Cherreads

Chapter 10 - BAB 4—Lanjutan

Untuk dapat segera bergerak menjalankan perintah, para Perwira Eksekutif Kantor Staf Umum akan menyiapkan tas berisi pakaian ganti di meja kerja mereka sebagai bagian dari tanggung jawab tugas. Letnan Kolonel Lehrgen mengikuti tradisi para seniornya, membawa tas berisi pakaian ganti dan masuk ke Departemen Operasi setelah menerima surat tugasnya. Namun kenyataannya, Letnan Kolonel Lehrgen tidak menyangka akan langsung menggunakannya.

"Sangat baik. Ah, lihat ini di perjalananmu ke sana, Kolonel."

"Apa ini?"

"Sebuah tesis dari Zettois. Ini bisa menjadi referensi yang baik."

"Dimengerti. Saya mohon pamit, Tuan."

Letnan Kolonel Lehrgen lalu segera berangkat, menuju ke stasiun kereta dengan menggunakan mobil dinas. Ia naik kereta yang menuju ke utara, yang segera berangkat. Letnan Kolonel Lehrgen masuk ke dalam kabin kelas satu khusus untuk perwira senior yang telah dipesan sebelumnya. Ia lalu melihat judul tesis yang diberikan padanya.

Judulnya adalah "Bentuk Perang Saat Ini dan Prediksi Perkembangannya." Wajah Brigadir Jenderal Zettois yang akademis sempat terlintas dalam benaknya. Judul tersebut membuatnya teringat pada pelajaran sejarah perang yang pernah ia ikuti. Brigadir Jenderal Zettois terkenal karena sering tenggelam dalam pemikiran mendalam, bahkan Lehrgen sendiri pernah mendengarnya.

Brigadir Jenderal Rudelsdorf pasti menganggap tesis ini menarik, itulah sebabnya ia merekomendasikannya padaku. Begitulah yang diasumsikan oleh Letnan Kolonel Lehrgen, namun saat ia membaca tesis itu, penglihatannya mulai kabur karena keterkejutan. Tak hanya itu, semakin ia membaca, wajahnya pun terdistorsi oleh rasa ngeri dan takut. Ia merasa seakan dihantam keras di kepala oleh emosi yang menghantamnya.

"... Apa ini?"

Apa ini? Perang yang sedang terjadi? Tidak, apakah perkembangan yang dijelaskan dalam tulisan ini benar-benar mungkin terjadi? Hati Lehrgen dipenuhi dengan keraguan.

... Ini mungkin terjadi. Ia mengafirmasi jawabannya sebagai seorang ahli dalam materi tersebut.

Sejauh yang ia tahu, Brigadir Zettois bukanlah perwira yang akan membuat teori mengada-ada. Faktanya, ia adalah orang yang berhati-hati. Konsensus umum di Kantor Staf Umum adalah bahwa Zettois memiliki kecenderungan menemukan kebenaran melalui analisis. Singkatnya, sang brigadir yang merupakan realis akademis memperingatkan tentang perang dunia. Ini terdengar terlalu mengada-ada. Alangkah bahagianya jika Lehrgen bisa menertawakannya begitu saja.

Namun, Letnan Kolonel Lehrgen hanya bisa memegangi kepalanya dan mengeluh, tak punya pilihan selain menghadapi kenyataan. Diskusi mengenai strategi dalam perang selalu diiringi oleh banyak pendapat, dan sebagai seorang Perwira Staf, ia memahami dilema antara Strategi Mobilisasi Internal dan Strategi Mobilisasi Eksternal.

Mudah untuk memahami dengan memikirkan bagaimana musuh akan melawan Strategi Mobilisasi Internal milik Kekaisaran.

"Kalau begitu, perang kali ini pasti akan berkembang menjadi perang dunia?"

Kekaisaran dikepung oleh negara-negara besar. Karena keterbatasan geografis wilayahnya, pertahanan nasional Kekaisaran sangat rapuh, dan hal ini menjadi sumber kekhawatiran yang besar. Itulah sebabnya Kekaisaran tetap merasa posisinya genting meskipun memiliki kekuatan militer yang lebih unggul dibandingkan negara-negara besar di sekelilingnya.

