Cherreads

Chapter 159 - BAB 150: MONTER PALING INDAH

Keceriaan Es yang Mematikan

​Keheningan yang dingin dan mematikan menyelimuti Jurang. Satu-satunya suara adalah gesekan kecil salju spiritual yang baru saja Luo Xuanyin hamburkan.

Para murid, termasuk Ye Chen dan Jian Wushuang, masih membungkuk kesakitan, terhimpit oleh tekanan aura Dewi Es yang tak terduga.

​Perubahan Sifat yang Kontras

​Luo Xuanyin, kini diselimuti cahaya dan keagungan, menatap para murid yang terhuyung. Namun, di wajahnya yang seindah peri itu, tidak ada amarah atau keseriusan yang diharapkan dari seorang ahli baru.

Sebaliknya, ia tersenyum. Senyum yang cerah, hampir seperti anak kecil, namun sangat dingin keceriaan es yang mematikan.

​Luo Xuanyin (Suaranya yang jernih berdering di udara, dipenuhi nada manja yang aneh)

​"Oh, ayolah. Mengapa kalian semua membungkuk seperti itu? Aku tahu aku cantik sekarang, tapi kalian tidak perlu menaruh hormat seperti itu padaku. Ck, c k c k."

​Nada manja itu berbenturan kontras dengan kekejaman di matanya. Ia tidak peduli dengan rasa sakit mereka; ia hanya menikmati permainan baru ini.

​Luo Xuanyin tertawa kecil, tawa yang terdengar seperti pecahan kristal yang dingin.

​Luo Xuanyin: (Dengan dingin dan manja)

​"Kalian semua adalah ahli, bukan? Atau setidaknya, kalian berusaha terlihat seperti ahli.

Ahli sejati tidak perlu membungkuk kepada siapa pun. Jadi, berdiri! Kalian menyakiti mataku dengan penampilan menyedihkan itu."

​Hukuman Tanpa Emosi

​Luo Xuanyin berjalan santai di antara para murid yang masih berjuang untuk berdiri. Ia tidak menoleh ke arah Qin Tianyang, yang masih terhuyung dan mencoba menstabilkan diri, seolah-olah Qin Tianyang kini adalah benda mati yang tak lagi penting.

​Ia berhenti di depan Ye Chen, yang masih berjuang keras menahan tekanan.

​Luo Xuanyin: (Nada ceria, tetapi penuh penghinaan)

​"Kau, yang serakah. Kau ingin Bunga Es Peninggalan? Kau ingin menjadi murid mematikan? Sayangnya, kau hanya sampah yang tidak layak dibentuk."

​Luo Xuanyin mengulurkan jari telunjuknya, yang diselimuti esensi murni. Ia tidak menyentuh Ye Chen. Namun, dari ujung jarinya, energi esensi murni itu melesat seperti jarum tak terlihat.

​Jarum spiritual itu melukai Ye Chen tanpa sentuhan fisik, menusuk titik meridiannya yang paling sensitif.

​Ye Chen menjerit kesakitan, ambruk sepenuhnya, tubuhnya kejang-kejang. Luka yang ia terima tidak terlihat, tetapi ia telah dilumpuhkan.

​Reaksi Lin Feng dan Qin Tianyang

​Lin Feng di atas tebing tidak menunjukkan amarah, melainkan kegembiraan yang gila. Pemandangan ini, meskipun di luar kendalinya, memenuhi standar estetikanya tentang kekacauan dan supremasi.

​Lin Feng (Tertawa keras)

​"Luar biasa! Mutlak! Bunga itu menciptakan monster yang sangat indah! Luo Xuanyin, kau benar-benar tahu cara menghibur-Ku!"

​Qin Tianyang melihat semua itu dengan mata yang dingin. [Dialog Internal Qin Tianyang] "Dia bukan hanya kuat; dia tidak memiliki belas kasihan dan tidak dapat diprediksi. Dia adalah kekacauan yang murni. Lin Feng sekarang terhibur, dan perhatiannya akan teralih padanya. Ini adalah kesempatan yang sangat berharga."

​Qin Tianyang tahu, Luo Xuanyin kini adalah pembelokan sempurna dari rencana Lin Feng. Ia harus berpura-pura lumpuh total, membiarkan Lin Feng menikmati pertunjukan baru ini, dan menyembunyikan kekuatannya yang sebenarnya di balik kelemahan.

