Cherreads

Chapter 9 - Chapter 9 – Crimson Climb

Chapter 9 – Crimson Climb (Pendakian Merah)

Sudah lima bulan berlalu sejak tahap pertama dimulai. Alam Wilayah Zhi berubah drastis: angin kini lebih dingin, dan langit senantiasa diselimuti awan gelap yang menggantung tanpa hujan. Medan tak lagi sekadar penghalang ia menjadi ujian batin.

Di Gunung Lihai, Xieyi Zui kini hanya tinggal setengah perjalanan lagi menuju puncak. Napasnya masih teratur meski langkahnya berat. Tubuhnya lebih kurus dibanding awal, namun matanya tetap teduh dan tekadnya tak padam.

Di bawah sana, Yuji Daofei mendaki perlahan tapi pasti, berada tepat di jalur barat bawah gunung. Yun Xiwe pun mendekat dari sisi berbeda. Keduanya menyusul perlahan namun menjaga jarak satu sama lain, seakan tahu bahwa saat mereka bertemu di atas, segalanya bisa berubah menjadi perebutan yang sunyi namun mematikan.

Tak jauh dari kaki gunung, We Jita akhirnya tiba. Ia berdiri sejenak, menatap puncak di kejauhan, lalu melirik ke arah dua siluet perempuan di kejauhan Jia Wei dan Jia Yuwei yang tampak mengawasi dengan cermat.

“Kalian juga melihatnya, ya?” gumam We Jita sambil memandangi aura samar dari puncak.

Sementara itu, Fang Sei duduk di atas batu besar, memegang Buah Spiritual Petir yang ia dapatkan dua bulan lalu. Ia tak terburu-buru pergi. Malah, ia terus memperhatikan medan sekitar seolah mencari sesuatu.

Di sisi lain wilayah ini, Hui Baifa hampir mencapai tujuannya. Tangannya tinggal menjangkau Buah Spiritual Petir yang bersinar keunguan. Hanya beberapa langkah lagi…

Namun sebelum ia sempat meraihnya langit bergemuruh.

“GRRRROOOOAAARRR!”

Sambaran petir menggelegar di udara. Bukan satu, bukan dua tiba-tiba, lima belas Buah Spiritual Petir muncul satu per satu, masing-masing di tempat berbeda namun dalam satu kawasan. Cahaya ungu menyambar dari langit setiap kali satu buah muncul, membakar tanah di sekitarnya.

Murid-murid lain yang sebelumnya berusaha mendapatkan buah itu menoleh bersamaan. Wajah mereka tak lagi hanya menunjukkan kelelahan melainkan kebingungan dan keterkejutan.

“Apa yang baru saja terjadi…?” desis seorang murid.

Hui Baifa sendiri terdiam, matanya melebar. Tangannya bahkan belum sempat menjangkau buah di depannya.

“Kenapa jumlahnya... bertambah?!”

Di luar kawasan pegunungan, beberapa murid yang telah mendapatkan Buah Spiritual Bumi dan Langit sudah mulai pergi meninggalkan tempat ini. Sebelum benar-benar menghilang dari medan seleksi, salah satu dari mereka sempat bergumam pelan:

“Yang berada di puncak... bukan hanya buah, tapi juga kehendak langit. Hati-hati dengan Buah Surgawi.”

Angin kembali berhembus.

Petir menyambar sekali lagi di kejauhan.

Gunung Lihai... menanti akhir dari pendakiannya.

Kabut tebal menggulung pelan di sekitar Gunung Lihai. Suasana senyap, hanya terdengar desir angin dan gemuruh samar petir jauh di atas awan. Dalam kabut itu, tiga sosok bergerak mendaki di jalur yang berbeda, namun perlahan jalur mereka saling mendekat.

Xieyi Zui, dengan napas teratur dan langkah ringan meski tubuhnya jelas kelelahan, berhenti saat melihat dua bayangan muncul dari sisi kiri dan kanan jalurnya.

Yuji Daofei, masih dengan ekspresi tenang dan dingin, menaiki batu besar dan berdiri sejajar pandangan dengan Xieyi.

Yun Xiwe datang dari sisi kanan, tubuhnya ringan namun matanya tajam, seperti membaca kemungkinan konflik sebelum kata terucap.