Namun bagi negara-negara yang mengelilingi Kekaisaran, kekhawatiran mereka atas keselamatan nasional karena keberadaan Kekaisaran yang kuat juga sepenuhnya dapat dimengerti.

Adalah hal yang wajar jika mereka membentuk front bersatu melawan Kekaisaran, dan mendistribusikan kekuatan militer Kekaisaran melalui Strategi Mobilisasi Eksternal yang mengepung Kekaisaran demi mencapai keseimbangan kekuatan. Hasil seperti ini bisa dibilang sudah dapat diprediksi.

Rantai lemah yang menyatukan negara-negara itu adalah ancaman bagi Kekaisaran. Demi mematahkan jaringan pengepungan yang ibarat jerat di lehernya, Kekaisaran mengusulkan Strategi Mobilisasi Internal.

Mereka juga berusaha keras dalam urusan diplomatik jangka panjang, menjalin aliansi dengan Kerajaan Ildoa serta menandatangani pakta non-agresi dan perjanjian-perjanjian lain dengan Uni Rus. Tujuannya adalah menciptakan atmosfer diplomatik yang membuat tiap negara kesulitan memulai perang hanya karena konflik regional.

Namun apakah itu saja cukup? Misalkan Federasi mundur dari garis depan, maka Francois yang memiliki wilayah sengketa dengan Kekaisaran harus menghadapi tekanan dari Kekaisaran sendirian.

Sulit dikatakan apakah Kerajaan Serikat yang licik akan bersedia memperlakukan Francois sebagai mitra setara. Mereka mungkin akan memberikan dukungan guna menjaga keseimbangan kekuatan, namun sekadarnya saja, dengan maksud membiarkan Republik Francois dan Kekaisaran saling menghancurkan.

Karena poin ini telah disorot, tidak dapat disangkal adanya kemungkinan perang meluas akibat reaksi berantai. Karena sistem pemerintahan komunisnya, hubungan aliansi jangka panjang antara Uni Rus dan Republik Francois telah memburuk. Memanfaatkan kesempatan ini, Kekaisaran menandatangani pakta non-agresi dengan Uni Rus. Bagi Francois, ini berarti mereka tak punya pilihan selain menggantungkan harapan pada Federasi untuk menahan Kekaisaran melalui medan perang kedua.

Dari sudut pandang Kekaisaran, inilah alasan mengapa mereka tak punya pilihan selain menghadapi Federasi dan Republik secara bersamaan. Yang lebih buruk lagi, skenario "Republik dan Kekaisaran saling menghancurkan" adalah satu-satunya jalan yang bisa diterima negara-negara besar lain agar perang ini berakhir... Mereka tidak akan membiarkan satu negara yang dominan menang dan meraih supremasi atas negara-negara lain di sekitarnya.

Kebijaksanaan dan pengalaman Lehrgen membuatnya mampu mendengar derit pintu menuju "perang dunia" yang mulai terbuka. Itu menyadarkannya bahwa hal ini sangat mungkin terjadi.

Dan kemudian, ketika mereka harus melawan seluruh dunia dalam satu perang. Konsep "Perang Total" seolah-olah menyeringai ke arahnya seperti penyihir, dan bayangan seorang wanita yang menyeringai pun muncul begitu saja di benaknya.

Konsep "Perang Total" merujuk pada keharusan suatu negara dalam keadaan perang untuk memobilisasi seluruh sumber daya sipil yang dimilikinya.

Ia ingin membantah semua itu, namun teori yang dijelaskan dalam tesis tersebut berdasar pada fakta-fakta nyata.

Perubahan dalam sifat perang itu sendiri, serta peningkatan drastis dalam konsumsi amunisi dan bahan bakar. Ia telah mengonfirmasi semuanya melalui pengamatan selama berada di Kantor Staf Umum. Ini adalah fakta-fakta yang tak terbantahkan. Terutama pasukan di garis depan barat yang bertempur langsung melawan negara-negara besar lainnya, konsumsi senjata dan amunisi mereka bahkan telah melampaui perkiraan sebelum perang.

Pengorbanan besar terhadap personel tempur? Benar, itu juga tepat. Ia mendengar bahwa tingkat penggantian personel sudah mencapai batas untuk beberapa unit. Jumlah korban tewas telah melampaui prediksi, mengakibatkan adanya celah dalam rencana penguatan yang telah disusun.