​Luo Xuanyin, sang Dewi Es yang ceria, kini memimpin arena. Ia tertawa, dan tawa itu adalah janji akan lebih banyak kekejaman.

Energi Cahaya Pengembalian itu menyentuh aura Luo Xuanyin yang dingin dan agresif.

​Nenek Tua Penyihir (Suaranya tenang dan lembut, namun mengandung otoritas yang tak terbantahkan)

​"Cukup, anakku. Kemurnian mu terlalu tajam. Jiwa yang baru ditempa harus belajar menahan, bukan hanya melepaskan. Tenanglah."

​Sentuhan energi itu bekerja seperti air dingin memadamkan api.

​Normalisasi dan Penyesalan

​Wajah Luo Xuanyin yang cantik dan tajam tiba-tiba kehilangan keceriaan es yang mematikan. Matanya berkedip, dan ia kembali fokus pada sekelilingnya, seolah baru tersadar dari mimpi yang indah namun gila.

​Rambutnya yang seputih salju perlahan-lahan kembali menjadi hitam. Gaun esnya memudar, kembali menjadi pakaian latihannya yang usang.

​Luo Xuanyin, kini kembali menjadi dirinya yang rapuh dan penuh penyesalan, menatap tangannya yang baru saja melumpuhkan para pesaingnya.

​Ia mengangkat tangannya sekali lagi. Kali ini, ia tidak melibas dengan arogansi, tetapi dengan gerakan pelan yang tulus, menyalurkan energi yang baru saja ia sadari telah ia kendalikan.

​Luo Xuanyin (Suaranya kembali bergetar, penuh rasa takut)

​"Maafkan aku... aku tidak bermaksud... aku tidak tahu apa yang terjadi."

​Saat tangannya melibas di udara, energi dingin yang mencekik dan salju spiritual yang berhamburan tiba-tiba lenyap. Udara di Jurang menjadi normal. Tekanan yang menindas semua murid pun terangkat.

​Ye Chen terbatuk dan berdiri tegak, kejang-kejangnya hilang.

​Jian Wushuang menurunkan pedangnya, lukanya menghilang.

​Bahkan Qin Tianyang, yang berpura-pura lumpuh, merasakan pemulihan total Nenek Tua Penyihir telah menetralkan kerusakan yang diakibatkan oleh Bunga Es.

​Semua murid segera sembuh berkat keajaiban Cahaya Pengembalian dan penarikan energi Luo Xuanyin.

​Pelarian

​Luo Xuanyin tidak menunggu reaksi Lin Feng atau murid lainnya. Ia hanya melihat kekacauan yang ia ciptakan, wajah Ye Chen yang terluka, dan tatapan dingin Qin Tianyang.

​Luo Xuanyin (Mata penuh air mata)

​"Aku... aku harus pergi."

​Tanpa menoleh, ia berbalik dan berlari sekuat tenaga keluar dari Jurang Penempaan Jiwa, menuju kompleks asrama murid. Ia tidak lari karena takut pada hukuman, tetapi karena takut pada kekuatan mengerikan yang kini ia miliki.

​Di atas tebing, Lin Feng mendesis frustrasi.

​Lin Feng:

​"Nenek Tua Penyihir! Kau selalu merusak kesenangan-Ku!"

​Namun, ia tidak berani menyerang penyihir tua itu. Lin Feng hanya mengalihkan pandangannya pada Qin Tianyang, yang kini berdiri tegak, terlihat lemah dan terkejut.

​"Tidak masalah. Permainan terus berlanjut. Harta karun itu telah memilih wadah lain. Sekarang, Qin Tianyang... Buktikan bahwa kau, tanpa Bunga Es itu, adalah alat yang lebih baik."

​Keheningan di Jurang Penempaan Jiwa, setelah lolosnya Luo Xuanyin, terasa lebih dingin daripada salju esensi yang baru saja menghilang. Nenek Tua Penyihir berdiri tegak, memancarkan aura ketenangan yang mengimbangi kemarahan Lin Feng yang terpendam.

​Perintah Pembubaran

​Nenek Tua Penyihir mengalihkan pandangannya dari Luo Xuanyin yang berlari kencang, menatap para murid yang kini berdiri tegak, luka dalam mereka sembuh total berkat Cahaya Pengembaliannya.

