BAB 1 – Sentuhan Dosa Pertama
Faisal berdiri di depan masjid kecil di ujung desa. Waktu sudah melewati pukul dua dini hari. Langit gelap pekat, tanpa bintang, dan hanya terdengar suara jangkrik yang memecah keheningan.
Angin malam dingin menusuk tulang, tapi bukan itu yang membuat tubuh Faisal gemetar.
Tangannya bergetar karena rasa takut… dan rasa lapar.
Sudah dua hari ia tak makan. Orangtuanya meninggal dalam kecelakaan, dan tak satu pun warga desa peduli pada hidupnya. Bahkan Pak RT pun kini enggan menyapa.
Di balik sorotan mata kelaparan itu, Faisal menatap kotak amal yang terletak di sudut ruangan dalam masjid. Masjid yang sepi. Pintu kayunya hanya disangkutkan, tidak dikunci. Imamnya sudah tua dan tinggal di rumah yang letaknya cukup jauh.
"Sedikit saja… hanya untuk makan," gumam Faisal pada dirinya sendiri.
Ia masuk pelan-pelan, sandal lusuhnya dilepas di luar. Langkahnya hati-hati, dan napasnya ditahan saat ia membuka pintu dengan sangat perlahan.
Masjid itu hening.Terlalu hening.
Kotak amal itu terbuat dari kayu jati, kecil dan tak mencolok. Tapi ia tahu — setiap Jumat, para jemaah sering mengisi kotak itu. Pasti ada sesuatu di dalamnya.
Faisal mendekat. Ia berlutut di hadapan kotak amal itu.
"Maaf, Tuhan…" bisiknya.
TANGAN KIRI-nya menyentuh kotak itu.Tangan kanan mencari-cari kunci kotak, dan…
KRREKK…
Suaranya nyaring di tengah sunyi. Kunci kotak amal patah oleh obeng kecil yang ia bawa.
Dan saat kotak itu terbuka…
Darah mengalir dari dalam.
Faisal membeku.
Matanya melebar. Isi kotak itu bukan uang… bukan kertas… tapi daging basah, lendir hitam, dan mata — sepasang mata putih melotot menatapnya.
"ALLAHU AKBAR!"
Ia mundur terbanting. Tapi tubuhnya tak bisa digerakkan. Kakinya seperti tertanam di lantai. Bau anyir memenuhi rongga hidungnya. Nafasnya tersendat. Ia ingin berteriak… tapi suara itu tertelan ketakutan.
Dari balik mimbar… muncul sosok.
Tinggi. Berjubah putih yang kini penuh darah. Wajahnya tak terlihat… hanya hitam kosong, seperti lubang ke dunia lain. Tapi matanya…
Bercahaya merah.
Sosok itu menunjuk langsung ke wajah Faisal.
Dan suara berat, dalam, dan menggelegar terdengar di seluruh ruangan:
"REZEKI HARAM ITU MILIKKU."