Sebuah perang yang mengonsumsi senjata dan tentara secara intensif. Biaya tenaga kerja yang luar biasa, dan pemborosan sumber daya akibat runtuhnya ekonomi nasional. Ya, nyawa manusia adalah barang konsumsi. Bukan lagi pengorbanan, tetapi "dikonsumsi"—beban itu dihitung dalam bentuk angka. Betapa gilanya kompetisi ini. Pertarungan ini akan berlanjut hingga salah satu pihak tidak sanggup lagi menanggung bebannya dan runtuh?

Tesis tersebut menggambarkan kondisi perang di mana konsumsi personel dan sumber daya terus berlangsung sampai salah satu pihak benar-benar hancur. Dan semua ini akan terjadi dalam skala global. Prediksi ini hanya bisa disebut sebagai delusi besar-besaran.

Jika ia mengakui prediksi ini, yang menantinya adalah dunia mengerikan di mana nyawa manusia hanya diperlakukan sebagai angka, sebagai sumber daya yang habis pakai. Namun teori tersebut mencakup bagian-bagian yang sangat logis. Dan ketika ia memikirkan arti dari mengakui teori itu——

Tidak, hal itu sebenarnya sudah wajar. Sebagai teori, Perang Total dan Perang Dunia memiliki banyak aspek yang bisa dikritik. Namun meskipun begitu, semuanya terasa sangat realistis. Sebuah kemungkinan yang sulit untuk disangkal bahkan jika ia menginginkannya.

Tapi kenapa bisa begitu? Mengapa aku tidak bisa membantahnya? Ada sesuatu yang terasa janggal, tersangkut di tenggorokan.

"... Apa sebenarnya perasaan aneh ini?"

Seolah-olah ia pernah mengalami Perang Total dan Perang Dunia sebelumnya. Tidak, mustahil baginya untuk pernah mengalaminya, namun ia tetap merasa demikian. Atau lebih tepatnya, ia memiliki kesan akan perasaan aneh ini.

"Di mana aku... Tidak, apakah aku melupakan sesuatu? Tidak, ada sesuatu yang menggangguku."

Apakah ia pernah melihat tesis ini sebelumnya? Bukan itu. Ini pertama kalinya ia melihat istilah Perang Total dan Perang Dunia. Ia baru mengetahuinya sekarang.

Atau mungkin sebuah konsep yang serupa? Ia seharusnya tidak memiliki ingatan tentang itu. Konsep paling mendekati yang bisa ia pikirkan mungkin berasal dari novel fiksi ilmiah yang pernah ia baca. Jadi, apakah ini sesuatu yang pernah ia alami? Namun ia tidak punya banyak pengalaman di garis depan.

Ia pernah ditugaskan di medan perang sebelum mencapai pangkat Letnan Satu, tapi setelah penempatannya sebagai Atase Militer ke Kerajaan Serikat, ia lebih sering bertugas di garis belakang. Dalam hal ini, apakah ia pernah mendengarnya di Kerajaan Serikat? Ia telah menulis setumpuk laporan tentang Kerajaan Serikat dan masih mengingatnya semua. Tapi ia tak ingat pernah membaca konsep semacam itu... Apakah aku terlalu memikirkannya? Tidak, aku pasti pernah melihat ini di suatu tempat.

———

Meskipun mereka sedang berada di masa perang—tidak, justru karena sedang berada di masa perang—mereka membutuhkan Staf Perwira yang kompeten. Itulah sebabnya Kekaisaran menginvestasikan begitu banyak dana dalam pelatihan para Staf Perwira. Sebagai seorang Staf Perwira, Letnan Satu Degurechaff sedang mengikuti tur pelatihan staf sesuai tradisi pelatihan.

Pemandian air panas Macritchie, sebuah tempat liburan yang ternama. Meskipun ini adalah kota terkenal karena sumber air panasnya yang menyembuhkan sejak zaman dahulu, kota ini terletak di daerah pegunungan yang tertutup salju sepanjang tahun. Di pegunungan yang cukup dekat untuk melihat kota yang damai itu, sosok Tanya terlihat di antara para taruna Akademi Perang yang kelelahan secara fisik dan mental.

