Cherreads

Chapter 7 - Chapter 7 – Lightning Unleashed

Chapter 7 – Lightning Unleashed

(Pelepasan Petir)

Bulan kedua pun tiba. Kabut spiritual di Wilayah Zhi mulai menipis, dan aura yang selama ini tersembunyi mulai terasa semakin kuat, seakan sesuatu tengah bangkit dari tidur panjangnya.

Di sisi barat wilayah, di sebuah lembah yang penuh batu hitam retak dan udara berdesing halus, Fang Sei berdiri dengan kedua tangan menyentuh tanah. Tubuhnya bergetar halus. Sejak lama ia menduga tempat ini memiliki sesuatu yang lebih dari sekadar energi biasa. Namun kali ini, segalanya berubah drastis.

Zzzhhhkk....BRRAKKK!!

Langit di atasnya retak cahaya, dan petir menyambar dari langit ke titik di hadapannya. Tanah terbelah. Lalu, dari celah-celah itu, sepuluh butir Buah Spiritual Petir muncul bersamaan menggantung di udara seperti kilatan listrik yang padat bentuk.

Mata Fang Sei melebar. “Sepuluh...? Ini gila,” gumamnya. Tapi keterkejutan itu hanya bertahan sesaat. Senyum tipis menyungging di wajahnya. Tangannya mengepal.

“Kalau ini tantangannya, aku akan menaklukkannya semua.” Ia mulai bergerak cepat, namun tetap waspada. Energi liar dari buah-buah itu bisa menyambar siapa saja yang gegabah.

Sementara itu, di bagian selatan wilayah...

Jia Wei dan Jia Yuwei, dua kakak-beradik dari Keluarga Jia, berdiri di atas bebatuan datar yang menghadap ke lembah berkabut ungu keabu-abuan.

“Kamu merasakannya?” tanya Jia Wei, wajahnya serius.

Yuwei mengangguk pelan. “Energinya... seperti listrik yang menari di udara. Tapi lemah. Jauh.”

“Kalau benar Buah Spiritual Petir muncul di sana, kita tidak boleh kalah langkah.”

Tanpa menunggu lebih lama, mereka berdua mulai bergerak, meluncur menuruni tebing dengan gerakan ringan dan terlatih. Beberapa murid lain di sekitar juga mulai menunjukkan kegelisahan. Aura Petir memang hanya terasa samar oleh kebanyakan dari mereka, tapi cukup untuk membuat beberapa orang mulai bergerak mencari sumbernya.

Di sisi lain wilayah, We Jita masih berjuang. Meski sudah mendekati satu Buah Spiritual Langit sejak minggu lalu, tempat itu ternyata dijaga oleh formasi alami yang sangat ketat. Angin tajam terus berputar, dan pohon penjaga dengan duri halus seperti hidup, menolak siapa pun yang mendekat.

“Hampir... tinggal sedikit lagi...” gumamnya sambil menahan luka gores di pundaknya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Tapi bahkan langkah kecil saja di wilayah itu bisa memicu gelombang energi penolakan.

Di berbagai titik lain, para murid yang mendekati Buah Spiritual Langit pun mengalami kesulitan serupa. Semakin tinggi tingkat buah, semakin besar rintangannya.

Di tempat lain dalam Wilayah Zhi...

Yuji Daofei berdiri di tepi gua besar yang tersembunyi di balik air terjun. Udara di sekitarnya tebal dengan kabut spiritual, tetapi nalurinya yang tajam menangkap sesuatu denyut aneh, seperti detak jantung dari dalam batu.

“Ini tidak jelas… tapi ada di dekat sini.”

Ia melangkah maju dengan hati-hati, mengamati dinding gua. Detak jantungnya meningkat, tapi pikirannya tetap tenang. Buah Spiritual Surgawi masih sulit dipahami, seperti hantu yang menggoda di batas kesadaran.

Tak jauh dari sana, Yun Xiwe berjalan sendiri di hutan bambu yang sunyi, seolah waktu melambat di tempat itu. Langkahnya tak bersuara. Daun-daun melayang namun tak jatuh.

