Lembah Kerajaan Crimson telah berubah menjadi kawah kehancuran, saksi bisu benturan kekuatan yang melampaui batas dimensi. Sephiroth, The One Sang Pembantai, meluapkan kemarahannya yang dahsyat, mengoyak alam dengan setiap ayunan Masamune-nya. Di hadapannya, Cadis Etrama di Raizel, sang Noblesse Agung, bertarung dengan kekuatan Raja yang baru bangkit, berusaha menembus dominion lawannya. Di kejauhan, Alice Cullen hanya bisa menyaksikan horor ini, hatinya bergemuruh oleh pertarungan para dewa yang mengancam untuk merobek dunia. Tepat ketika pertarungan mencapai titik di mana kehancuran total tak terhindarkan, sebuah intervensi tak terduga terjadi.
Pukulan Telak dan Keputusasaan Raizel
Pertarungan mencapai puncaknya. Sephiroth, dengan amarah yang dingin, mengakhiri serangkaian manipulasi Lifestream dan serangan Masamune yang mematikan. Ia melesat di depan Raizel, bilah pedangnya berkelebat. Meskipun Raizel mengerahkan semua kekuatannya untuk bertahan, serangan itu terlalu cepat, terlalu kuat. Masamune menembus pertahanan Raizel, melukai tubuhnya dengan dalam.
Raizel terhuyung, darah merah kehitaman menetes di salju. Kekuatannya melemah, dan sayap kegelapannya mulai memudar. Ia telah memberikan segalanya, tetapi Sephiroth, sang Pembantai, masih terlalu kuat, terlalu mutlak. Raizel menyadari bahwa ia tidak akan bisa mengalahkan The One sendirian.
Sephiroth mendekat, Masamune terangkat, siap melancarkan pukulan terakhir. Kilatan perak di matanya memancarkan kepuasan dingin, sebuah penegasan dominasinya.
Pengorbanan Tak Terduga: Perpecahan di Lifestream
Tepat pada saat itu, sebuah kekuatan mendadak melonjak dari dalam Lifestream, bukan dari Raizel, melainkan dari sumber yang sama sekali tidak terduga. Di suatu tempat yang jauh, Makhluk Purba (Ancient Ones), sisa-sisa ras kuno yang telah Sephiroth taklukkan dan paksa bersembunyi di dalam Lifestream itu sendiri, merasakan ancaman mutlak terhadap keberadaan mereka. Mereka telah bersembunyi, pasrah pada dominasi Sephiroth, namun pertarungan antara Raizel dan The One kini mengancam untuk menghancurkan Lifestream sepenuhnya, yang berarti kehancuran mereka juga.
Dipimpin oleh kesadaran kolektif yang putus asa, Makhluk Purba melakukan pengorbanan terakhir. Mereka mengerahkan sisa-sisa kekuatan mereka, tidak untuk menyerang Sephiroth, melainkan untuk merobek sebagian kecil Lifestream dari kendalinya. Ini adalah tindakan nekat, sebuah perlawanan terakhir dari mereka yang telah lama tunduk.
Sephiroth merasakan gelombang energi dari dalam Lifestream. Ini bukan serangan. Ini adalah perpecahan. Sebuah bagian dari kendalinya, sebuah fragmen dari Lifestream yang telah ia kuasai selama ribuan tahun, tiba-tiba terlepas darinya, dibawa pergi oleh sisa-sisa kekuatan kuno yang sekarat.
Wajah Sephiroth, yang biasanya tanpa emosi, kini menunjukkan kejutan mutlak, diikuti oleh kemarahan yang membara yang melampaui segala yang telah ia tunjukkan sebelumnya. Ini adalah penghinaan. Ini adalah pengkhianatan terhadap kendalinya yang sempurna.
Sebuah Bisikan dan Jalan Keluar
Saat Lifestream bergolak dan perhatian Sephiroth terpecah oleh perpecahan tak terduga ini, sebuah bisikan terdengar di benak Raizel. Bukan suara, melainkan semacam transmisi telepatik dari Makhluk Purba yang sedang sekarat, sebuah pesan terakhir yang penuh pengorbanan:
"Noblesse... Bukan kemenangan... Tapi... Mundur... Selamatkan apa yang tersisa... Kekuatan... Telah terbuka..."
Sebuah portal, bukan dari Blood Field atau sihir Sephiroth, melainkan sebuah celah dimensi kecil dan tidak stabil, tiba-tiba terbuka di belakang Raizel. Itu adalah hasil dari pengorbanan Makhluk Purba, sebuah jalur darurat yang diciptakan untuknya, memanipulasi ruang-waktu untuk sesaat.
Frankenstein, yang melihat kesempatan langka ini, segera bertindak. Meskipun terluka parah dan kelelahan, ia mengerahkan sisa kekuatannya, mencengkeram Raizel yang lemah. "Tuan! Kita harus pergi!"
Sebelum Sephiroth bisa bereaksi penuh terhadap perpecahan Lifestream dan portal yang tiba-tiba, Frankenstein menyeret Raizel masuk ke dalam celah dimensi itu. Portal itu berkedip, lalu menutup, meninggalkan Sephiroth sendirian di lembah yang hancur.
Lembah itu hening. Sephiroth berdiri tegak, Masamune di tangannya. Kemarahan murni terpancar darinya, bukan karena Raizel berhasil melarikan diri, melainkan karena dominasi sempurna Lifestream-nya telah tercoreng. Sebuah bagian kecil dari kendalinya telah direnggut. Ia akan mengingat ini.
Di kejauhan, Alice Cullen berteriak. Visinya menunjukkan kepadanya Raizel dan Frankenstein menghilang melalui portal, dan kemudian, kemarahan yang luar biasa dari Adrian, The One. Pertarungan berakhir, bukan dengan kemenangan mutlak, melainkan dengan intervensi tak terduga yang meninggalkan bekas luka pada sang penguasa.