Selama seleksi Akademi Perang, ia adalah satu-satunya perempuan dan juga anak-anak. Dan pada kenyataannya, meskipun ia tidak mengakuinya dari sisi mental, ia tidak bisa menyangkalnya dari sisi biologis. Dengan budaya yang membabi buta menjunjung konsep "ladies first", Tanya menikmati banyak hak istimewa atas rekan-rekan tarunanya berkat statusnya sebagai perempuan.

Sebagai contoh, ketika mereka menginap di tengah mars(perjalanan), taruna lain bahkan tidak bisa tidur di dalam bangunan dan harus menggali lubang perlindungan untuk beristirahat. Namun para atasan khawatir akan citra publik mereka, dan mengizinkan Tanya untuk meminjam ranjang dari sebuah keluarga setempat untuk menginap. Selain itu, ia juga bisa menggunakan fasilitas-fasilitas militer lokal yang tersedia.

Singkatnya, kecuali untuk para penyihir tempur, militer adalah dunia yang didominasi oleh pria. Bahkan pada kenyataannya, sebagian besar penyihir tempur juga adalah pria. Dan tentu saja, Angkatan Darat Kekaisaran akan memberlakukan perlakuan terhadap perwira perempuan sesuai hukum secara ketat. Peraturan dan regulasi militer Kekaisaran sangatlah terperinci, dan itu termasuk aturan yang harus diikuti oleh para prajurit perempuan.

Meskipun begitu, sebelum munculnya para penyihir tempur, prajurit perempuan yang sangat jarang terlihat itu biasanya adalah anggota kerajaan. Dengan prasangka seperti itu, peraturan yang sudah sangat ketinggalan zaman ditulis dengan asumsi bahwa prajurit perempuan adalah para putri bangsawan dan para pelayannya. Namun, belakangan ini, peraturan telah diamendemen secara besar-besaran untuk para penyihir tempur di garis depan agar lebih praktis dalam pertempuran, sebab para bangsawan tidak akan pernah dikirim ke sana. Meskipun begitu, perlakuan terhadap perwira perempuan di lini belakang masih berakar pada anggapan bahwa mereka adalah kaum bangsawan, dan buku peraturan penuh dengan aturan serta etiket kuno.

Dan karena jumlah taruna perempuan di Akademi Perang sangat sedikit, tidak ada yang repot-repot mengubah peraturan untuk Akademi tersebut. Akibatnya, aturan yang mengasumsikan bahwa para taruna perempuan adalah bangsawan tetap dipertahankan. Aturan yang sudah usang selama beberapa dekade, bahkan mungkin berabad-abad, masih berlaku jika tidak secara eksplisit dihapus atau diamendemen oleh Kekaisaran. Ini adalah kekurangan dari birokrasi, sebab Anda tidak bisa mengabaikan aturan yang menguntungkan diri sendiri—dan seperti itulah cara hukum bekerja di Kekaisaran. Maka dari itu, tur pelatihan Tanya seperti berjalan di atas karpet merah dibandingkan dengan taruna lainnya.

Tujuan dari tur ini sangatlah sederhana. Dalam kondisi mental yang didorong hingga ke batasnya, para taruna harus menjalani pelatihan ketahanan dan studi praktikal. Rencana-rencana yang dirumuskan oleh para Staf Perwira secara spontan dalam keadaan lelah penuh dengan jebakan, dan Tanya memahami fakta itu dengan baik. Karena itulah, dalam pandangan para instruktur Akademi Perang, Letnan Satu Degurechaff yang sudah berpengalaman dan memiliki kapabilitas fisik yang memadai tidak memerlukan perlakuan khusus yang biasa diberikan kepada perempuan. Dan peraturan usang mengenai perwira perempuan tidak mencantumkan apa pun soal perlakuan terhadap "Perwira Penyihir Tempur". Dengan kata lain, mereka mungkin tidak bisa mengabaikan aturan tentang "penyediaan akomodasi yang layak bagi perwira perempuan", tetapi tidak ada masalah dengan mengikutsertakan Tanya dalam mars karena tidak ada aturan bahwa "perwira penyihir perempuan tidak boleh membawa beban berat".

