Pada kisaran tahun 1945, Perang Dunia Kedua yang tengah membakar seluruh benua tiba-tiba terhenti. Bukan karena perjanjian damai, bukan pula karena kekalahan telak suatu pihak, melainkan karena terjadinya peristiwa aneh yang tidak dapat dijelaskan oleh akal manusia.
Di tengah medan perang, tank-tank terangkat ke udara tanpa sebab. Peluru membeku di tengah udara. Pasukan yang saling menembaki tiba-tiba kehilangan kendali atas tubuh mereka. Ada pula prajurit yang, secara tiba-tiba, bisa berjalan di atas air atau menghancurkan bangunan dengan suara teriakan.
Orang-orang menyebut hari itu sebagai Hari Penghapusan Hukum Batasan.
Hukum batasan, salah satu dari sekian banyak hukum alam. Seperti batasan jika manusia tidak bisa melompati setinggi gunung, mengeluarkan api, dan lain-lain. Mulai dari sanalah manusia berkemampuan khusus perlahan muncul.
orang-orang dengan kemampuan khusus ini disebut sebagai pemilik miracle.
Awalnya kemampuan ini dianggap anugerah. Namun tak butuh waktu lama hingga dunia tenggelam dalam perang baru yang jauh lebih mengerikan dari perang sebelumnya. Karena kini, perang tidak lagi hanya soal peluru dan bom, melainkan antara kekuatan api dan es, antara kekuatan yang tak lagi memiliki logika.
Kiamat nyaris terjadi dalam kurun waktu singkat.
Namun di ambang kehancuran, muncul 7 tokoh legendaris. Masing-masing memiliki kekuatan yang tak tertandingi dan ambisi untuk menghentikan kehancuran dunia. Mereka disebut Viarki.
Hukum batasan ini tak hanya berpengaruh pada manusia melainkan pada hewan dan juga tumbuhan. Hewan-hewan yang habitatnya dirusak oleh manusia mulai mengamuk. Begitu pula dengan tumbuhan yang berusaha bertahan hidup di dalam gempuran para monster.
5 abad berlalu dan umat manusia mulai membiasakan diri.
Dinding-dinding megah dan besar mulai di bangun di tiap kota di seluruh dunia untuk menghindari serangan monster.
Jalur transportasi untuk berpindah antar kota atau negara melalui pesawat, kereta cepat, kereta bawah tanah, atau portal teleportasi.
Biaya hidup di dalam kota tentunya menjadi sangat mahal hingga rakyat golongan bawah memilih untuk tinggal di bagian luar dinding, lebih tepat di dekat gerbang. Monster masih bisa menyerang tapi tak sebanyak jika tinggal jauh dari dinding.
Arvani adalah salah satu contoh manusia yang tinggal di dalam dinding tapi hidup layaknya orang di luar dinding.
Untuk mendapat uang dan makanan ia harus bekerja setiap hari. Salah satu pekerjaannya adalah menjadi umpan untuk para monster di luar sana agar mempermudah pemilik miracle berburu.
Bayarannya cukup untuk Arvani makan selama 1 Minggu.
Bertahan hidup itu merepotkan jadi misal sewaktu-waktu ia bertemu monster kuat yang takkan bisa dikalahkan Arvani akan menerima takdirnya untuk mati.
Itulah yang menyebabkan perempuan ini masih bisa tenang di hadapan sosok pendekar pedang Kensei Igarashi.
"Aku tanya sekali lagi, wanita lusuh. Apa kau yang menarik jiwaku keluar dari penjara menyebalkan itu?"
Sialan. Kaum Adam yang Arvani lihat ini membuatnya iri dengan kecantikan yang dimilikinya.
Rambut putih halus yang sedikit bergelombang di bagian bawah. Mata abu-abu sayu dengan bulu mata lentik yang seharunya dimiliki wanita bangsawan. Serta kulit putih bersih tanpa kerutan.
"Aku ... tidak tahu."
Arvani baru menyadari jika jarak pandangnya berkurang. Ia mencoba menyentuh mata kirinya yang terasa aneh dan dikejutkan dengan fakta bahwa mata kirinya telah hilang.
"Ah, mataku ilang?!" Entah pada siapa Arvani bertanya.
Kensei yang melihat itu pun langsung mengetahui kondisi di sekitar. Perempuan ini memiliki miracle untuk memanggil jiwa orang lain dengan bayaran salah satu organ tubuhnya.
Kensei tertawa kecil. "Yah, karena memiliki kemampuan yang berguna sepertinya aku akan mengijinkanmu untuk menjadi pelayanku, wanita lusuh."
"Hah?! Siapa juga yang mau jadi pelayanmu. Itu merepotkan, pergi sana!"
Karena efek kantuk, Arvani jadi berani mengucapkan apa yang ada di dalam kepalanya. Kensei memiringkan kepalanya sedikit. Heran dengan sifat perempuan yang tiba-tiba menjadi pemberani ini.