“Aku bisa merasakannya…” bisiknya.

“Dekat sekali. Tapi di mana?”

Ia berputar perlahan, mencoba mencari sumbernya. Bukan di atas, bukan di bawah hanya… tersembunyi. Seolah dunia sendiri menjaga tempat itu.

Langit di atas Wilayah Zhi tampak mulai menunjukkan gejala alam aneh. Awan membentuk spiral, angin mengalir dengan irama yang tak biasa.

Tanda-tanda semakin jelas, Buah Spiritual Petir telah bangkit.

Dan di kejauhan… bisikan dari Buah Spiritual Surgawi makin terasa, bagi mereka yang mampu mendengarkan.

Suasana di lembah batu retak semakin memanas. Udara di sekitar Fang Sei dipenuhi percikan energi liar setiap langkah mendekat membuat kulitnya terasa seperti tersengat listrik. Ia sudah sangat dekat dengan salah satu dari Lightning Spiritual Fruit yang melayang di udara, berputar pelan dengan aura biru menyala.

“Sedikit lagi…” bisiknya sambil memperkuat lapisan energi pelindung di tubuhnya.

Tiba-tiba, dari kejauhan di belakangnya sekitar seribu kaki ke arah selatan dua sosok melompat di antara reruntuhan pohon terbakar.

Jia Wei dan Jia Yuwei.

Mereka menghentikan langkah sejenak, memandang ke depan. Di kejauhan, siluet Fang Sei tampak semakin mendekat ke salah satu dari sepuluh buah yang penuh kilat.

“Dia mendahului kita,” gumam Jia Yuwei, sedikit kesal.

Jia Wei mengatupkan bibir. “Kita masih bisa ambil sisanya. Tapi jika dia ambil lebih dari satu… kita rebut.”

Mereka mulai bergerak cepat, lincah di antara bebatuan dan tanah berpasir, aura mereka mulai bangkit. Tapi suara langkah mereka masih samar, belum cukup mengganggu konsentrasi Fang Sei.

Namun, Fang Sei, yang memiliki insting tajam sebagai anak keluarga Fang, merasakan samar dari belakang. Ia berhenti sejenak, menajamkan pendengarannya lalu menoleh sedikit ke arah belakang.

“Jia bersaudara… Tch, mereka mengejarku.”

Tak ingin kehilangan momen, Fang Sei langsung mempercepat gerakannya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan Buah Spritual Petir agar bisa memulai kultivasi.

Sementara itu, murid-murid lain mulai berdatangan. Beberapa sudah menyadari bahwa ini bukan area biasa.

“Ada sepuluh Lightning Spiritual Fruit di sini,” bisik salah satu murid.

“Dan Fang Sei, Jia Wei, dan Yuwei sudah datang lebih dulu… Kita harus menunggu atau akan jadi korban,” kata yang lain.

Meski begitu, beberapa tetap memutuskan untuk maju. Ambisi telah menutupi rasa takut mereka.

Di sisi lain Wilayah Zhi, suasana jauh lebih tenang. Beberapa murid telah berhasil mendapatkan Earth Spiritual Fruit. Di bawah pohon tua yang akarnya melilit batu besar, seorang murid bernama Tan Wulien duduk bersila sambil menenangkan napas.

Buah berwarna cokelat keemasan dengan aura lembut tergenggam erat di tangannya.

“Sudah… berhasil.” Ia menatap buah itu dengan lega.

Namun, ia tak langsung keluar. “Li! Aku sudah dapat! Kau di mana?”

Dari kejauhan terdengar balasan, “Tunggu aku, aku hampir selesai!”

Fenomena ini bukan hal aneh. Beberapa murid lainnya juga memilih bertahan, menunggu teman dan saudara mereka.

Di atas bukit, dua murid dari Desa Luwe saling mengawasi. Salah satunya sudah menggenggam Earth Spiritual Fruit, namun tetap bertahan. “Kita keluar bersama. Tak ada yang tertinggal.”

Langit mulai berubah warna. Tapi perebutan belum selesai. Di area kilatan petir, ambisi terus membakar.

