Malam berikutnya, Arka tiba di sebuah tempat yang berbeda dari yang pernah ia lihat sebelumnya. Tepi sungai kini semakin lebar dan airnya mengalir lebih cepat, mengalir menuruni bebatuan besar yang tersebar di sepanjang aliran sungai. Dari kejauhan, Arka bisa melihat kilauan aneh yang bercahaya dari permukaan air, seperti serpihan emas yang terpantul oleh sinar bulan.
Perasaan Arka semakin membuncah. Ia sudah semakin dekat dengan tujuan, tetapi ada sesuatu yang menggelisahkan di dalam dirinya. Meskipun ia telah mendengar cerita tentang Ikan Emas yang hanya muncul pada malam purnama, kali ini ia merasa ada sesuatu yang lebih besar yang akan terjadi. Pencariannya semakin mendalam, dan ia tahu bahwa ujian yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Arka memutuskan untuk menginap di sebuah gua kecil di tepi sungai untuk beristirahat. Pikirannya masih terombang-ambing, mencoba mencerna semua yang ia pelajari selama perjalanan panjang ini. Di bawah sinar bulan, gua itu terasa sejuk, namun di dalam hati Arka ada rasa panas yang tidak bisa ia padamkan. Perasaannya bercampur antara harapan dan ketakutan. Jika ia berhasil menangkap ikan itu, apakah ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan? Atau justru, ikan itu akan menguji lebih dari sekadar keinginannya?
Malam itu, Arka bermimpi. Dalam mimpinya, ia berdiri di tepi sungai yang sangat berbeda—sungai yang jauh lebih besar dan lebih gelap. Di tengah-tengah sungai yang tenang, ia melihat sosok yang sangat besar, bersinar terang seperti emas yang mencair. Itu adalah Ikan Emas, namun kali ini ikan itu tidak tampak seperti makhluk biasa. Tubuhnya bercahaya terang, lebih seperti cahaya hidup yang memancar dari dalam tubuhnya. Ikan itu bergerak sangat cepat, melintasi permukaan air, dan Arka merasa tak bisa mengejarnya, apalagi menahannya.
Tiba-tiba, suara yang familiar terdengar di telinganya. "Kau harus lebih dari sekadar ingin menangkapnya," kata suara itu. Itu adalah suara Penjaga Sungai Emas. "Ikan itu tidak bisa ditangkap dengan kekuatan atau keinginan pribadi. Kau harus memiliki lebih dari itu."
Arka terbangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah. Mimpi itu begitu nyata, seolah-olah ia baru saja diperingatkan tentang sesuatu yang lebih besar daripada yang ia bayangkan. Apa yang dimaksud oleh Penjaga? Arka belum sepenuhnya mengerti, tetapi ia tahu bahwa perjalanan ini bukan sekadar untuk menangkap ikan, tetapi untuk menemukan apa yang sebenarnya ia cari.
Keesokan harinya, Arka melanjutkan perjalanannya. Setiap langkah semakin membawa ia lebih dekat ke hulu sungai, tempat yang dianggap sebagai tempat terakhir ikan itu muncul. Sebelum melanjutkan perjalanan, Arka kembali duduk sejenak di tepi sungai untuk merenung, mencari petunjuk lebih lanjut. Ketika ia memandang air yang berkilauan, ia melihat bayangan dirinya sendiri yang seakan-akan mencerminkan sebuah tujuan yang lebih besar, bukan hanya untuk desa, tetapi juga untuk dirinya sendiri.
Tidak lama setelah itu, sebuah suara muncul dari belakangnya. "Ternyata kau benar-benar berani datang sejauh ini."
Arka menoleh dan melihat seorang lelaki tua yang berdiri di sampingnya. Pria itu mengenakan jubah yang tampak sudah usang, dan matanya penuh dengan kebijaksanaan yang dalam. Arka segera mengenali pria itu sebagai Penjaga Sungai Emas, yang ia temui sebelumnya.
"Apakah ini tempat di mana ikan itu muncul?" tanya Arka dengan suara tegang.