Maka dari itu, dengan dalih bahwa perwira penyihir dapat memanfaatkan kekuatan Bola Operasi, ia diharuskan membawa senapan mesin berat palsu dan mengikuti tur pelatihan staf dengan perlengkapan tempur penuh. Tidak hanya perlengkapan penuh, ia juga harus membawa senapan mesin seberat 50 kg saat mendaki. Jika Tanya bisa menahan diri untuk tidak berteriak "penyiksaan terhadap anak di bawah umur!", maka secara hukum tidak akan ada masalah.

Tentu saja, mereka tidak mengambil rute santai untuk wisata pemandangan, melainkan berjalan di zona pelatihan pegunungan. Hal ini semakin meyakinkan Tanya bahwa orang yang mengusulkan kebijakan pelatihannya adalah seorang sadis. Bahkan para pendaki yang menggunakan perlengkapan ringan pun akan menangis dalam keputusasaan, dan kini ia dipaksa untuk mendakinya dengan zirah berat.

Namun demikian, jika berbicara secara objektif tentang tujuan mereka, metode ini tidaklah salah.

Tujuan mereka hanyalah membuat para taruna kelelahan, bukan? Tanya tidak bisa menahan pemikiran itu.

"Victor, anggaplah musuh telah membangun benteng di bukit itu. Dan batalionmu harus maju dengan cepat."

Namun pelatihan Staf Perwira dilakukan dengan sangat menyeluruh. Mereka akan menguji para perwira yang kelelahan tanpa ampun tentang bagaimana mereka akan menangani skenario pertempuran simulasi.

"Ajukan rencana untuk maju."

Benteng di bukit? Dari posisi serawan itu, tidak ada cara untuk menerobos atau menghindarinya. Mereka bisa mundur dengan berat hati, atau menghancurkan posisi musuh dari kejauhan dengan artileri berat. Cara lain adalah mengirim penyihir tempur untuk menyerbu.

"Menembus pertahanan akan sulit. Untuk bisa maju dengan cepat, saya mengusulkan untuk menghindari posisi mereka."

Namun Letnan Satu Victor tampaknya sudah kelelahan, dan hanya bisa menilai bahwa merebut posisi itu mustahil. Maka ia memberikan jawaban buku teks dengan melewati musuh. Dalam skenario ini, menerobos memang tampak mustahil.

Namun menghindari mereka juga kemungkinan besar akan gagal. Bagaimanapun juga, tidak ada perlindungan, dan musuh menguasai ketinggian. Mereka akan menjadi sasaran empuk sebelum bisa menyeberang.

"Kalau kamu bisa melakukannya, tunjukkan."

"Hah?"

"Kalau kamu bisa menghindari mereka dalam medan seberat itu, tunjukkan caranya! Dasar tolol! Lihatlah medannya!"

Seperti yang diduga, raungan marah dari instruktur semakin intens. Tapi Tanya tak punya tenaga untuk menikmati kegagalan orang lain.

"Degurechaff, apa yang akan kamu lakukan?"

Sial, kau berutang satu makanan padaku, Letnan Satu Victor. Jika kau bisa menjawab, tak seorang pun akan dimarahi. Tanya ingin melotot padanya, tetapi jika ia tampak panik, ia sendiri akan menjadi sasaran kemarahan para instruktur.

Meskipun Victor tak berguna, ia tetap bisa dijadikan penangkal petir. Penangkal petir harus dimanfaatkan, dan tidak boleh dihancurkan. Tanya memutuskan untuk menghadapi tugas sulit ini dengan jujur.

"Bolehkah saya bertanya apakah tersedia dukungan artileri berat?"

Hal pertama adalah mengonfirmasi dasar-dasarnya. Sulit membayangkan batalion infanteri bisa membawa artileri saat melintasi medan pegunungan seperti ini. Jika ada artileri dari divisi induk di sekitar, mereka mungkin bisa menerima dukungan. Artileri yang melekat pada unit juga bisa membantu. Hal pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa apakah tersedia tembakan dukungan. Mereka pasti akan mengujinya dengan asumsi bahwa tidak ada tembakan dukungan sama sekali.

Namun jika ia tidak mengonfirmasi kartu yang ia pegang, ia akan dimarahi, "kenapa kau tidak mempertimbangkan untuk meminta dukungan artileri?". Tanya sudah tahu, tapi memang seperti itulah ketidakadilan mereka.

