Kemenangan Justice League atas Steppenwolf dan pasukannya telah mengubah segalanya. Dunia terpukau, namun reaksinya terpecah belah. Di satu sisi, ada euforia dan harapan yang membumbung tinggi. Para pahlawan itu dipuja sebagai penyelamat, simbol kebaikan di tengah ancaman kosmik. Media massa tak henti-hentinya membahas mereka, dan anak-anak bermain peran sebagai pahlawan baru mereka.
Namun, di sisi lain, muncul kecurigaan dan kekhawatiran yang mendalam. Pemerintah global dan organisasi intelijen merasa gelisah dengan keberadaan individu-individu maha kuasa yang tidak bisa mereka kendalikan. Pertanyaan tentang akuntabilitas dan potensi penyalahgunaan kekuasaan menjadi topik hangat di setiap forum internasional. Apakah para pahlawan ini membawa keselamatan atau justru risiko kehancuran yang lebih besar di masa depan?
Daniel Vance, dari balik layar Aethel Tech Solutions, mengamati semua ini dengan cermat. Ia tahu bahwa Liga yang baru terbentuk membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan fisik. Mereka butuh logistik, intelijen, dan—yang terpenting—legitimasi yang dapat meredakan kekhawatiran publik dan pemerintah. Daniel memutuskan inilah saatnya untuk melangkah maju, bukan sebagai Zor-El, tetapi sebagai seorang filantropis dan inovator teknologi terkemuka di dunia.
Ia mengirimkan undangan terenkripsi yang sangat canggih, langsung kepada Batman, yang berhasil ia lacak sebagai otak operasional Justice League. Undangan itu adalah ajakan untuk pertemuan rahasia di markas besar Aethel Tech.