Cherreads

Chapter 6 - Chapter 6 – One Month Passed: The Spiritual Fruit Reveals

Chapter 6 – One Month Passed: The Spiritual Fruit Reveals

Waktu telah berlalu satu bulan sejak para calon murid memasuki Wilayah Zhi. Hutan, tebing, sungai, dan lembah spiritual menjadi saksi dari usaha mereka dalam menemukan Buah Spiritual. Dalam keheningan wilayah ini, perubahan mulai terasa.

Di antara mereka, Fang Sei telah melangkah lebih jauh ke area yang dipenuhi aura petir. Tanahnya kering dan retak, udara diselimuti listrik statis, dan setiap langkahnya mengundang sambaran kecil dari petir di sekitarnya.

"Sudah satu bulan… Tapi tidak ada yang mudah di tempat ini," gumamnya, memperhatikan jejak-jejak energi yang melingkari sebuah lembah kecil.

Di depan sana, terlihat gugusan tanaman dengan daun berkilauan, seolah mengandung petir di dalamnya. Di tengah-tengah tanaman itu, tersembunyi satu pohon yang tampak berbeda: kulitnya menghitam dengan akar bercahaya biru samar.

"Itu… kemungkinan besar tanaman Buah Spiritual Petir," katanya sambil menyipitkan mata.

Namun jarak antara dirinya dan tanaman itu masih cukup jauh. Di sekelilingnya, tanaman-tanaman liar menyimpan energi petir yang meledak tak terduga. Satu langkah salah bisa membuatnya lumpuh, bahkan tewas. Fang Sei menunduk dan mengeluarkan gulungan peta spiritual.

"Aku harus membuat jalur atau menunggu waktu yang tepat. Tapi siapa tahu ada orang lain yang datang lebih dulu."

Sementara itu, di sisi lain Wilayah Zhi, Yuji Daofei berdiri di atas tebing tinggi. Matanya menatap tajam ke arah cakrawala.

"Tidak ada satu pun tanda dari Buah Spiritual Surgawi bahkan tidak satu helai kelopak pun yang menunjukkan keberadaannya. Tapi, kenapa aku merasa dipanggil ke arah timur laut?"

Tanpa berkata lagi, ia melompat turun dari tebing, tubuhnya mendarat ringan di antara dedaunan, lalu menghilang ke dalam kabut.

Wang Xuei menyusuri wilayah selatan. Ia tampak tidak terburu-buru, melainkan seperti sedang berjalan-jalan santai.

"Hmph, semua terlalu serius. Kalau aku tidak mendapat Buah Spiritual, aku tinggal mengambil dari mereka yang memilikinya saja, bukan?"

Senyumnya miring, matanya tajam mengamati murid-murid lain yang bekerja keras menggali, memanjat, atau melawan binatang penjaga.

Di jalur timur, Xieyi Zui berjalan sendirian dengan tenang. Matanya sesekali menatap kompas spiritual di tangannya.

"Kalau aku bisa memahami arah arus energi, mungkin aku bisa menemukan sumbernya... entah Buah Spiritual Petir, Langit, atau bahkan Surgawi," katanya dengan nada lembut.

Jia Yuwei berada tak jauh dari sana, mencatat sesuatu di buku kecilnya.

"Enam jalur sudah kuperiksa. Tapi tidak ada cukup tanda. Aku butuh metode yang lebih efisien..." katanya.

Jia Wei, kakaknya, menoleh dari belakang pohon.

"Atau mungkin... kita tinggal sedikit mengganggu jalur orang lain. Tidak semua harus dilakukan dengan jujur, bukan?"

Yuwei menghela napas, tapi tidak menjawab.

Hui Baifa tampak mengendap-endap di balik semak. Tatapannya mengarah pada seorang murid laki-laki yang sedang mencoba menyeberangi sungai kecil yang dijaga oleh monster air.

"Dia terlihat yakin... mungkin dia tahu letak Buah Spiritual Petir..." bisiknya. Dengan licik, ia mengikuti dari kejauhan.

Di sisi barat, Yun Xiwe duduk bersila di atas batu datar. Angin seolah diam di sekitarnya. Mata tertutup, ia merasakan getaran halus dari tanah.

"Buah Spiritual Surgawi... Aku merasakannya. Di bawah tanah... seperti mengalir… sangat dalam… tapi semakin jelas."

Peluh mulai menetes di pelipisnya, tapi ia tetap tenang. Kekuatan spiritualnya mengalir ke dalam bumi, mencoba berkomunikasi dengan sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh segelintir orang berbakat.

Di kejauhan, langit mulai berubah. Cahaya aurora samar muncul di atas hutan-hutan tertentu. Ini adalah pertanda: Buah Spiritual mulai menampakkan dirinya.

Namun hanya mereka yang benar-benar peka dan cerdas yang mampu menangkap isyarat ini dengan tepat. Waktu terus berjalan dan hanya separuh dari mereka yang akan lolos ke tahap berikutnya.

Sementara sebagian besar murid masih menyisir hutan dan lembah di Wilayah Zhi, satu sosok tampak bergerak dengan penuh keyakinan di antara kabut tipis yang menggantung di atas tanah berbatu. Namanya We Jita, seorang pemuda berusia tujuh belas tahun dari desa kecil di wilayah barat daya, tak terlalu dikenal namun cukup tangguh. Tubuhnya ramping, dengan rambut hitam pendek yang terikat ke belakang dan tatapan tajam penuh tekad.

Ia baru saja merasakan gelombang energi khas dari Buah Spiritual Langit berkilauan samar berwarna biru muda, tersembunyi di antara batu-batu tajam dan akar-akar yang mencuat dari tanah.

"Ini... tidak salah lagi," gumamnya, perlahan melangkah maju.