"Asumsikan tidak ada!"

"Usulan pertama, mundur dalam jarak cukup besar, lalu memutar melewati bukit-bukit lain."

Karena begitu keadaannya, ia hanya bisa mundur untuk menghindari kerugian yang tak perlu. Untungnya, tergantung rute yang dipilih, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama. Yang paling penting adalah tidak mengeluarkan perintah penyerangan secara sembrono. Memerintahkan para prajurit untuk menyerbu musuh yang memiliki pandangan luas atas medan sekitar adalah tindakan gegabah.

Jika Tanya ditanya apakah ia menginginkan seseorang yang akan mengeluarkan perintah seperti itu menjadi Staf Perwira, jawabannya jelas tidak. Tak peduli bagaimana pun, kecuali kau punya lebih banyak prajurit daripada peluru musuh, mustahil mengalahkan tembakan dengan tubuh manusia.

"Asumsikan kau dikejar waktu."

"... Usulan kedua, menyerang dengan kombinasi penyihir tempur dan infanteri. Para penyihir akan menghancurkan benteng, infanteri akan memberikan tembakan perlindungan."

Ini adalah prosedur standar bagi para Penyihir Tempur Udara untuk mengamankan basis musuh. Mereka harus mempersiapkan diri untuk menerima sejumlah korban, tetapi ini jauh lebih baik daripada membiarkan infanteri menyerbu sendirian. Yang paling penting, Tanya sendiri adalah seorang Penyihir Tempur Udara. Karena pertanyaannya mengasumsikan bahwa ia adalah komandan, tidaklah berlebihan untuk mengasumsikan bahwa batalion memiliki penyihir dalam unitnya.

Ini bisa dianggap sebagai jawaban yang licik.

"Bagus sekali. Sekarang asumsikan hanya infanteri yang bisa digunakan untuk menyerang."

"Hmmm? Saya hanya bisa mengerahkan infanteri dalam serangan ini?"

... Apa aku baru saja dijebak? Saat ia menyadarinya, perintah telah diubah menjadi menyerbu benteng hanya dengan batalion infanteri.

"Tepat sekali. Akan kuberikan sedikit waktu. Jika kau tak ingin berkemah di luar ruangan, cepat berikan jawabannya."

Betapa menuntutnya. Jika infanteri bisa merebut benteng sendirian, bukankah perang posisi akan menjadi perkara sepele? Ia ingin aku melancarkan serangan dalam kondisi seperti ini?

Tak ada pasukan pionir atau Penyihir Tempur? Itu sama saja menyuruhku menjadi umpan peluru. Tidak, tidak perlu dipertimbangkan lagi.

"Instruktur, saya rasa misi penyerangan ini mustahil."

Dalam sekejap, ekspresi para taruna yang bersamanya langsung berubah. Mereka tampak merenung dalam-dalam, dan cukup terkejut saat Tanya menjawab bahwa misi itu tidak bisa dilakukan. Itu jelas-jelas jawaban yang bisa merusak suasana hati sang instruktur. Bahkan, ucapannya itu bisa menyebabkan peringkat kelasnya menurun.

Rasanya menjengkelkan. Kalau memang butuh jawaban, kenapa bukan Kapten Wooka saja yang ditanya? Dia sainganku di peringkat kelas! Tanya ingin memegangi kepalanya dan menjerit, tapi kedua tangannya sedang memikul senapan mesin berat, jadi tidak bisa.

"Apa maksudmu?"

Seandainya mereka mahir dalam serangan bayonet seperti seorang Kaisar Jepang tertentu, dan tembakan penekanan dari pihak musuh tidak terlalu kuat, mungkin masih ada harapan. Tapi menyerbu benteng Republik dengan bayonet? Itu sama saja dengan bunuh diri. Tanya sempat mempertimbangkan kemungkinan serangan malam bersama batalion, tapi jika dilakukan di daerah pegunungan seperti ini, kemungkinan besar mereka akan binasa.

Jika sudah sejauh itu, dan peluang suksesnya sangat kecil, maka jawabannya adalah: mustahil.

