Cherreads

Chapter 5 - Bab 5 : Pertarungan dan Pelarian

Matahari membakar tanah hitam dunia pembuangan. Udara dipenuhi bau logam berkarat dan tanah basah.

Keringat mengalir deras di pelipis Fajar Fana saat puluhan pemulung bersenjata mengelilingi mereka. Tatapan para pemulung itu dingin—seolah empat remaja ini sudah menjadi mayat berjalan.

"Kita takkan menang melawan mereka semua," desis Vaskar, otot lehernya menegang. "Tapi jalur pelarian tertutup, dan menyerah bukan pilihan."

Di depan, Bos Hu menghentakkan kayu pemukulnya ke tanah. "Anak-anak, kalian punya dua pilihan: serahkan harta, atau kami akan memotong kalian hidup-hidup!". Suaranya menggema, meski matanya tampak ragu, ia sendiri belum yakin mereka benar-benar membawa sesuatu yang berharga.

Namun dia tidak membutuhkan alasan untuk membunuh. Baginya, yang kuat berhak untuk membunuh yang lemah.

Namun kenyataannya, kepercayaan diri anak-anak di hadapannya sangat menjengkelkan. Sejak kapan rusa menatap balik singa tanpa gentar.

"Jelek! Mereka cuma sampah !" teriak seorang pemulung. "Apa yang bisa mereka sembunyikan ?"

Wajah Bos Hu memerah padam. "Dasar sampah! Siapa yang baru saja bicara ?!" Matanya tajam seperti harimau.

"Bos Hu, bahkan jika kami menyembunyikan harta, kepada siapa kami harus memberikannya?" tanya Vaskar dengan ekspresi ragu.

Vaskar mencoba menabur perselisihan. Matanya menatap beberapa sosok yang tampak seperti pemimpin kelompok pemulung.

"Bos Hu, jika kami memberikan har—"

"Orang tua, pergi atau mati!" Draven menyela, jari tengahnya mencuat ke arah Bos Hu. "Kau cuma monyet tua yang berlagak!"

Vaskar hampir muntah darah karena malu. Bisa-bisanya idiot ini menyelanya...

"Beraninya kalian...!" wajah Bos Hu memerah. Ia benci dihina—terutama soal penampilannya. Itu mengingatkannya pada saat cinta pertamanya menolaknya karena wajahnya yang mirip babi.

Fajar menghela napas. Ini benar-benar berbahaya. Dia telah mengamati puluhan pemulung dewasa, sebagian besar berada di tahap pemurnian kulit dan penempaan otot, namun ada juga yang berada di tahap penempaan tendon dan penyempurnaan tulang.

Ia mengepalkan tangan, merasakan untaian energi spiritual mengalir liar dalam merdiannya, seperti petir yang mengamuk di tengah badai.

"Kalau begitu," ujarnya pelan, suaranya tegas, "kita bertarung."

---

Draven bergerak lebih dulu.

"Hah!" Kapaknya menyambar, membelah udara, kali ini jauh lebih cepat dan tajam.

CRAK!

Sebuah tangan terpisah dari tubuh seorang pemulung—darah muncrat, daging terlempar. Tapi dua pemulung lain langsung menyergap dari samping—pedang berkarat dan pisau melesat ke arahnya.

"Sial! Terlalu ban—"

KLANG!

Vaskar melompat. Lengannya yang sekuat perunggu menangkis serangan. Pedang itu bergetar, tapi goresan merah tertinggal di kulitnya.

"Jaga jarak, bodoh!" geramnya, sebelum meninju perut lawan.

KRUK!

Pemulung itu terlempar. Darah muncrat dari mulutnya.

"Apakah mereka benar-benar bukan seniman bela diri Alam Tubuh Fondasi ?" Ujar pemulung terdepan.

"Tidak peduli seberapa kuat bocah ini, staminanya terbatas !" Tegas pemulung lain. Lebih banyak pemulung menyerang si kembar.

Di sisi lain, Azelyn dikepung. Mereka mengira dia yang terlemah-hingga kabut biru tua menyembur dari tongkatnya.

