Cherreads

Chapter 6 - Bab 6: Tarian Iblis dan Kesan Kedua yang Brutal

Semakin dekat mereka, semakin jelas pemandangan neraka yang artistik itu. Di sebuah cekungan berpasir yang diterangi cahaya bulan, seorang pria sendirian bergerak dengan kecepatan dan keanggunan yang mematikan. Lengan kanannya bersinar dengan cahaya keemasan lembut, meninggalkan jejak samar di udara setiap kali ia bergerak.

"Dia dikelilingi," bisik Rian, matanya yang telah beradaptasi dengan gelap kini bisa melihat dengan jelas. Selusin makhluk bungkuk dengan cakar panjang dan seringai keji mengepung pria itu. Mereka adalah iblis rendahan, tapi jumlah mereka banyak.

Gene, sang pewaris God Hand, tidak tampak terganggu. Ia seperti sedang menari.

Ia mengelak dari tebasan cakar dengan memiringkan kepalanya sedikit, lalu membalas dengan tiga pukulan cepat ke dada iblis itu, masing-masing menghasilkan suara 'THWACK' yang memuakkan. Ia melompat mundur untuk menghindari serangan iblis lain, mendarat dengan ringan, lalu meluncur maju dan melancarkan tendangan kapak yang menghantam kepala iblis itu ke pasir.

"Wow," hanya itu yang bisa diucapkan Rian. Melihatnya di layar game adalah satu hal. Menyaksikannya secara langsung adalah hal lain. Ini bukan sekadar pertarungan, ini adalah pertunjukan superioritas.

Saat salah satu iblis yang lebih besar mencoba menerjangnya, Gene hanya menyeringai. "Terlalu lambat!"

Cahaya di tangan kanannya berkobar. Ia melompat, berputar di udara dengan cara yang menentang fisika, dan kedua kakinya menghantam rahang iblis itu dengan kekuatan dahsyat. Gerakan itu—Rian mengenalinya. Tendangan Naga. Iblis malang itu terbang beberapa meter ke udara sebelum jatuh dengan bunyi gedebuk yang keras dan tidak bergerak lagi.

Satu per satu, para iblis tumbang. Gene menghabisi yang terakhir dengan sebuah pukulan lurus sederhana yang menembus dada makhluk itu, menyebabkannya hancur menjadi debu hitam sebelum menyentuh tanah.

Pertarungan selesai.

Gene berdiri di tengah keheningan, meniup kepalan tangannya yang bersinar seolah-olah itu adalah laras pistol yang panas. Cahaya keemasan di lengannya perlahan meredup. Ia kemudian menyisir rambutnya dengan jemarinya dan akhirnya, seolah baru sadar, menoleh ke arah Rian dan Olivia yang berdiri di tepi cekungan.

"Olivia," katanya, suaranya terdengar santai dan sedikit arogan. "Aku terkejut melihatmu. Biasanya kau baru muncul setelah semua kesenangan berakhir." Matanya kemudian beralih ke Rian, menilainya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pakaian Rian yang aneh dan modern membuatnya menaikkan sebelah alis. "Kau memungut anak anjing tersesat lagi?"

"Dia bukan anak anjing, Gene," balas Olivia, nadanya datar. "Namanya Rian. Dia butuh bantuan kita."

"Oh ya? Apa masalahnya? Dikejar-kejar karena mencuri permen?" Gene terkekeh. "Dengar, nak. Aku sedang sibuk menyelamatkan dunia. Aku tidak punya waktu untuk mengasuh..."

Gene tidak pernah menyelesaikan kalimatnya.

Seekor iblis terakhir, yang Rian kira sudah mati, tiba-tiba bangkit dari tumpukan pasir di belakang Gene. Makhluk itu lebih kecil, tapi gerakannya cepat dan putus asa. Dengan jeritan melengking, ia melompat ke arah punggung Gene yang tidak terlindungi, cakarnya terentang untuk merobek lehernya.

Olivia berteriak, "Gene, di belakangmu!"

Tapi Gene, yang baru saja rileks setelah pertarungan, tidak akan sempat berbalik.

Waktu seolah berhenti bagi Rian. Ia melihat cakar itu, leher Gene, dan jarak di antara keduanya. Tidak ada waktu untuk berpikir, tidak ada waktu untuk ragu. Tubuhnya bergerak sendiri.

WUSSH!

Dengan ledakan kecepatan singkat yang membuat Olivia terkesiap, Rian melesat dari posisinya. Ia menempuh jarak sepuluh meter dalam sekejap mata. Ia tidak mencoba melakukan tendangan jungkir balik atau pukulan yang keren. Ia hanya melakukan satu hal yang terlintas di benaknya.

Ia menerjang iblis itu di udara dengan bahunya, seperti pemain American Football.

BRAKKK!

Benturannya brutal dan tidak elegan. Tubuh iblis itu terpental ke samping seolah ditabrak truk, menghantam sebuah batu besar dengan suara retakan yang mengerikan sebelum merosot ke tanah, kali ini benar-benar mati.

Rian sendiri terhuyung beberapa langkah karena momentumnya, berhenti tepat di sebelah Gene yang kini menatapnya dengan mulut sedikit terbuka. Keheningan yang canggung menyelimuti mereka.

Gene perlahan menoleh ke mayat iblis yang hancur, lalu kembali menatap Rian yang berdiri canggung dengan kaus oblong dan celana jinsnya. Ia melihat tidak ada cahaya, tidak ada aura iblis, tidak ada apa-apa—hanya seorang pria biasa yang baru saja bergerak dengan kecepatan dan kekuatan yang mustahil.

Arogansi di wajah Gene menghilang, digantikan oleh ekspresi kebingungan dan rasa ingin tahu yang tulus. Ia menatap Rian seolah baru pertama kali melihatnya.

"Oke," kata Gene pelan, memecah keheningan. "Jadi... anak anjing ini ternyata bisa menggigit."

Ia menatap Rian lekat-lekat, tatapannya tajam. "Siapa kau sebenarnya?"

More Chapters