Cherreads

Chapter 36 - Bab 36: Gema Pedang dan Pertanyaan yang Menggantung

Detik-detik setelah Adrian melukai Felix terasa seperti keabadian di dataran salju. Suara benturan pedang dan jeritan Felix yang jarang terdengar membelah riuh rendah pertempuran, membeku sejenak semua yang ada di sana. Alice, yang terhuyung dari hantaman, menatap Adrian dengan mata terbelalak, bukan karena rasa sakitnya, melainkan karena keterkejutan murni. Bagaimana Adrian, seorang manusia, bisa melakukan itu?

Reaksi di Medan Perang

Di garis depan, Edward merasakan gelombang kebingungan yang bercampur dengan keterkejutan dari pikiran Felix. Saudara-saudara Cullen lainnya juga terpaku. Mereka telah melihat Adrian sebagai manusia biasa, seorang guru yang tenang. Kini, pria itu berdiri di hadapan salah satu pengawal terkuat Volturi, pedang di tangan, memancarkan aura kemarahan dingin yang menakutkan. Ini bukan aura vampir, bukan pula aura werewolf. Ini adalah sesuatu yang asing, namun begitu kuat, begitu kuno.

Aro, yang telah mengamati dengan cermat, matanya menyipit penuh intrik. Kekuatan yang melukai Felix bukanlah kekuatan mentah, melainkan presisi yang mematikan, keahlian seorang pendekar pedang yang tak tertandingi. Aura yang tiba-tiba meluap dari Adrian, meskipun berbeda dari kekuatan Sang Guru Berbayang yang ia temui sebelumnya, memiliki resonansi yang serupa: dingin, dominan, dan tak terbaca. Keraguan yang telah ia rasakan terhadap The One Sang Pembantai dan Sang Guru Berbayang kini semakin kuat. Apakah ada hubungan antara Adrian, Sang Guru Berbayang, dan legenda kuno itu?

Felix, yang kesakitan, meraung. Ia menerjang Adrian lagi, kemarahannya mengaburkan penilaiannya. Namun, Adrian tidak bergerak mundur. Matanya yang keperakan memancarkan cahaya yang lebih terang, mencerminkan kemarahan yang membara namun terkendali.

Kali ini, gerakan Adrian lebih cepat dari sebelumnya. Bukan kecepatan supernatural yang berlebihan, melainkan kecepatan dan kelincahan yang diasah selama ribuan tahun. Pedangnya menari dalam gerakan yang anggun namun brutal. Bilah itu mengukir pola di udara, mengincar titik-titik vital dengan akurasi yang menakutkan. Adrian tidak berusaha membunuh, ia hanya melumpuhkan. Ia memotong tendon, melukai sendi, membuat Felix terhuyung dan jatuh berlutut, lumpuh sementara.

Adrian kemudian melangkah melewati Felix yang merintih, tanpa sedikit pun melihatnya lagi. Pandangannya hanya tertuju pada Alice. Ia berjalan tenang ke arahnya, seolah-olah pertempuran besar di sekelilingnya tidak ada. Alice, yang masih terpaku, membalas tatapannya. Dalam mata Adrian yang memancarkan kilatan perak, Alice melihat bukan hanya kemarahan, tetapi juga sesuatu yang lebih dalam – sebuah ketertarikan protektif yang tidak pernah ia duga dari seorang manusia.

Keheningan Setelah Badai Kecil

Kemunculan Adrian dan tindakannya yang mengejutkan telah menciptakan jeda singkat dalam pertempuran. Kedua belah pihak menahan diri, mengamati sosok manusia itu yang kini berlutut di samping Alice.

"Kau baik-baik saja?" Adrian bertanya, suaranya pelan namun nyaris tidak terdengar di tengah kebisingan yang mulai kembali. Ada nada cemas yang samar, sebuah kerutan kecil di dahinya yang disamarkan.

Alice mengangguk pelan, masih terguncang. "Saya ... aku baik-baik saja, Adrian. Tapi..." Matanya beralih ke pedang di tangan Adrian, lalu ke Felix yang tak berdaya. "Bagaimana?"

Adrian hanya menatapnya, tidak menjawab pertanyaan itu. Ia meletakkan tangannya di bahu Alice, sebuah sentuhan yang terasa dingin namun menenangkan. Untuk sesaat, ia tampak ragu, seolah ingin mengatakan sesuatu, namun ia hanya menarik napas.

Keheningan yang singkat ini segera pecah oleh teriakan pertempuran yang kembali pecah. Ancaman Volturi masih ada. Namun, kini ada elemen baru yang tak terduga dalam medan perang, sebuah pertanyaan yang menggantung di udara: Siapa sebenarnya Adrian ini? Dan mengapa ia memilih untuk menunjukkan kekuatan tersembunyinya sekarang, untuk melindungi Alice?

More Chapters