"Tebasan Racun Menembus Awan!"

ZZZZT!

Pemulung pertama menjerit—kulitnya meleleh seperti lilin. Yang lain terpaku, lalu berteriak panik,

"Astaga, bagaimana mungkin?! Itu teknik racun dari peringkat Fana!"

Mereka belum pernah mendengar ada teknik atribut racun di Alam Tubuh Fondasi, bahkan Fana tanpa kultivasi yang menggunakan teknik beladiri belum pernah terdengar.

Azelyn menggigit bibir.

"Andai aku masih di Tanah Suci... pil pemulihan Qi bisa mengisi energiku."

Napasnya berat—racunnya mematikan, tapi energinya terbatas.

---

Fajar tidak punya waktu untuk membantu yang lain.

Bos Hu sudah berdiri di hadapannya—tubuhnya seperti dinding daging berlapis besi, napasnya berat, dan aliran Qi darahnya sangat kuat.

"Tatapan mu yang paling menjengkelkan di antara semuanya," ujar Bos Hu, lidahnya menjilat bibir.

"Aku akan mencungkil mata mu... Kamu pasti punya barang berharga di kantung kulitmu kan ?."

Fajar tidak menjawab. Ia mengamati Bos Hu. Aliran Qi mengalir ke matanya, dan pemahaman Fajar tentang lawan meningkat tajam.

"Penglihatan Petir"

Dia berada di tahap Penempaan Otot... mungkin bahkan Penyempurnaan Tulang.

Di bawah efek konstitusi Petir Biru, penglihatannya menjadi puluhan kali lebih peka. Ini adalah salah satu kemampuan unik konstitusi nya.

Kapak besar di tangan Bos Hu berkarat tapi bergerigi—tercium bau racun ular api. Kaki kanan lawan tampak sedikit terhuyung: itu titik hambatan Qi. Selain itu, aliran Qi-nya tidak merata, terkonsentrasi di dada tapi tersumbat di rusuk kiri.

Bos Hu menyerang lebih dulu. Kapaknya, didukung kekuatan Alam Tubuh Fondasi, berputar cepat.

"MATI!" raungnya.

Kapak menghujam ke arah kepala Fajar—begitu cepat hingga udara mendesis terbelah.

Qi Spiritual di mata Fajar menyala lebih terang. Dunia melambat. Gerakan Bos Hu terurai dalam pikirannya: ayunan kapak cepat, titik lemah di ketiak, fluktuasi Qi kacau di rusuk kiri.

Fajar hampir menghindar. Gerakannya membentuk bayangan, tapi—

SSST!

Mata kapak menggores bahunya. Daging terbelah, darah menyembur panas.

Pada akhirnya... bahkan jika aku tahu kelemahan lawan, tanpa kekuatan yang cukup, itu semua sia-sia.

"Mati saja, bocah!" Bos Hu meraung, kapaknya bersiap kembali.

Energi biru dari Kalung Matahari Biru berdenyut.

Otot-otot Fajar bergetar. Luka di bahunya menutup perlahan. Kulit baru meregang seperti karet terbakar.

Energi itu tidak hanya menyembuhkan, tapi juga mengeluarkan racun dan memulihkan darah yang hilang.

Sekarang.

Fajar melompat.

Tinjunya menyambar, bukan sekadar pukulan, karena pukulan Fajar mengandung Qi spiritual yang sangat ganas dan merusak, diarahkan tepat ke rusuk kiri Bos Hu.

CRACK!

Tulang remuk.

Bos Hu terlempar. Darah muncrat dari mulutnya seperti anggur disemprotkan paksa.

"Tidak mungkin—!" suaranya parau.

"Kau belum mulai kultivasi, tapi—!"

Usia muda Fajar dan tubuhnya yang kurus membingungkan bos Hu menyebabkannya lengah.

Fajar tak memberinya waktu. Kaki kanan Bos Hu masih lemah.

Ia menyambar kapak yang jatuh, lalu—

BAM!