Untuk beberapa detik, tidak ada suara.

Lalu, Yuji membuka mulut tanpa melihat langsung ke mereka. “Jika kalian ingin naik lebih dulu, silakan. Aku hanya ingin menunggu sesuatu.”

Xieyi menatapnya heran. “Menunggu apa?”

Yuji tidak menjawab langsung, tapi Yun Xiwe menyela

“Petir tak akan memilih yang menunggu. Ia memilih yang berani menantang.”

Tatapan mereka bertemu. Tegang. Tapi bukan kebencian yang muncul melainkan rasa saling uji, rasa ingin tahu tentang batas masing-masing.

Tiba-tiba, angin menghembus kuat dari atas, membawa kilatan cahaya yang menyebar ke langit. Buah Spiritual Surgawi memancarkan aura samar di kejauhan. Meski tak bisa disentuh dari tempat mereka berdiri, aura itu seperti menyentuh bagian terdalam jiwa.

Xieyi menatapnya dan berkata lirih, “Itu… panggilan…”

Yuji berbalik perlahan, lalu bicara lebih dalam.

“Bukan untuk kita bertiga. Belum.”

Yun Xiwe menatap ke arah Xieyi, lalu Yuji. “Lalu siapa?”

Langit kembali bergetar.

Angin dingin kembali menggulung dari puncak Gunung Lihai, membawa kilatan cahaya halus dari arah Buah Spiritual Surgawi yang mulai menampakkan siluet samar di balik awan. Getaran energi yang kuat terasa menghantam dada siapa pun yang berada di jalurnya.

Di lereng yang lebih rendah, Wang Xuei membuka matanya yang semula terpejam. Ia sudah lama duduk diam, mengamati, menunggu momen yang tepat. Tapi kini, tubuhnya bergerak perlahan, berdiri dan merentangkan lengan.

"Jika mereka sudah hampir sampai, aku tak akan diam lebih lama," gumamnya dengan nada serius.

Di sisi lain gunung, Hui Baifa menggenggam erat Buah Spiritual Petir yang baru saja ia dapatkan. Tubuhnya masih bergetar, bukan karena lelah… tapi karena kemarahan dan ketidakpercayaan.

“Petir tambahan muncul setelah aku dapatkan… seperti mengolok-olok usahaku," desisnya pelan.

Ia menatap Gunung Lihai. Wajahnya muram. Di matanya, terlihat bayangan Yuji Daofei, Yun Xiwe, dan Xieyi Zui yang perlahan naik bersama. Satu pertanyaan mengendap di pikirannya: apakah mereka akan sampai lebih dulu?

Tak jauh dari sana, Fang Sei duduk di atas batu besar sambil melempar Buah Spiritual Petir yang ia dapat ke udara lalu menangkapnya lagi dengan satu tangan. Ia tidak menunjukkan niat untuk naik ke puncak.

Namun matanya tak pernah lepas dari arah tiga sosok yang mulai berkumpul di lereng atas. Dengan senyum tipis dan nada rendah ia bergumam, “Menarik… Awan gelap, tiga pemburu cahaya, dan satu gunung merah darah. Ayo, tunjukkan padaku siapa yang layak."

Langit di atas Gunung Lihai mulai berubah. Awan petir menggulung pelan, menciptakan aura tekanan luar biasa. Kabut mulai tersibak sedikit demi sedikit, memperlihatkan bayangan Buah Spiritual Surgawi yang mulai bersinar terang.

Dan di tengah lintasan yang penuh tantangan itu, Xieyi Zui, Yuji Daofei, dan Yun Xiwe terus naik, masing-masing dengan langkah pasti, keyakinan pribadi, dan tekad yang tak terlihat... tapi terasa mengguncang.

Tiga sosok mendaki dengan langkah pelan tapi mantap. Batu tajam, tanah yang licin, dan angin berdesing seakan tak menggoyahkan tekad mereka. Xieyi Zui, dengan napas berat, melirik ke kanan Yun Xiwe masih di sisinya, wajahnya pucat tapi matanya tak kehilangan sorotan tenang. Di belakang mereka, Yuji Daofei menyusul tanpa suara, langkahnya stabil seperti biasa.