"Apa tanggung jawab seorang Staf Operasi? Dalam misi ini, tugas kami adalah mempertimbangkan kewajiban dan amanat yang dipercayakan kepada kami. Maka menjadi tanggung jawab saya untuk melaporkan bahwa misi ini tidak dapat dijalankan."

Dengan kata lain, ia harus menyiapkan jalan untuk menghindari tanggung jawab. Manusia adalah makhluk yang bisa belajar dari kesalahan. Dulu, saat berbincang dengan seorang Brigadir Jenderal di perpustakaan, ia pernah menyampaikan hal yang salah dan tidak ingin mengulangi kesalahan itu. Ia harus menjelaskan bahwa jawabannya kali ini bukan karena kurangnya semangat bertarung, melainkan karena rasa tanggung jawab.

"Tanggung jawab saya adalah mencari strategi terbaik yang bisa dicapai."

Itu berarti ia menyimpulkan bahwa misi ini mustahil dilakukan dari sudut pandang seorang Staf Operasi. Karena itulah ia tidak bisa menjalankan perintah tersebut. Memang, tugas Staf Operasi adalah menyusun rencana yang memungkinkan kemenangan. Tapi kalau butuh alasan, ada banyak tanggung jawab yang bisa digunakan sebagai tameng.

"Kita harus menghindari pengorbanan pasukan secara sia-sia."

Kalau ia dimarahi dengan alasan bahwa kemenangan lebih penting dari nyawa prajurit, ia tidak punya sanggahan lain.

Namun Tanya harus menghindari tuduhan bahwa ia kekurangan semangat tempur, jadi itulah cara penyampaian yang paling tepat. Menghargai nyawa prajurit adalah hal yang terus-menerus ditekankan kepadanya entah mengapa.

Kalau diingat kembali, hal yang membuat Tanya bingung adalah mengapa mereka terus menekankan itu padanya. Jika mereka pikir ia tak bisa memahami gagasan "kau tidak bisa memilih bawahanmu, jadi kau harus membina mereka", maka sungguh menyedihkan.

Bagaimanapun juga, alasannya sempurna dan benar secara moral. Kali ini, ia bisa menjawab dengan penuh percaya diri.

"Atas dasar alasan tersebut, jawaban saya adalah menahan diri untuk tidak menyerang."

Tatapan sang instruktur seolah bisa menembus niat tersembunyinya. Tapi Tanya tidak mengatakan satu kebohongan pun. Membalas tatapan itu dengan kehendak yang sama adalah keahlian yang harus dikuasai oleh setiap pegawai kantoran. Sisanya hanya keberanian untuk tidak gentar menghadapi sorot mata tajam para prajurit.

Singkatnya, setengahnya adalah soal membiasakan diri, dan setengah lainnya adalah keyakinan akan kebebasan hati nurani.

"Baiklah. Akan saya catat. Lanjutkan marsnya!"

Ehh, ini akan dicatat? Sepertinya para prajurit tidak suka cara berpikir seperti pegawai kantoran. Ehh, bagaimana ini?

Meskipun ia mengira sudah berhasil mengelak dengan baik, Tanya tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa mencatat jawabannya itu tidak akan membawa dampak baik baginya.

---

Catatan kaki:

① Raison d'être: Alasan keberadaan. Sebuah kalimat yang menentukan identitas dan jati diri seseorang.

② Lend Lease: Dalam masa perang, pemberian pinjaman berupa senjata, sumber daya, pangkalan, dan lahan kepada negara sekutu. Walaupun dalam bentuk pinjaman, dari sudut pandang musuh, negara yang menerima bantuan tetap menjadi lebih kuat dan menimbulkan kekhawatiran. Negara penerima memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman itu, tapi seperti yang terjadi saat Uni Soviet meminjam dari Amerika Serikat dan menolak membayarnya kembali, pihak pemberi pinjaman harus siap menanggung kerugian tersebut.

③ Napoleon: Kebanggaan Prancis pada masa Revolusi Prancis, seorang tentara sekaligus politisi. Sama seperti pria berkumis kecil dari Jerman, dalam beberapa hal ia menjadi bahan olok-olok bagi bangsa asing. Namun meskipun kalah perang, Napoleon tetap mendapat penilaian tinggi. Jadi, tak perlu khawatir jika menyebut namanya di Prancis.

More Chapters