Kayu pemukul menghantam punggung Fajar dari samping.

Pemulung lain.

Fajar terpental. Giginya gemeretak. Musuh terlalu banyak.

Luka lebamnya perlahan pulih.

Sementara itu, Vaskar dan Draven mulai kehabisan stamina. Mereka bukan kultivator, mereka tak bisa pulih secepat Fajar.

Draven memukul dadanya.

"Aku tidak akan mati di sini."

Wajah mudanya penuh tekad.

"Draven, kau memang berandalan sialan...," Ucap Vaskar sambil menangkis serangan dengan tangan berdarah. Ucapnya sembari melindungi punggung Draven.

"Andai ayah masih hidup...", ucapnya dalam hati.

"Mengapa rasanya mereka lebih mirip seniman bela diri tahap penyempurnaan tulang" Pemulung itu heran.

Sementara itu, tubuh Azelyn nyaris roboh. Ia memuntahkan darah, terlalu banyak racun yang dilepaskan.

Di sekelilingnya, tanah kering tanpa rumput. Hanya ada mayat-mayat berserakan dengan mulut berbusa, organ-organ terbuka.

Gagak beterbangan di langit jauh di atas kepala Azelyn, sepertinya mencium aroma bangkai. Dikombinasikan dengan wajah putih porselennya, ia tampak seperti Dewi Kematian.

Fajar Fana mengarahkan telunjuk nya di bawah tenggorokan seorang pemulung dan di atas tulang selangkanya membuat pemulung itu tidak berkutik.

Saat Fajar akan menghabisinya, sebuah pemukul kayu di arahkan ke wajahnya, meski sempat bergeser, bahu Fajar masih terkena pemukul kayu membuatnya terpental ke belakang.

Dengan bantuan kalung matahari biru, cedera di bahunya mulai memudar, dan rasa sakit yang dia rasakan mulai mereda.

Pakaian Fajar berlumur darah. Tubuhnya lunglai, tapi matanya tetap tenang, menolak tunduk pada rasa sakit.

Fajar terdiam sejenak, mendengarkan. Di kejauhan,

…tum… tum…, derap kaki berat, teratur, seolah kaki penghancur tanah berjalan mendekat.

Fajar mengernyit, merasakan getaran halus di tanah, tapi belum sempat bertanya apa itu—

BUM!

Tanah bergetar.

Dari balik pepohonan, sepasang mata merah sebesar piring mengintai. Bau belerang menyengat.

Fajar Fana dan semua pemulung membeku. Dalam sekejap, wajah mereka dipenuhi teror.

Anjing Neraka. Itu adalah predator puncak.

---

Anjing Neraka itu melompat, tubuhnya hitam bersisik, giginya yang tajam bergerigi mencabik tubuh pemulung. Jeritan menggema di udara.

"LARI!" teriak seseorang.

Fajar menarik lengan Azelyn.

"Ke reruntuhan kota! Sekarang!"

Mereka berlari, dikejar derap kaki makhluk buas. Begitu tiba di reruntuhan, Azelyn menghembuskan kabut tipis dari tongkatnya, menyamarkan bau darah.

"Kita tak bisa lama di sini," bisik Fajar. "Binatang itu akan mencium kita".

"Sial, apakah ini waktunya invasi binatang buas ?" Wajah Draven pucat.

Setiap setengah tahun, terutama selama musim kawin, sejumlah binatang buas dari zona beracun menjadi lebih agresif, dan menjelajah hingga kota pembuangan sampah.

"Invasi binatang?, sejak kapan predator sebesar itu menjelajah hingga wilayah kota?, untuk kawin?

Tepat ketika keheningan menyelimuti mereka, cahaya biru berpendar semakin intens dari Matahari Biru di ruang kesadaran Fajar.

Saat Fajar menyadari aktivasi matahari biru, ia merasakan rasa sakit yang amat sangat di kepalanya.

Detik berikutnya, di gantikan oleh banjir informasi, simbol-simbol aneh muncul di benaknya—segudang pola rune rumit yang tidak dia pahami.

