Cherreads

Chapter 2 - Bab 2: Perjalanan Dimulai

Keesokan paginya, Arka bangun dengan perasaan yang tak biasa. Di hatinya, ada sebuah kegelisahan yang tak bisa ia jelaskan. Malam tadi, pertemuannya dengan Penjaga Sungai Emas mengusik pikirannya. Kata-kata pria tua itu terus terngiang dalam benaknya. "Hanya mereka yang memiliki hati yang murni yang akan mendapatkan apa yang mereka inginkan." Arka tahu, ia harus melanjutkan pencariannya, tetapi ia juga tahu bahwa ini bukanlah perjalanan biasa. Ia tidak hanya mencari ikan, tetapi juga sebuah pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya.

Sebelum pergi, Arka mendekati Kakek Tanu yang sedang duduk di beranda rumah, menghisap pipa tua. Wajah Kakek terlihat serius, tetapi ia hanya memberikan senyum tipis saat Arka mendekat.

"Ke mana kau akan pergi, Arka?" tanya Kakek Tanu dengan suara rendah.

Arka menunduk, tidak ingin langsung mengungkapkan tujuannya. Namun, hatinya merasa berat untuk berbohong. "Aku ingin mencari ikan itu, Kek. Ikan Emas. Untuk desa."

Kakek Tanu menghela napas panjang. Ia menatap Arka dengan mata yang penuh kebijaksanaan. "Kau tahu, anak muda, cerita tentang ikan itu bukan sekadar tentang menangkapnya. Itu lebih dari sekadar keinginan untuk menyelamatkan desa atau memperoleh kekayaan. Ini adalah ujian untukmu, ujian hati."

Arka mengangguk, namun di dalam hatinya, ia merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk mengubah takdirnya. Ia harus melakukannya, tidak hanya untuk desanya, tetapi juga untuk dirinya sendiri.

"Pergilah," kata Kakek Tanu, sambil memberikan sepotong kayu panjang yang digunakan untuk memancing. "Tapi ingat, jangan biarkan hatimu dipenuhi dengan keserakahan. Jangan terlalu fokus pada apa yang ingin kau capai, tapi lihatlah lebih dalam tentang apa yang seharusnya kau pelajari dalam perjalanan ini."

Arka mengangguk lagi, merasa bahwa kata-kata Kakek Tanu adalah sebuah peringatan yang harus ia ingat. Tanpa berbicara lebih lanjut, ia melangkah pergi, menyusuri jalan setapak menuju hulu sungai.

Perjalanan Arka tidak mudah. Hutan yang biasanya tampak ramah kini terasa lebih gelap dan menakutkan. Jalanan berbatu dan terjal, sementara udara semakin dingin seiring dengan menjelangnya malam. Arka berusaha untuk tetap tenang, meskipun rasa cemas kerap menyelinap. Ia berjalan melewati pepohonan tinggi yang hampir menutupi langit, hanya sedikit cahaya bulan yang berhasil menembus celah-celah ranting.

Selama beberapa hari, Arka bertahan dengan bekal seadanya. Ia memancing ikan kecil untuk makan, dan tidur di bawah langit terbuka. Sesekali, ia berhenti untuk beristirahat, namun pikirannya selalu kembali kepada ikan yang ia cari. Apa yang sebenarnya dimaksud oleh Penjaga Sungai Emas? Apa yang harus dilakukan agar ia bisa menangkap ikan itu?

Pada suatu malam, Arka tiba di sebuah sungai kecil yang berkelok-kelok di tengah hutan. Di tepi sungai, ia melihat cahaya dari api unggun yang sedang menyala. Curiga dan ingin berhati-hati, Arka mendekat perlahan. Ia melihat seorang pria paruh baya duduk di sekitar api unggun, mengenakan pakaian kasar dan tampak seperti seorang pengembara. Wajahnya penuh keriput, tetapi matanya yang tajam menunjukkan kecerdikan yang mendalam.

Pria itu memandang Arka dengan tatapan penuh perhatian saat ia mendekat. "Apa yang membawamu ke sini, anak muda?" tanya pria itu dengan suara dalam dan berat.

Arka sedikit terkejut, namun tetap melangkah maju. "Aku sedang mencari ikan Emas yang legendaris. Aku ingin menangkapnya untuk menyelamatkan desaku."

Pria itu tersenyum kecil, namun senyum itu tampak penuh dengan kebijaksanaan. "Ikan Emas, ya? Itu bukan sesuatu yang bisa didapatkan dengan mudah, anak muda. Banyak yang telah mencoba, dan tidak sedikit yang tersesat di jalan mereka. Tapi tahukah kamu, ikan itu hanya muncul di malam purnama, dan hanya bagi mereka yang tahu apa yang sebenarnya mereka cari."

Arka mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"

"Ini adalah ujian untukmu, bukan hanya tentang ikan itu, tapi tentang siapa dirimu. Jika kamu hanya ingin menangkap ikan itu untuk dirimu sendiri, untuk keuntungan pribadi, maka kamu akan gagal. Ikan itu hanya akan datang pada mereka yang tulus hatinya."

Arka terdiam sejenak, merenung. Kata-kata pria itu terasa seperti tambahan beban di pundaknya. Ia berpikir sejenak, kemudian berkata dengan penuh tekad, "Aku ingin menyelamatkan desaku, itu yang paling penting."

Pria itu mengangguk. "Itulah yang mereka katakan. Tapi ingat, menyelamatkan desa bukan hanya tentang menuruti keinginan. Itu tentang pengorbanan, tentang memberikan lebih dari yang kau harapkan. Jalan yang akan kau tempuh ini tidak hanya menguji keberanianmu, tetapi juga niat dan ketulusan hatimu. Jika kau bisa memahami itu, mungkin ikan itu akan muncul untukmu."

Arka merasa ada sebuah kebenaran dalam kata-kata pria itu, namun ia masih merasa ragu. Apa yang harus ia lakukan untuk membuktikan ketulusannya?

Hari-hari berikutnya terasa semakin panjang. Arka terus melanjutkan perjalanannya, menyusuri hutan yang semakin dalam. Dalam perjalanan itu, ia bertemu dengan beberapa orang yang memberinya nasihat dan tantangan, setiap pertemuan memberi Arka pelajaran baru. Dari mereka, ia belajar bahwa jalan menuju keberhasilan tidak selalu lurus dan mudah. Ada banyak rintangan yang harus dihadapi, bukan hanya fisik, tetapi juga dalam pikiran dan hati.

Pada malam hari, ia sering duduk sendirian, merenung. Arka mulai menyadari bahwa perjalanannya ini bukan hanya untuk menemukan ikan Emas. Ini adalah perjalanan menemukan dirinya sendiri, untuk mengetahui apa yang benar-benar ia inginkan dalam hidup, dan apakah ia bisa mengatasi cobaan yang datang di sepanjang jalan.

Pada suatu malam, saat Arka merenung di tepi sungai, ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Cahaya bulan yang terang memantul di permukaan air, dan ia bisa merasakan sebuah energi misterius mengalir di dalam dirinya. Ikan Emas, pikirnya, dan hati Arka pun mulai dipenuhi dengan keyakinan yang baru. Aku bisa melakukannya.

Bab 2 berakhir dengan Arka yang semakin yakin dengan tekadnya, meskipun perjalanannya masih panjang. Ia tahu bahwa jalan yang akan ditempuh tidak akan mudah, tetapi ia merasa siap untuk menghadapi segala ujian yang datang.

More Chapters