Apa dia takut karena kehilangan matanya. Itulah isi pikiran Kensei.
"Kau tahu, biasanya aku akan langsung membunuh seseorang yang mengatakan hal seperti itu padaku. Tapi mengingat kaulah yang sudah membebaskan ku maka aku akan memberikan ampunan untuk yang satu ini."
Tanpa suara langkah kaki, Kensei berjalan meninggalkan gua. Ia melirik sejenak pada Arvani.
"Jika kita bertemu lagi maka aku akan langsung memotong wajah jelekmu itu."
Setelah menunggu punggung Kensei tidak terlihat oleh matanya barulah Arvani bisa menghela nafas lega. Perempuan itu memandangi kedua tangannya yang masih gemetar ketakutan.
"Apa miracle milikku yang membawa pria menyeramkan itu kemari? Yah, aku tidak sempat mengikuti tes kepemilikan miracle sih."
Mengetahui kalau tak ada gunanya menyalahkan nasib, Arvani pun memutuskan untuk tidur lebih awal. Dia sangat lelah malam ini dan mungkin akan bangun ketika matahari mencapai titik tertingginya.
...
Kensei yang berjalan menjauh dari gua merasakan hawa keberadaan beberapa monster kelas rendah. Pria itu menyeringai.
"Pas sekali, aku sedang kesal malam ini."
Srak! Srak! Srak!
Segerombolan anjing besar dengan gigi tajam berlari melewati Kensei begitu saja. Hewan itu berlari menuju pemukiman terdekat untuk mencari mangsa.
Yang membuat Kensei heran adalah mengapa mereka seakan tidak dapat melihatnya. Hanya karena dia berwujud jiwa bukan berarti monster tak dapat merasakan keberadaannya.
"Jangan-jangan!"
Sesuai dugaannya, tubuh Kensei perlahan menghilang kembali. Panik, Kensei pun berlari mendekati gua tempat perempuan yang tadi memanggil dirinya.
"Ini pasti berhubungan dengan miracle milik wanita itu! Sial harusnya aku tidak pergi begitu saja. Orang-orang seperti dia pasti akan menggunakan cara licik untuk memanfaatkan diriku."
Pria itu pikir Arvani akan berdiri di depan gua sembari memasang senyuman licik, menunggu untuk membuat semacam perjanjian berat sebelah dengannya.
Akan tetapi, begitu sampai, yang menunggu Kensei hanyalah suara dengkuran nyenyak Arvani.
"Wanita ini— Apa dia serius?"
Sambil menahan untuk menebas leher wanita di hadapannya, Kensei memasuki gua dan mencoba membangunkan Arvani dengan cara menendang wajah perempuan itu pelan.
Dahi Arvani berkerut lalu berteriak.
"Berhenti menganggu tidurku!" Arvani membalikkan badannya dan saat itu juga tubuh Kensei menghilang tiba-tiba.
...
Negeri Matahari Terbit. Tahun 2445.
Kekacauan terjadi di sebuah laboratorium bawah tanah milik pemerintah. Mereka kehilangan sumber energi yang selama ini digunakan untuk menyalakan pelindung yang melindungi ibu kota negara.
Di mana sumber energi tersebut adalah jiwa Kensei Igarashi yang dikurung dalam cermin ajaib. Akibatnya beberapa monster terbang mulai mengincar ibu kota. Lebih tepatnya telur naga yang kini dijadikan sebagai hiasan pada monumen kebangkitan di tengah kota.
Para pemilik miracle yang berjaga di dinding pun harus bergerak cepat menyiapkan pertahanan untuk menangkap para monster terbang.
Sementara itu para petinggi di sana mulai berdebat, haruskah mereka mencari jiwa Kensei yang hilang entah kemana, atau mencari alternatif yang lain.
Pada akhirnya pihak pemerintah menggunakan kristal energi dari tubuh-tubuh monster milik negara untuk sementara dan memerintahkan suatu pasukan khusus untuk melacak serta membawa kembali jiwa Kensei Igarashi.
Keesokan harinya, tepat ketika matahari berada di titik tertingginya, Arvani bangun.
Perempuan itu memeriksa mata kirinya dan menemukan jika organ tersebut masih ada di tempatnya.
"Apa kejadian tadi malam itu cuma mimpi?"
'Tidak. Aku masih ada di sini wanita.'
"Kenapa kau ada di dalam tubuhku? Bukannya kemarin sudah pergi?!" Arvani kembali panik begitu mendengar suara Kensei dari dalam kepalanya.
'Aku juga maunya begitu tapi tidak bisa karena efek miraclemu. Coba pergilah ke tempat pemindaian miracle terdekat dan pelajari lebih dalam tentang kekuatanmu ini agar aku bisa pergi.'
Arvani terdiam. Mata hitamnya melirik ke arah kotak kayu tempat uang makannya disimpan.
"Gak bisa."
'Kenapa tidak?' Kensei terdengar sedang menahan rasa jengkel.
"Karena aku miskin."