Sebagian besar pola rune membentuk Formasi array yang sederhana, sementara yang lain membentuk formasi array yang lebih rumit.

Ada beragam jenis Formasi array mulai Formasi array tipe pertahanan, ilusi, pengumpulan Qi, jebakan, dan penyerangan.

Warisan Formasi Array.

Vaskar, Draven, dan Azelyn menatap Fajar yang memegang kepalanya dengan kebingungan.

Kilatan dingin melintas di mata Draven, dia mencengkeram kapaknya lebih erat.

Namun ketika dia melirik kakaknya yang tidak bergerak, dia melonggarkan kembali genggamannya dan memalingkan wajah seolah tidak terjadi apa-apa.

Azelyn melihat interaksi keduanya dan menyipitkan mata, lalu kembali menatap Fajar yang memiliki perubahan ekspresi yang cepat.

Perlahan matanya yang bingung mulai berbinar seolah menemukan sesuatu yang luar biasa.

"Aku tahu... Aku tahu cara mengganggu Formasi Lintas Dunia," ujarnya mantap, tangannya gemetar, detak jantungnya meningkat. Dia sudah muak hidup di tempat ini.

Vaskar mengerutkan dahi.

"Kau bercanda? hanya Master Formasi Peringkat tinta Ungu dengan kultivasi Alam inti Qi yang bisa membangun Formasi Lintas Dunia".

"Kita tak perlu membangunnya," jawab Fajar. "Cukup mengubah beberapa detail pola runenya. Lorong Kapsul Roh bisa diretas."

"Tetap saja itu masih membutuhkan keterampilan ahli formasi peringkat tinta hijau" Vaskar ragu.

"Lalu bagaimana dengan bahan-bahan untuk membangun Formasi, bagaimana cara kita keluar dari penjara ini dan kabur dari kejaran mesin pembunuh itu ?" Vaskar melanjutkan pertanyaannya dengan skeptis tanpa jeda.

Vaskar menarik nafas yang dalam lalu mengajukan pertanyaan paling penting, "Dan di mana Formasi Lintasan Dunia yang ingin kamu retas?".

Fajar menatap mata Vaskar, kemudian menjelaskan "Ada desas-desus yang beredar di antara pemulung, di jantung Zona Beracun, ada kapal roh tua yang terdampar. Asal kapal roh itu harus sama dengan kapsul pembuangan".

"Harus ada mekanisme pengaktifan Formasi otomatis di dalam kemudi kapal, cukup untuk mengaktifkan beberapa pola rune seharusnya bisa di lakukan oleh Pemula Formasi Garis Dasar !", lanjut Fajar.

"Kita bisa mencobanya, percaya padaku !!"

Ada banyak pertanyaan yang menganggu Vaskar.

"Seperti, bagaimana dia yakin dengan keterampilan nya?".

"Kenapa dia percaya rumor acak yang beredar di antara pemulung?".

"Aku setuju dengan ide ini!". Azelyn yang sejak tadi mengintip keluar, akhirnya berbicara.

"Ada banyak cacat dan kelemahan di dalam rencana tersebut, tapi sejak kapan kepastian ada di dunia pembuangan sampah?"

Mendengar ini, Vaskar terdiam, sebagai pemimpin yang selalu merencanakan perampokan bersama adiknya, dia terkadang terlalu memperhitungkan kepastian mutlak. Padahal mengapa butuh kepastian untuk keluar dari neraka ini ?

Draven tertawa penuh semangat. "Ide bagus !".

Matanya menyipit. "Aku setuju. Kurasa ini satu-satunya cara kembali ke dunia atas", ujarnya sambil menatap langit biru, mengingat sekte yang pernah jadi rumahnya.

Azelyn mengangguk pelan.

"Kalau begitu... kita harus bergerak sebelum fajar."

Empat pasang mata saling bertemu.

Dalam diam, mereka tahu:

Ini pertaruhan dengan resiko kematian.

Tapi mereka akan menghadapi tantangan sebesar apapun yang menghadang.

---

More Chapters