Cherreads

Chapter 8 - Luka Anak Pertama

Bab 8: Telepon dari Masa Lalu

Hari itu, matahari di Osaka bersinar hangat. Kampus penuh dengan bunga plum yang mulai mekar. Di antara tawa mahasiswa dan suara langkah di trotoar kampus, Nayla berjalan pelan sambil membawa map berisi draft pidatonya—pidato yang akan ia sampaikan mewakili Indonesia di forum mahasiswa internasional.

Setiap langkah terasa seperti mimpi yang perlahan menjadi nyata. Tapi di dadanya, ada ruang kosong yang belum bisa ia isi. Bukan karena ia tidak bahagia—melainkan karena sebagian dirinya masih tertinggal di rumah.

Saat membuka ponsel setelah kelas, ada satu panggilan tak terjawab. Nomor Indonesia. Tak dikenal.

Lalu masuk pesan singkat."Nayla, ini dari rumah. Tolong hubungi segera."

Jantung Nayla berdetak tak karuan.

Tangannya gemetar saat menekan tombol panggilan balik.

Suara di ujung sana membuat tubuhnya membeku.

"Nayla, ini Ibu."

Hening.

"Adikmu, Nindi, kecelakaan. Tertabrak motor waktu pulang dari sekolah."

Napas Nayla tercekat. Suara di sekelilingnya menghilang. Dunia tiba-tiba menjadi bisu.

"Sekarang masih di rumah sakit. Nggak parah… tapi dia terus nyari kamu."

Air matanya jatuh tanpa diminta.

"Ibu... aku—"

"Ibu tahu kamu sibuk. Ibu cuma mau kasih tahu. Bukan nyuruh pulang. Tapi... dia butuh dengar suaramu."

Nayla mengangguk, meski tahu ibunya tak bisa melihat.

"Iya, Bu. Aku akan telepon Nindi."

Setelah menutup telepon, Nayla terduduk di bangku taman kampus. Dimas yang saat itu baru selesai kelas menghampiri lewat pesan:

"Kamu baik-baik aja, Nay?"

Ia tidak langsung menjawab.

Ia menatap langit Jepang yang biru, sambil mendengar suara kecil di hatinya—suara dari masa lalu yang kembali muncul:

"Kamu anak pertama. Harus bisa.""Kamu anak pertama. Harus pulang."

Tapi untuk pertama kalinya, Nayla tak menjawab suara itu dengan rasa bersalah.

Ia hanya menatap map pidatonya, dan membisikkan sesuatu yang tak pernah ia yakini sebelumnya:

"Aku anak pertama. Tapi aku juga manusia."

More Chapters