Cherreads

Chapter 5 - BAB 5 – Awkward Sebagai Suami-Istri

Pagi pertama setelah pernikahan.Rania terbangun dengan rasa asing. Bukan karena kasurnya berbeda tapi karena ada seseorang di sebelahnya.

Dimas.Tidur dengan tangan melintang, rambut awut-awutan, dan napas teratur.

Rania menatap wajahnya sejenak. "Bahkan pas tidur pun dia kelihatan cuek," pikirnya. Tapi anehnya, ada rasa tenang. Bukan deg-degan seperti yang biasa ditulis di novel, tapi... nyaman. Seperti berada di zona aman.

Rania beranjak pelan, mencoba tidak membangunkannya, lalu menuju dapur. Hari itu mereka resmi pindah ke apartemen milik Dimas tempat yang akan jadi "rumah baru" mereka.

Dimas bangun beberapa saat kemudian, berjalan ke dapur dengan rambut berantakan dan mata masih setengah tertutup.

"Selamat pagi, Bu Istri," katanya sambil menguap.

Rania sedang menuang air ke teko kopi. Ia menoleh cepat. "Eh, kamu udah bangun. Jangan manggil aku gitu, Mas. Aneh."

"Loh, kan kamu emang istri aku sekarang. Masa manggilnya masih 'Ran'? Udah ganti status tapi masih kayak di timeline."

Rania menahan tawa. "Kalau gitu aku juga manggil kamu 'Pak Suami' ya? Kayak sinetron jam 7 pagi."

Mereka tertawa bersama. Tapi di balik candaan itu, mereka sama-sama tahu ini baru hari pertama dari kehidupan yang sama sekali belum mereka pahami.

Setelah sarapan, Rania mulai merapikan lemari.Dan di sanalah konflik kecil pertama mereka dimulai.

"Mas, ini baju kamu semua? Kok kaos hitamnya ada dua puluh?"

Dimas melongok dari balik pintu kamar mandi. "Itu seragam kerjaan. Praktis."

Rania mengangkat kaos-kaos itu. "Tapi kamu lipatnya ngasal banget. Ini kayak abis digulung, bukan dilipat."

"Eh, yang penting nggak kusut."

Rania menghela napas, lalu tertawa pelan. "Baiklah. Mulai hari ini, aku yang handle lipatan. Kamu tugas buang sampah dan cuci piring."

"Siap, Jenderal."

Di malam hari, mereka duduk berdua di sofa ruang tengah.TV menyala, menayangkan film lawas yang sebenarnya tidak terlalu mereka perhatikan. Rania menyandarkan tubuh di bantal, sementara Dimas duduk berselonjor sambil main HP.

"Mas," panggil Rania tiba-tiba. "Kamu... pernah mikir nggak, nanti kita beneran saling jatuh cinta?"

Dimas berhenti mengetik. Menoleh.

"Pernah."

Rania kaget. Ia pikir Dimas akan tertawa dan mengalihkan topik. Tapi pria itu justru serius.

"Dan... kamu nggak takut?"

"Aku takut," jawab Dimas jujur. "Tapi aku lebih takut kehilangan kamu."

Hening.

Dimas melanjutkan, "Karena kita udah terlalu dalam jadi bagian hidup satu sama lain. Bahkan sebelum ada status suami-istri ini."

Rania menunduk, memainkan ujung kausnya. "Tapi aku takut perasaan itu bikin kita kehilangan 'teman' yang dulu."

"Siapa bilang?" Dimas tersenyum. "Mungkin nanti kita bisa jadi dua-duanya teman, sekaligus pasangan."

Malam itu mereka kembali ke kamar.Masih satu ranjang, tapi dua bantal, dua selimut.

Tidak ada yang menyentuh. Tidak ada yang berani memulai lebih dari batas kesepakatan. Tapi di ruang sunyi itu, diam-diam hati mulai saling mencari.

Dan meskipun mereka belum menyadari sepenuhnya...Mereka sudah tidak berada di titik "teman" lagi.

More Chapters