Cherreads

Suatu Hari Di Masa Depan

iconplay_toWIN
21
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 21 chs / week.
--
NOT RATINGS
228
Views
Synopsis
Lana hanyalah mahasiswi biasa di tahun 2025—hingga suatu malam, ia terbangun di dunia yang tak ia kenali. Dunia di masa depan, di mana manusia dan mesin hidup berdampingan, dan satu keputusan kecil bisa mengubah nasib umat manusia. Di tengah kemegahan teknologi dan kehampaan emosi, Lana bertemu seorang pria misterius—Rael—yang ternyata telah mengenalnya sejak lama. Tapi… benarkah mereka ditakdirkan saling mengenal? Atau semua ini hanyalah bagian dari eksperimen waktu yang tak seharusnya dibuka? “Suatu Hari di Masa Depan” adalah kisah tentang pilihan, cinta lintas zaman, dan harga yang harus dibayar demi masa depan yang lebih baik.
VIEW MORE

Chapter 1 - Suatu Hari Di Masa Depan

Bab 1: Ketika Dunia Terbangun Tanpa Waktu

Pada pukul 23.43, Lana membuka matanya.

Awalnya ia mengira masih berada di kamarnya—di asrama sempit kampusnya, tahun 2025. Tapi tak ada suara kipas angin tua, tak ada derit ranjang atas teman sekamarnya, dan tak ada lampu jalanan yang menyusup dari sela tirai.

Yang ada hanyalah cahaya biru pucat dari jendela besar yang tidak ia kenali.

Langit di luar gelap, tapi bukan hitam. Langit itu... berkilau. Dipenuhi pola seperti rangkaian data yang bergerak—bintang-bintang pixel yang menari di udara. Kota di bawah sana tidak bersuara, tapi bergerak cepat. Kendaraan tanpa roda melayang dalam garis yang teratur. Menara menjulang, masing-masing berdenyut dengan cahaya hologram.

"Apa ini…?" bisiknya, suara serak.

Ia berdiri. Kakinya lemas. Seluruh tubuhnya seperti baru dilahirkan. Tak ada ingatan bagaimana ia bisa sampai di tempat ini.

Pakaian yang ia kenakan bukan miliknya. Baju putih bersih seperti pasien, tanpa identitas.

Sebuah suara tiba-tiba terdengar, tenang dan netral:

"Selamat datang, Lana. Lokasi: Zona 14, Distrik Harmoni. Tahun: 2145."

Lana membeku. 2145?

"Maaf… apa?""Anda telah dipindahkan dari garis waktu 2025. Aktivasi sistem stabilisasi memori sedang berlangsung. Harap duduk."

Suaranya berasal dari dinding. Atau… mungkin udara.

Lana panik. Ia lari menuju pintu—tapi pintu itu tidak ada. Yang ada hanya satu lingkaran cahaya di lantai. Dan saat ia menginjaknya...

...ia dipindahkan.

Dalam sekejap, ia berada di taman yang luas—tapi tanpa pohon, tanpa tanah. Tanaman melayang di dalam bola kaca, dan langit bukan langit, tapi layar melengkung yang memancarkan aurora buatan.

Dan di sana, seorang pria menatapnya. Tenang. Matanya abu-abu, tak asing… tapi juga tak dikenal.

"Lana," katanya."Kau butuh waktu untuk mengingat. Tapi aku… sudah terlalu lama menunggumu."

Lana mundur, matanya menyipit.

"Siapa kamu?""Namaku Rael. Dan ini… bukan pertama kalinya kita bertemu."