Cherreads

Chapter 4 - Azab Pencuri Kotak Amal

BAB 4 – Dosa Tak Bisa Disembunyikan

Pagi itu, suara ketukan di pintu membuat Faisal terbangun dengan kaget.Tubuhnya masih terasa lemas, dan luka di tangan kirinya… belum berhenti berdarah.

Ia membungkusnya dengan kain, lalu berjalan tertatih ke depan pintu.

Tok tok tok…

"Faisal! Kau di dalam, kan?"Itu suara Bu Narti, tetangga sebelah. Suaranya cemas.

"Semalam warga bilang lampu rumahmu padam tapi terdengar suara teriakan. Kau tidak apa-apa?"

Faisal hanya menjawab singkat, "Saya baik, Bu."Lalu membiarkan pintu tetap tertutup rapat.

Namun di balik tirai, matanya menangkap sesuatu di halaman rumah:Seekor kucing hitam. Tapi anehnya, kucing itu menatap langsung ke Faisal dan tidak berkedip—dan matanya… berwarna merah menyala.

Faisal mundur.

"Kucing kampung matanya nggak merah," bisiknya, ketakutan."Itu… bukan kucing biasa."

Sepanjang siang, Faisal mengurung diri. Ia mencoba salat, memohon ampun. Tapi setiap kali ia berdiri untuk takbir, bayangan hitam muncul di ujung sajadah.Dan saat ia membaca doa, lafaznya menjadi kacau.

Seolah lidahnya sendiri menolak menyebut nama Tuhan.

"Astaghfirullah… ya Allah, ampuni aku…"

Menjelang magrib, keanehan makin nyata.

Faisal mulai mendengar langkah kaki berat dari loteng rumahnya. Padahal ia tinggal sendiri.Saat ia naik untuk mengecek, ia menemukan lumpur basah mengotori lantai papan tua di atas.

Dan di tengah lumpur itu, ada jejak kaki besar—bukan jejak manusia biasa. Lebih besar, dan bentuknya aneh, seolah bertulang keluar.

Saat malam turun, hujan datang.

Faisal menyalakan lilin dan duduk di depan cermin. Ia bicara pada dirinya sendiri.

"Masih ada waktu. Masih ada tiga malam… aku harus mengembalikan uang itu. Tapi… ke mana uangnya?"

Ya. Uang yang ia curi hilang entah ke mana sejak malam pertama. Kotak itu menghilang bersama isi dan darahnya. Seolah... ditelan bumi.

Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu.

Tok… tok… tok…

Faisal menoleh.Hujan makin deras. Tidak mungkin ada orang datang malam-malam begini.

Ia membuka jendela sedikit untuk mengintip…

Dan matanya membelalak.

Di depan rumah berdiri sosok lelaki tua.Bajunya compang-camping, wajahnya tertutup sarung. Tapi Faisal tahu siapa dia…

"Ayah…?"

Ayah angkatnya. Orang yang telah meninggal dua tahun lalu—dikebumikan di pemakaman belakang masjid. Sekarang berdiri… hidup dan menatapnya.

Faisal terduduk di lantai, gemetar.Tapi suara dari luar memanggil dengan sangat pelan:

"Kau membawa aib ke dalam rumah ini, Sal…""Kembalikan… atau biarkan kami menjemputmu."

Faisal menjerit.Lilin padam.Rumahnya menjadi gelap total.

Dan dalam kegelapan itu, bisikan-bisikan kembali terdengar dari segala arah…

"Malam keempat… dosa tak bisa disembunyikan…"

More Chapters