Dan di balik batu, bayangan Jia Wei dan Yuwei semakin dekat…

Sementara Fang Sei tidak akan menyerah begitu saja.

Tiga bulan telah berlalu sejak awal seleksi tahap pertama di Wilayah Zhi. Ratusan calon murid telah tersebar, sebagian telah menemukan Buah Spiritual Bumi, sebagian lagi mengejar Buah Spiritual Langit. Namun hanya sedikit yang berani dan cukup berbakat untuk menantang pencarian Lightning Spiritual Fruit.

Di antara mereka, Fang Sei telah menjadi sorotan. Tubuhnya kurus tapi lentur. Gerakannya lincah, penuh fokus. Kini, ia hanya tinggal beberapa langkah dari pohon-pohon tinggi yang memancarkan cahaya biru samar tempat sepuluh Lightning Spiritual Fruit menggantung tenang.

Napas Fang Sei memburu, namun matanya tetap menatap ke depan.

Di belakangnya, Jia Yuwei dan Jia Wei terus mendekat. Kini, jarak mereka hanya 500 kaki dari Fang Sei. Mereka bergerak cepat namun tetap dalam formasi, saling menjaga. Beberapa luka lecet di kaki dan lengan menandakan jalan yang mereka tempuh tak mudah.

“Dia hampir sampai,” bisik Jia Wei, matanya tajam.

“Kita belum terlambat,” jawab Yuwei, suaranya tenang tapi penuh ketegangan.

Dari sisi kiri, dua murid lain tak dikenal, namun tampak tangguh juga mulai mendekat. Mereka menggertakkan gigi, menatap Fang Sei dengan pandangan penuh ambisi.

Namun, tak ada yang berani menyerang. Mereka semua sadar satu hal penting:

Tanpa kultivasi, mereka hanya manusia biasa dengan fisik yang sedikit lebih kuat dan naluri tajam. Saling bertarung bisa membuang energi, bahkan mengakhiri peluang mereka.

Beberapa murid lain yang awalnya ikut membuntuti, memilih berhenti. Mereka kelelahan, lapar, dan mental mereka terguncang melihat kerasnya persaingan. Beberapa berpaling arah menuju daerah lain yang diyakini menyimpan Buah Spiritual Langit.

“Dia terlalu cepat...”

“Tak mungkin kita bisa lebih dulu dari mereka bertiga...”

“Ayo cari yang lain saja...”

Bisik-bisik itu terdengar dari balik semak dan bebatuan, lalu langkah-langkah berat mulai menjauh.

Namun di depan, Fang Sei terus maju. Kakinya goyah, tapi tekadnya kokoh. Cahaya biru dari Lightning Spiritual Fruit perlahan menyelimuti wajahnya yang berkeringat.

Tangan kanannya terangkat, tinggal sedikit lagi menyentuh buah itu.

Tiba-tiba

CRAAAKK!!

Sebuah sambaran petir kecil menyambar dari udara di atas pohon, menghantam tanah hanya beberapa kaki dari tempat Fang Sei berdiri.

“Tch!” Fang Sei terlonjak. Tanah di sampingnya hangus sebagian, mengeluarkan asap tipis. Meski kekuatannya tak seberapa, suara dan kilatnya cukup mengejutkan.

Ia mundur satu langkah secara refleks, lalu menahan napas, mencoba menenangkan detak jantungnya yang mendadak melonjak.

“Itu... bukan pertanda baik,” gumamnya pelan.

Di kejauhan, Jia Wei dan Yuwei yang melihat kejadian itu juga berhenti sejenak.

“Apa buah itu... menolak disentuh?” tanya Yuwei.

“Atau hanya memberi peringatan?” balas Jia Wei, sedikit mengernyit.

Para murid lain yang masih bertahan ikut menatap dengan waspada. Aura petir dari buah itu kini terasa lebih nyata, seolah menguji siapa yang benar-benar layak memilikinya.

Fang Sei mengepalkan tangan.

“Aku sudah sejauh ini... tak akan mundur hanya karena sedikit kilat.”

Langkahnya maju kembali, lebih hati-hati, tapi tak ragu.

More Chapters