Cherreads

Chapter 38 - Bab 38: Titik Balik Tak Terelakkan

Pertempuran di dataran salju telah mencapai puncaknya. Adrian, sebagai pendekar pedang manusia, telah memutarbalikkan arus konflik, melumpuhkan puluhan vampir Volturi dengan keahlian yang tak terbayangkan. Alice, yang kini telah pulih, menatapnya dengan campuran keterkejutan dan pemujaan, sementara Edward dan keluarga Cullen tercengang oleh kekuatan yang tak dapat dijelaskan itu. Namun, meskipun banyak pengawal Volturi telah dilumpuhkan, inti kekuasaan mereka—Aro, Caius, Marcus, dan para vampir elit seperti Jane dan Alec—tetap menjadi ancaman yang mematikan. Adrian tahu bahwa untuk mengakhiri konflik ini secara definitif, ia harus melampaui persona pendekar pedang biasa.

Kemarahan dingin yang ia rasakan ketika Alice terluka masih membara, menjadi pemicu bagi tindakan yang akan datang. Ia telah menunjukkan kemampuan sebagai manusia, kini saatnya menunjukkan siapa ia sebenarnya, tanpa harus mengungkapkan identitas utamanya sebagai The One Sang Pembantai.

Sasaran: Jane dan Alec

Adrian bergerak. Matanya yang keperakan, yang kini memancarkan cahaya yang lebih intens, terkunci pada Jane dan Alec. Ia tahu kekuatan mereka, kemampuan mereka untuk melumpuhkan indra atau menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan, adalah ancaman terbesar bagi sekutu Cullen dan bahkan bagi dirinya sendiri jika ia tetap menahan diri.

Ia menerjang ke arah Jane terlebih dahulu. Jane, merasakan ancaman, segera melancarkan kekuatan rasa sakitnya. Rasa sakit yang memekakkan telinga dan melumpuhkan menyerbu pikiran Adrian. Namun, bagi Sephiroth, ini hanyalah gangguan kecil. Tubuhnya tidak berkedip, tidak menunjukkan tanda-tanda rasa sakit. Ia hanya terus maju, menembus dinding rasa sakit Jane seolah itu adalah ilusi.

Ekspresi Jane, yang selalu dingin dan angkuh, berubah menjadi terkejut, lalu panik. Kekuatannya, yang tak pernah gagal, tak mempan pada pria ini. Sebelum Jane bisa bereaksi, Adrian sudah berada di depannya. Tanpa ragu, tanpa emosi di wajahnya, pedang di tangan Adrian berkelebat. Bukan untuk melumpuhkan kali ini. Bilah itu menembus jantung Jane dengan presisi yang brutal dan mematikan.

Jeritan kaget melesat dari kubu Volturi. Jane, yang tak terkalahkan, telah mati. Tubuhnya menegang, lalu hancur menjadi debu, tertiup angin salju.

Alec, yang terkejut dan marah melihat kematian saudarinya, segera melepaskan kekuatan kabutnya yang melumpuhkan indra. Seluruh area diselimuti oleh kabut hitam pekat yang menghilangkan penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sentuhan. Namun, bagi Adrian, ini hanyalah tirai. Indranya jauh melampaui batas fana. Ia bisa merasakan setiap partikel di udara, setiap getaran energi dari Alec.

Adrian melangkah maju menembus kabut, seolah kabut itu tidak ada. Alec, yang tak terlihat dalam kabutnya sendiri, merasakan kengerian yang sama seperti Jane. Ia tidak bisa melacak musuhnya, namun ia merasakan kehadirannya yang tak terbantahkan semakin mendekat. Sebuah kilatan perak muncul dari kabut, diikuti oleh suara tusukan yang mematikan. Pedang Adrian menembus jantung Alec dengan kejam, mengakhiri hidup vampir muda itu.

Kemarahan Aro dan Akhir Konflik

Kematian Jane dan Alec, dua senjata terkuat Volturi, mengirimkan gelombang kejutan dan teror di seluruh medan perang. Kabut Alec lenyap, memperlihatkan Adrian yang berdiri di antara debu kedua vampir elit itu, pedang di tangannya meneteskan sisa-sisa debu hitam. Wajahnya tetap tenang, namun aura kemarahan yang dingin masih memancar darinya.

Aro, yang melihat dua aset paling berharganya musnah dalam sekejap oleh seorang "manusia," akhirnya meledak. Raungan kemarahan terdengar dari bibirnya. Ia menerjang ke depan, dikelilingi oleh pengawal yang tersisa. "Bunuh dia! Sekarang!"

Edward, Bella, dan semua Cullen menatap dengan ngeri sekaligus takjub. Mereka melihat bahwa Adrian bukan hanya pendekar pedang biasa. Ia adalah kekuatan tak terbendung.

Adrian menghadap Aro dan pengawalnya yang tersisa. Ia tidak perlu lagi menahan diri sepenuhnya. Ia mengayunkan pedangnya. Kali ini, setiap tebasan tidak hanya melukai, tetapi menghancurkan. Bilah pedang Adrian bergerak dengan kecepatan yang membuat mata vampir pun sulit mengikuti. Satu per satu, pengawal Volturi tumbang, tubuh mereka hancur menjadi debu, mati dalam sekejap.

Akhirnya, hanya Aro, Caius, dan Marcus yang tersisa, bersama beberapa pengawal terakhir yang gemetar. Aro, yang biasanya tenang, kini terlihat panik. Ia telah meremehkan kekuatan ini. Ini bukanlah pendekar pedang; ini adalah malaikat maut.

Adrian tidak berbicara. Ia hanya menatap Aro dengan tatapan kosong, dingin, namun penuh ancaman. Aro merasakan semua yang ia pelajari dari sentuhan tangan Adrian—kekuatan yang melampaui segalanya. Ia melihat kematian Jane dan Alec dengan jelas.

"Mundur," kata Aro, suaranya nyaris tak terdengar, gemetar karena ketakutan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. "Kita mundur!"

Dengan kehancuran yang tak terelakkan di hadapan mereka, sisa-sisa Volturi melarikan diri, menghilang dari dataran salju dengan kecepatan tinggi. Mereka telah dikalahkan, bukan oleh Cullen atau sekutunya, melainkan oleh satu sosok misterius.

Dataran salju kembali hening, kecuali suara angin dan napas terengah-engah dari yang selamat. Adrian tetap berdiri tegak, pedangnya masih terhunus. Matanya yang perak melirik ke arah Alice, yang kini menatapnya dengan tatapan yang penuh pertanyaan, ketakutan, dan sesuatu yang hampir seperti pengertian. Adrian telah mengakhiri konflik, menunjukkan bahwa ia adalah penguasa tertinggi di dunia ini, tanpa pernah sekalipun mengungkapkan identitasnya sebagai The One Sang Pembantai. Ia telah memilih untuk muncul sebagai pendekar pedang yang tak terkalahkan, pahlawan tak terduga yang menyelamatkan mereka, namun meninggalkan misteri yang jauh lebih besar di baliknya.

More Chapters