Namun belum jauh ia bergerak, dua murid lelaki dari arah kiri dan kanan muncul menghadang. Salah satunya tampak tinggi besar dengan tombak kayu di punggungnya, sementara yang satunya lagi lebih kecil, namun gerakannya lincah dan licik.

"Berhenti di situ," ucap yang tinggi. "Kami sudah duluan di sini. Buah Spiritual Langit itu milik kami."

We Jita hanya mengangkat alis. "Tidak terlihat ada tanda milik. Kalian bahkan belum menyentuhnya."

"Jangan sok jago!" bentak si pendek, langsung melompat maju mencoba menendang Jita.

Dengan cepat, Jita menangkis serangan itu, dan terjadilah perkelahian singkat. Suara pukulan dan gesekan tanah memecah keheningan sekitar. Tak ada yang menggunakan senjata mematikan ini bukan pertarungan sampai mati, melainkan unjuk kekuatan dan klaim wilayah.

Setelah beberapa pukulan dan luka ringan di pipi Jita serta goresan di lengan salah satu lawannya, mereka terpisah. We Jita berdiri tegap, matanya tetap fokus ke arah sumber cahaya biru yang kini mulai tampak jelas di balik bebatuan.

Melihat keberaniannya, kedua penghadang itu akhirnya mundur perlahan, memilih tidak mengambil risiko lebih jauh.

"Dasar keras kepala, ambil saja kalau bisa," gerutu salah satunya sebelum pergi.

We Jita mengatur napasnya, mengusap darah di pipinya, lalu melangkah maju mendekati Buah Spiritual Langit yang bersinar lembut seperti pelita senja mengingatkan semua orang bahwa dalam dunia kultivasi, hanya yang berani dan gigih yang bisa melangkah lebih jauh.

Langit Wilayah Zhi masih diselimuti awan tipis, seakan menyembunyikan rahasia yang perlahan terkuak.

Setelah We Jita membuka jalur pertama menuju Buah Spiritual Langit, aliran energi spiritual mulai terasa semakin nyata di berbagai penjuru wilayah. Tanpa disadari oleh sebagian murid, energi dari Buah Spiritual Bumi dan Langit mulai menyusup keluar dari persembunyiannya.

Di area berbatu dan tanah subur dekat danau kecil di sisi timur wilayah, beberapa murid bersorak pelan.

"Aku menemukannya... ini pasti Buah Spiritual Bumi!"

Seorang murid perempuan, mengenakan jubah coklat tua, berlutut dan menggali tanah dengan hati-hati. Cahaya kehijauan perlahan menyembul dari akar tanaman berbentuk spiral. Beberapa murid lain yang berada di sekitarnya mulai merapat, tapi mereka tak berani sembarangan merebut.

Di sisi lain, aroma logam dan cahaya kebiruan tipis terlihat di sebuah celah sempit dekat jurang kecil di bagian utara wilayah. Beberapa murid lelaki berebutan menuruni tebing curam, mencoba mencapai Buah Spiritual Langit yang tampak menggantung di pohon bercahaya redup.

“Aku menemukannya lebih dulu! Itu milikku!”

“Bodoh, cepat rebut sebelum yang lain datang!”

Suasana mulai kacau. Tapi di balik keramaian tersebut, suasana berbeda terjadi bagi sebagian kecil murid.

Di dalam hutan berkabut yang dipenuhi suara statis halus, Fang Sei masih bergerak perlahan menuju pusat area dengan energi petir yang berdenyut dari tanah. Ia tahu, Buah Spiritual Petir ada di dalam. Namun, jalan masuknya begitu rumit dan penuh jebakan tanaman bermuatan listrik yang mematikan.

Ia bergumam pelan sambil menatap ke depan, "Ini bukan sekadar kekuatan... ini ujian ketahanan."

Sementara itu, Hui Baifa mengikuti jejak seseorang yang diyakininya menuju lokasi Buah Spiritual Petir. Di tangannya tergenggam jimat peredam suara, matanya menyipit, mencoba mencari momen tepat untuk merebut kesempatan dari orang yang lebih kuat.

Di sisi selatan wilayah, Yuji Daofei berdiri di atas batu besar, matanya tertutup, merasakan angin dan aliran energi di sekitarnya. Sesekali, ia membuka mata dan menatap langit. Ada sesuatu yang samar, nyaris tak terjangkau.

"Seperti bisikan... tapi terlalu jauh," gumamnya, kening berkerut. Ia belum menemukan apa pun, namun ada harapan samar bahwa Buah Spiritual Surgawi tidak jauh dari jangkauannya.

Sementara itu, Yun Xiwe berada di tempat yang lebih sunyi, lembah tenang dengan air mengalir lembut dan pepohonan tinggi. Ia duduk bersila, tangan di pangkuan, dan aliran spiritual halus mengitari tubuhnya. Matanya terbuka perlahan.

"Ini nyata... kekuatan dari langit... tapi tersembunyi dengan sempurna," bisiknya.

Wajahnya terlihat tenang, tapi sorot matanya tajam. Dia tahu, hanya dia yang merasakan dengan jelas bahwa Buah Spiritual Surgawi benar-benar ada. Namun, tak ada petunjuk arah. Rasanya seperti dikelilingi kabut yang tak bisa disentuh.

Sementara murid lain masih sibuk mengejar Buah Bumi dan Langit, persaingan perlahan berubah dari pencarian menjadi strategi, dari kebingungan menjadi kejelian.

Dan waktu terus berjalan…

Sebentar lagi, buah-buah itu tak hanya akan terlihat, tapi juga menjadi rebutan yang bisa memicu konflik lebih besar dari sekadar luka ringan.

More Chapters