Penjaga Sungai Emas mengangguk pelan, "Benar. Tempat ini adalah tempat terakhir yang harus kau datangi. Ikan Emas akan muncul pada malam purnama, dan kau harus siap untuk menghadapi ujian terakhir. Namun, ingatlah bahwa tidak semua yang muncul di sini adalah untuk ditangkap."
Arka bingung. "Apa maksudmu? Aku harus menangkap ikan itu, bukan?"
Penjaga itu tersenyum bijaksana, "Bukan semua yang bisa ditangkap adalah yang terbaik untuk kita. Ada banyak hal yang kita inginkan dalam hidup, tetapi hanya sedikit yang benar-benar kita butuhkan. Ikan Emas akan menguji hatimu, anak muda. Jangan hanya fokus pada apa yang ada di permukaan. Terkadang, yang paling berharga adalah yang tidak terlihat."
Arka terdiam, mencoba mencerna kata-kata Penjaga itu. Ia merasa bingung, namun juga tertarik dengan nasihat yang diberikan. Apa yang harus ia lakukan agar bisa menangkap ikan itu dan memenuhi keinginan hatinya? Ia tahu bahwa jalan yang akan ditempuh tidak mudah, namun ia sudah terlalu jauh untuk berbalik.
Pada malam purnama itu, Arka kembali ke tepi sungai. Cahaya bulan terpantul di air, menciptakan pemandangan yang sangat indah. Namun, ia tidak merasa hanya kagum dengan keindahan itu. Malam ini, sesuatu yang lebih besar menanti.
Tiba-tiba, Arka melihat sosok besar yang melompat keluar dari air. Itu adalah Ikan Emas, yang kini tampak lebih besar dan lebih cerah dari sebelumnya. Tubuhnya bersinar dengan warna emas yang menakjubkan, dan pergerakannya begitu cepat, seolah menari di udara sebelum kembali menyelam ke dalam air.
Arka mencoba untuk menangkapnya dengan tangan kosong, tetapi ikan itu terlalu cepat. Ia mengulangi beberapa kali, namun ikan itu terus menghindar, seolah menguji ketahanannya.
"Jangan hanya mengejar, Arka," suara Penjaga terdengar kembali di telinga Arka. "Lihat lebih dalam. Apa yang sebenarnya kau cari?"
Arka berhenti sejenak, terdiam. Ia menatap ikan yang terus berkilauan di dalam air, dan saat itulah ia menyadari jawabannya. Bukan hanya ikan itu yang ia cari, tetapi kebijaksanaan dalam perjalanan ini. Ia tidak hanya ingin menangkap ikan itu untuk dirinya sendiri, tetapi ia ingin belajar tentang pengorbanan, tentang ketulusan hati yang sesungguhnya.
Dengan tekad yang baru, Arka mulai mengubah cara pendekatannya. Alih-alih mencoba menangkap ikan itu dengan tangan atau kekuatan fisik, ia duduk di tepi sungai, menenangkan pikirannya, dan membiarkan arus air membawa dirinya. Ia mulai merasakan ikatan antara dirinya dan alam sekitar, dan saat itulah ikan itu muncul kembali, berenang pelan ke arah Arka, meluncur ke permukaan dengan cahaya yang lebih lembut.
Ikan Emas itu kini lebih dekat dengan Arka, bukan karena kekuatan atau usaha keras, tetapi karena hati yang telah berubah. Ia tidak lagi hanya menginginkan ikan itu untuk menyelamatkan desanya, tetapi ia memahami bahwa tujuan sejati dari perjalanan ini adalah untuk menemukan kedamaian dalam dirinya sendiri.
Ikan itu berhenti tepat di depan Arka, bersinar terang sejenak, sebelum menghilang ke dalam kedalaman sungai, meninggalkan Arka yang kini menyadari bahwa ia telah menemukan lebih dari yang ia cari.
Bab 3 berakhir dengan Arka yang merenung tentang makna sejati dari pencariannya. Ikan Emas mungkin telah menghindarinya, tetapi ia telah menemukan sesuatu yang lebih berharga: pemahaman tentang ketulusan, pengorbanan, dan niat yang murni.