istana akan gemetar, dan takhta akan diuji. Sang pengembara, dia bukan dari masa ini."

"Jadi... kau pikir aku orang itu?" tanya Rania pelan.

Arven memalingkan wajahnya. "Belum tentu. Tapi kemunculanmu... terlalu tepat waktunya."

Sebelum Rania sempat menjawab, terdengar suara gemuruh dari luar. Salah satu penjaga berlari masuk, napasnya terengah.

"Paduka! Ada ledakan di pelataran selatan! Beberapa jam istana—berputar dengan sendirinya!"

Arven langsung sigap. "Gelang itu… ikut aku!"

Rania ditarik keluar, matanya membelalak ketika melihat salah satu jam raksasa di menara berputar mundur. Angin berputar seperti pusaran, dan langit mulai gelap... meski seharusnya matahari masih tinggi.

"Kita harus menutup celah waktu," kata Arven, menggenggam tangan Rania. "Dan kau... harus ikut."

Rania menatap tangan mereka yang saling menggenggam, lalu ke matanya yang tajam dan penuh ketegangan.

"Kalau ini mimpi... kenapa aku bisa merasakan detak jantungku sendiri?"

More Chapters