Di ruang observasi stasiun Nullspan, Lied duduk sendirian.
Terra diam di dekatnya, mengalirkan cahaya biru lembut seperti detak jantung lambat.
Di luar jendela transparan, kilatan Voidspawn yang melayang-layang tak lagi membentuk pola perang—melainkan tarian tanpa koreografi.
Namun, di dalam Lied, badai masih mengguncang.
> "Kalau aku bukan penyelamat… bukan prajurit… bahkan bukan pembawa harapan…
siapa aku sebenarnya?"
---
Fragmen Masa Lalu
Dalam tidur yang tak sepenuhnya tidur, Lied diseret ke dalam ingatan masa kecilnya di koloni manusia yang telah hancur.
Ibunya pernah berkata:
> "Kamu tak harus jadi penting untuk jadi berarti, Lied."
"Kadang cukup tahu kenapa kamu berjalan, bukan ke mana."
Tapi waktu itu, Lied menolaknya.
Ia ingin menjadi seseorang yang menyelamatkan segalanya.
Maka ketika Terra memilihnya, ia merasa dunia akhirnya masuk akal.
Kini, makna itu mulai kabur.
---
Dialog Diam dengan Terra
Lied menatap Terra yang belum sepenuhnya pulih.
Tak ada suara, tapi mereka bisa saling membaca—di tingkat yang lebih dalam dari bahasa.
> Lied: "Kenapa kamu memilih aku dulu?"
Terra: "Karena kamu belum percaya pada dirimu sendiri."
Lied: "Itu alasan yang buruk."
Terra: "Justru itu alasannya. Yang tidak yakin, adalah yang paling mungkin mendengarkan."
---
Ketakutan Tanpa Nama
Lied mulai menyadari: yang paling ia takuti bukan Voidspawn.
Bukan kehancuran semesta.
Tapi… hari di mana semuanya selesai.
Hari di mana tidak ada lagi alasan untuk terus bergerak.
> "Kalau semesta berhasil diselamatkan,
dan semua kembali tenang…
apa yang akan kulakukan?
Apa yang tersisa dariku… jika aku tak lagi berguna?"
---
Sebuah Pantulan: Nair-Ve Kembali
Voidspawn pembelot, Nair-Ve, muncul kembali dalam bentuk kabut tipis di ruang observasi.
> "Kau bingung… karena tak tahu bagaimana rasanya jadi dirimu tanpa narasi."
"Kami… para Voidspawn, lahir dari narasi yang terlalu kuat, terlalu absolut.
Sekarang, beberapa dari kami ingin tahu bagaimana rasanya menjadi lemah dan ragu."
Nair-Ve menatap Lied bukan sebagai makhluk asing, tapi sebagai sesama pencari.
> "Kita sedang belajar hal yang sama.
Tapi dari sisi yang berlawanan."
---
Catatan Elira: Suara dari Realita
Elira mengirimkan catatan suara pendek pada Lied, seperti ia sering lakukan diam-diam.
> "Aku tahu kau lelah, Lied.
Tapi ingat… kamu tidak harus jadi pahlawan untuk terus ada.
Kadang, cukup jadi seseorang yang tidak pergi."
Lied memutar ulang kalimat itu beberapa kali.
Tidak pergi.
Tidak menyelamatkan.
Tidak menang.
Hanya… tidak pergi.
---
Arah Baru
Di akhir bab, Lied berdiri di depan Terra.
Ia tak lagi membawa senjata.
Ia hanya membawa satu hal:
kesadaran bahwa ia masih ingin melihat ke depan—meski tak tahu mengapa.
Dan itu… cukup untuk hari ini.