Cherreads

Chapter 17 - Bab 17: Tamu Tak Terduga di Crimson

Berabad-abad telah berlalu dalam kedamaian yang sunyi, diatur oleh tangan tak terlihat Sephiroth. Kerajaan Crimson tetap menjadi rahasia, sebuah benteng tersembunyi jauh di dalam jantung pegunungan yang tak terjamah. The Veil, agen-agen manusia Sephiroth yang mengenakan topeng, memastikan "ketertiban" dunia, sementara Pangeran Kelabu, identitas publik Sephiroth, dengan halus mengarahkan perkembangan peradaban. Tidak ada yang pernah mendekati Crimson, apalagi memasukinya, hingga suatu hari, takdir memutuskan untuk memainkan perannya.

Penjelajah yang Terlalu Berani

Elara dan Kael adalah pasangan penjelajah yang gigih dan penuh rasa ingin tahu. Bukan agen The Veil, bukan pula sisa-sisa ras purba yang ditakuti. Mereka adalah manusia biasa, keturunan dari mereka yang selamat dari Perang Apokalips, yang hidup di era yang relatif tenang. Dibekali dengan peta kuno dan kisah-kisah legenda, mereka telah menghabiskan berbulan-bulan melintasi wilayah terlarang, mencari reruntuhan yang belum terjamah dan rahasia yang terlupakan.

Tujuan mereka adalah Pegunungan Bayangan, sebuah rantai pegunungan yang sangat berbahaya dan diselimuti mitos. Legenda menyebutkan adanya "kota tersembunyi" di sana, sebuah tempat yang dijaga oleh kekuatan purba. Banyak yang mencoba, tidak ada yang kembali. Namun, Elara dan Kael, didorong oleh semangat petualangan dan keinginan untuk membuktikan bahwa legenda itu nyata, tetap maju.

Mereka telah melewati badai salju, mengalahkan makhluk buas yang terpencil, dan menavigasi labirin ngarai yang membingungkan. Mereka percaya mereka mengikuti jejak peta kuno yang ditinggalkan oleh para penjelajah pertama. Tanpa mereka sadari, mereka sebenarnya telah melewati batas-batas sihir ilusi yang melindungi Kerajaan Crimson. Keberhasilan mereka bukanlah karena keahlian semata, melainkan karena pergeseran tak sengaja dalam aliran energi Lifestream, atau mungkin, karena takdir itu sendiri yang ingin mereka berada di sana.

Gerbang yang Terungkap

Suatu malam, saat badai salju tiba-tiba muncul dan menutupi jejak mereka, Elara dan Kael berlindung di sebuah gua sempit. Dingin menggigit, dan pandangan mereka terbatas. Mereka menyalakan api kecil, berharap badai segera berlalu. Saat itulah, Kael, yang sedang mencoba mencari celah untuk melihat badai, tiba-tiba merasakan tangannya menembus sesuatu yang tak terlihat.

"Elara! Aku... aku merasakan sesuatu!" serunya, terkejut.

Elara mendekat. Bersama-sama, mereka mendorong, dan dinding gua yang tadinya tampak padat, tiba-tiba bergeser. Bukan, itu bukan bergeser. Itu menghilang. Di hadapan mereka terbentang sebuah terowongan batu yang gelap, diukir dengan presisi yang sempurna, memancarkan aura dingin namun tidak mengancam. Itu adalah sebuah pintu masuk yang tersembunyi, sebuah jalan ke dalam gunung yang tak pernah mereka duga.

Mereka ragu. Mitos Pegunungan Bayangan juga berbicara tentang bahaya yang mengerikan. Namun, rasa penasaran mereka mengalahkan ketakutan. Dengan senter batu yang mereka gunakan untuk penerangan, mereka melangkah masuk.

Jantung Merah

Terowongan itu membawa mereka jauh ke dalam gunung, lorong demi lorong yang diukir dengan pola-pola aneh. Udara di dalam terasa berbeda, sejuk dan bersih, dengan getaran energi yang aneh. Mereka melewati ruangan-ruangan kosong yang luas, yang fungsi kuno tak bisa mereka pahami, hingga akhirnya, mereka tiba di sebuah aula melingkar yang sangat besar.

Pemandangan di hadapan mereka membuat mereka terkesiap. Aula itu bermandikan cahaya redup dari kristal-kristal bercahaya yang tertanam di dinding. Di tengahnya, terdapat sebuah altar batu yang megah, dan di atasnya... sebuah singgasana sederhana, namun memancarkan aura kekuasaan yang tak terbantahkan. Singgasana itu kosong, namun terasa seolah menunggu penghuninya.

Ini bukan reruntuhan. Ini adalah sebuah tempat yang hidup, namun sepi. Mereka telah menemukan Kerajaan Crimson, jantung kekuasaan The One, tanpa menyadarinya. Keheningan aula itu memekakkan telinga, namun terasa begitu kuat, seolah ada mata yang mengawasi mereka dari setiap sudut.

Elara dan Kael saling berpandangan, ketakutan mulai merayapi mereka. Mereka telah melangkah terlalu jauh, masuk ke tempat yang seharusnya tidak pernah ditemukan oleh manusia. Dan saat itulah, sebuah suara dalam, resonan, namun tidak mengancam, bergema di seluruh aula.

"Selamat datang," suara itu berkata, berasal dari bayangan di salah satu sudut aula yang gelap, sebuah suara yang terdengar begitu kuno namun juga begitu jelas. "Kalian adalah yang pertama. Yang berhasil menemukan tempat ini."

Dari kegelapan, sesosok tubuh tinggi dan ramping melangkah keluar. Jubah abu-abu gelap melingkupinya, namun Elara dan Kael bisa melihat rambut perak panjang yang jatuh hingga lututnya, dan mata perak tajam yang menatap mereka dengan intensitas yang tak terlukiskan. Itu adalah Pangeran Kelabu.

Elara dan Kael hanya bisa berdiri di sana, napas mereka tertahan di dada. Mereka telah menemukan lebih dari sekadar reruntuhan. Mereka telah menemukan jantung dari legenda yang paling menakutkan, dan berhadapan langsung dengan sang penguasanya.

More Chapters