Cherreads

Chapter 13 - Letters, Lies, and Locking Eyes

Tiga hari setelah serangan monster itu.

Akademi Aethelred telah kembali tenang... setidaknya di permukaan.

Namun bisikan-bisikan tentang "Roh Naga Es yang Terbangun" dan "Putri Zevarelis yang berdiri tak terpengaruh di tengah kekacauan" menyebar ke setiap aula dan koridor.

---

Di ruang rahasia bawah tanah akademi

Lady Miraven, bersama dengan beberapa profesor sihir senior, tengah menganalisis jejak-jejak sihir gelap yang terdeteksi selama pesta dansa.

Namun, tak seorang pun dari mereka tahu... bahwa dua siswa dari House Lunaris juga bergerak secara rahasia.

> "Kita tidak sabar menunggu akademi menangani hal ini. Mereka terlalu sibuk melindungi reputasi mereka."

Thalionric bersandar di dinding gudang tua tanpa penjaga yang terlihat. Di depannya—Alexa, duduk dengan buku mantra tua yang diam-diam diambilnya dari perpustakaan bawah.

>"Jika Anda ketahuan melakukan itu, Anda bisa dikeluarkan," kata Thalionric.

> "Aku tidak mencurinya. Aku meminjamnya... tanpa izin," jawab Alexa datar.

Mereka saling bertatapan.

Tidak bermusuhan—tetapi penuh ketegangan yang tak terucapkan.

> "Penyihir hitam tidak menyerang secara acak," kata Thalionric akhirnya. "Mereka hanya muncul saat kekuatan besar... mulai mengubah takdir."

> "Kamu pikir aku pusatnya?"

> "Saya pikir… Anda adalah kunci menuju sesuatu yang jauh lebih besar."

Alexa menutup buku itu. Tatapannya dingin, tetapi senyum tipis tersungging di bibirnya.

> "Bagus. Kalau begitu mari kita ungkap kebenarannya. Bersama-sama."

---

Di kamar asrama Alexa

Sore itu, saat Alexa kembali dari pelatihan, seekor burung roh dengan bulu biru safir menunggu di dekat jendelanya.

> "Itu… simbol keluargamu," bisik Veyla di belakangnya.

Alexa membuka gulungan surat kecil yang diikatkan di kakinya.

Tulisan tangan yang sangat dikenalnya—Lucian Zevarelis, kakak tertuanya.

> "Alexa kecilku sayang,

Kami telah mendengar rumor tentang serangan di Aethelred. Jika ada satu goresan pun di tubuhmu, aku akan menghancurkan setengah akademi itu tanpa penyesalan.

Dan... berhati-hatilah terhadap Putra Mahkota itu. Dia punya sejarah tentang bunga-bunga yang menawan—hanya akan membuangnya saat layu.

Jika ada yang menyakitimu—dengan sihir, pedang, atau bisikan—biarkan aku yang membalasnya."*

Alexa tersenyum tipis, meskipun matanya berbinar.

> Mereka masih mengawasi. Masih melindungiku. Bahkan dari jauh…

> "Kakakmu kedengarannya seperti tipe orang yang akan membakar kerajaan demi adiknya," gumam Veyla.

> "Dia tidak akan membakarnya. Dia akan membekukannya terlebih dahulu."

---

🐍 Lorong Akademi – malam hari

Saat Alexa berjalan sendirian menuju ruang pelatihan pribadi, suara langkah kaki bergema dari balik bayangan.

> "Mengapa kau mengikutiku?" tanyanya dingin.

Eiden muncul dari kegelapan, kabut melingkarinya seperti jubah.

> "Karena orang-orang mulai menyadari… sihir hitam mungkin berasal dari dalam akademi."

> "Lalu?"

> "Dan aku ingin tahu… apakah kau terlalu cepat mempercayai Putra Mahkota."

Alexa menatap Eiden tajam.

> "Apakah Anda menuduhnya?"

> "Aku menanyakan kemungkinannya. Karena kamu bukan satu-satunya target, Alexa. Aku juga."

Alexa terdiam.

> "Lalu kami mengawasinya. Tapi kami juga mengawasi orang lain."

> "Bahkan aku?" bisik Eiden.

> "Semua orang. Kecuali naga esku."

---

🌙 Bersambung…

More Chapters