Untuk sesaat, hanya desiran angin dan gema kecil langkah kaki yang terdengar.

“Kita bisa bertarung nanti… tapi saat ini, lebih baik kita bertahan bersama,” ujar Xieyi lirih, menahan luka di lengannya.

Yun Xiwe mengangguk pelan. “Aku rasa… akan ada lebih dari satu Buah Spiritual Surgawi. Aura ini… terasa seperti sedang berkembang, bukan mereda.”

Yuji Daofei hanya melirik mereka sejenak, lalu menoleh ke atas. Tidak ada kata yang keluar, tapi keputusannya jelas ia akan ikut dalam kerja sama sementara ini.

Hari demi hari berlalu. Tanpa disadari, Wang Xuei telah mendekati posisi mereka. Ia berdiri beberapa puluh kaki di bawah mereka, wajahnya menegang. Tekanan dari Gunung Lihai kian kuat, dan setiap langkah yang diambil kini terasa seperti melawan gravitasi alam itu sendiri.

“Kaki ini… seolah ditolak oleh langit itu sendiri…” gumamnya sambil menahan napas panjang.

Dari kejauhan, duduk tenang di atas batu dengan posisi menghadap ke arah gunung, Hui Baifa memperhatikan semuanya. Matanya memancarkan kilau penasaran, tapi senyumnya sinis seperti biasa.

”Kerja sama? Lucu sekali. Di atas sana, niat baik akan lebih cepat hancur dibandingkan batu gunung ini,” ucapnya pelan. “Mari kita lihat… siapa yang akan menusuk siapa lebih dulu.”

Tak jauh dari wilayah keluar Wilayah Zhi, Jia Wei dan Yuwei duduk di bawah pohon besar, memandangi arah gunung dengan tenang. Buah Spiritual Petir telah lama mereka simpan, dan kini mereka hanya menunggu satu hal.

”Kita akan keluar dari tempat ini dua hari lagi,” ujar Jia Wei. “Tapi aku ingin tahu… siapa yang akan mendapatkan Buah Spiritual Surgawi pertama.”

Yuwei mengangguk pelan. “Aku bertaruh pada Yun Xiwe… meski Yuji mungkin yang tercepat.”

Di kejauhan, kabut yang menyelimuti puncak Gunung Lihai tampak mulai memudar. Aura Buah Spiritual Surgawi terasa semakin kuat… namun bersamaan dengan itu, tekanan spiritual di udara mulai menekan jauh lebih berat.

Gunung ini tak hanya menguji kekuatan. Ia menguji niat, hubungan, dan keyakinan.

Dan waktu untuk ujian puncak itu… sudah dekat.

Sementara itu, di lereng bawah Gunung Lihai, beberapa calon murid yang berada tak jauh dari rombongan utama mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Suara jeritan tiba-tiba menggema seorang pemuda terpental ke udara setelah dahan pohon yang besar mencambuk tubuhnya seakan makhluk hidup.

“Aaaaakhhhh!!”

Tubuhnya terlempar ke bebatuan, lalu berguling ke bawah lereng. Dua rekannya hanya bisa menatap ngeri, tak mampu menolong. Salah satu dari mereka memutuskan untuk menyerah, wajahnya pucat pasi saat ia kembali menuruni jalur pendakian sambil menggenggam lengannya yang tergores dalam.

Di bawah sebuah batu besar, lima calon murid lainnya duduk terengah-engah, tubuh mereka dibasahi keringat, pakaian mereka robek oleh ranting, duri, dan medan keras. Mereka tak lagi berbicara dengan semangat seperti sebelumnya.

“Buah Spiritual Bumi dan Langit… semua sudah habis,” gumam salah satu dari mereka, suaranya berat. “Tersisa Petir saja, tapi... siapa yang mau bertaruh nyawa untuk itu?”

“Mungkin… kalau kita tunggu beberapa hari lagi, Buah Petir akan muncul lagi seperti sebelumnya,” sahut yang lain.

Tak ada yang menanggapi. Mereka hanya menatap ke arah Gunung Lihai, tempat aura Surgawi mengalir seperti kabut merah samar di antara celah awan. Hanya Buah Spiritual Petir yang masih bisa mereka harapkan.

More Chapters