​Nenek Tua Penyihir: (Suaranya lembut, tetapi bergetar dengan otoritas yang tidak perlu dibantah)

​"Kalian semua, kembalilah. Hari ini cukup. Jurang ini telah menuntut terlalu banyak dari jiwa kalian. Tidak ada lagi yang perlu dipelajari di sini hari ini."

​Nenek Tua Penyihir tidak menunggu jawaban. Ia berbalik, melirik sekilas ke arah tebing tempat Lin Feng berdiri sebuah tatapan penuh peringatan yang hanya bisa dipahami oleh keduanya lalu menghilang secepat ia datang.

​Lin Feng, sang Anak Ilahi, mendesis frustrasi. Ia tahu ia tidak bisa melawan intervensi Penyihir Tua tanpa mengungkap seluruh penyamarannya di depan klan.

​Lin Feng (Suaranya menggerutu, diarahkan kepada para murid)

​"Baik! Bubar! Kembali ke lubang kalian! Dan ingat, kalian melihat apa yang terjadi pada harta karun yang tidak tahu tempatnya!"

​Lin Feng menatap Qin Tianyang.

​Lin Feng: (Dengan nada dingin dan mengancam)

​"Terutama kau, Qin Tianyang. Kau gagal mendapatkan Hadiah Utama. Sekarang, buktikan bahwa kegagalanmu hanyalah langkah mundur, bukan akhir."

​Dengan itu, Lin Feng pun menghilang dari tebing, meninggalkan Jurang kembali ke dalam keheningan yang menyesakkan.

​Jalan Kembali ke Asrama

​Para murid yang tersisa, meskipun sembuh secara fisik, merasakan beban psikologis yang berat. Mereka bubar, berjalan kembali ke asrama dengan pikiran yang kacau.

​Ye Chen berjalan cepat, wajahnya dipenuhi rasa malu dan dendam. Ia dilumpuhkan oleh Luo Xuanyin, dan dipermalukan oleh kegagalan merebut harta. Ia bertekad untuk membalas dendam pada Luo Xuanyin dan Qin Tianyang.

​Jian Wushuang berjalan sendiri, pedangnya disarungkan. Ia tidak peduli dengan perebutan, tetapi terobsesi dengan keahlian tunggal Luo Xuanyin. Ia kini hanya fokus bagaimana pedangnya bisa membelah salju spiritual itu.

​Mo Li berjalan pelan, tatapannya tajam. Ia telah menyaksikan dua hal, Keajaiban Luo Xuanyin, dan betapa marahnya Lin Feng. [Dialog Internal Mo Li] "Luo Xuanyin kini menjadi target utama Lin Feng, pemicu kekacauan yang sempurna. Sementara itu, Qin Tianyang kehilangan kendali, tapi mendapat simpati Lin Feng karena hampir mati. Aku harus mengamati keduanya."

​Teka-Teki Qin Tianyang

​Qin Tianyang berjalan terakhir.

Di luar, ia terlihat lelah dan terkejut, namun di dalam, ia merasa dingin dan tenang.

​Ia telah selamat dari Jurang. Ia telah berhasil menipu Lin Feng. Dan kini, ia memiliki pesaing baru yang sempurna Luo Xuanyin.

​Lin Feng akan sibuk mencoba mengendalikan Luo Xuanyin yang tidak terduga.

​Para murid lain akan sibuk menyerang Luo Xuanyin.

​Sementara itu, Qin Tianyang dapat menyembunyikan esensi Bunga Es Peninggalan yang ia simpan di dalam inti spiritualnya, yang diselamatkan oleh kemampuan kontrolnya.

​Ia memasuki kamarnya, mengunci pintu, dan membiarkan senyum pahit muncul di wajahnya.

​[Dialog Internal Qin Tianyang]

​Aku kalah dalam perebutan, tetapi aku menang dalam penyamaran. Luo Xuanyin adalah perisai sempurnaku. Sekarang, saatnya aku menggunakan esensi tersembunyi ini untuk benar-benar menjadi kuat, jauh dari pengawasan Anak Ilahi yang gila itu.

​Teka-teki baru kini menanti di asrama.

More Chapters