Hari-hari telah berlalu begitu cepat kami sudah menghabiskan harinya untuk latihan dan mempersiapkan yang terbaik untuk semua orang, dua hari lagi kita akan tampil dimana semua orang akan menantikannya.
Saat aku berjalan menuju sekolah aku tak sengaja bertemu dengan Lila di jalan kami berjalan bersama dengan Lila menuju sekolah.
Dia Berteriak sambil berlari ke arah ku "Selamat pagi Takeru."
"Ah...Lila, pagi juga."
"Heh kamu tahu ga? Aku deg-degan banget tau."
"Deg-degan kenapa?"
"Dua hari lagi kita akan tampil...aku belum siap."
"Oalah kirain kenapa."
Lila gelisah sambil memegang tangannya sendiri "Ini pertama kali nya bagi ku tampil di teater sekolah."
"Bawa santai saja tidak perlu tegang."
[Sesampainya di kelas]
Lila : "Pagi semuanya."
Sophia : "Pagi juga."
Akira (Dengan nada yang sedikit penasaran) : "Kalian Datang bersama?"
Lila : "Tidak, kebetulan tadi aku bertemunya di depan, jadi aku memutuskan untuk ke kelas bersama."
Akira : "Ouh.....gitu...."
Lila : "Kenapa?"
Akira (sambil tersenyum kecil) : "Ah....ti-tidak ada apa-apa kok."
Akira : "Bagaimana dengan properti kita? Semuanya aman kan?"
Lila : "Aman-aman, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan baik."
Yui : "Bagus, aku tidak mau saat kita tampil semuanya berantakan."
Dua hari berlalu, ini waktunya para murid bersiap untuk tampil memamerkan hasil dari latihan mereka selama ini. Semua murid sedang bersiap-siap di belakang teater untuk penampilan mereka.
"Baik anak-anak kita akan tampil seperti yang kita janjikan Minggu lalu, ibu harap kalian sudah berlatih penuh, semoga semuanya lancar, permisi"
Ucap seluruh peserta murid dengan nada yang bersemangat "BAIIIK!!!!...."
Sophia : "Bagaimana? kalian semua sudah siap?"
Takeru : "Siap ga siap kita harus bisa."
Yui (dengan nada yang malas) : "Yah.....kau benar"
Takeru : "Baik.....kita semua pasti bisa, semangat semuanya"
Yui, Akane, Sophia, Lila, dan Akira (bersorak semangat) : "SEMANGAT....!!!!"
Peserta demi Peserta telah tampil dengan baik, semua peserta sudah selesai ini saatnya giliran kita untuk tampil. Kami berjalan bersama menuju teater mempersiapkan diri kita untuk memulai penampilan kita.
Adegan demi adegan kami lakukan dengan mulus dan sampai lah di ujung cerita, dimana sang samurai memilih pendamping hidupnya.
Akira (berjalan dengan tangan di pinggang): "Kau keren juga Takeru. Tapi jangan pikir aku jatuh cinta hanya karena itu, ya!"
Lila (menepuk punggungnya dengan ceria): "Takeru, kamu bikin jantungku deg-degan tadi! Kayak malaikat yang jatuh dari langit~"
Sophia (menyisir rambutnya dengan anggun): "Aku sudah tahu dari awal kamu istimewa. Tapi hari ini... kamu membuktikannya pada semua orang."
Yui (menoleh ke samping, wajah merah): "I-Itu hanya perasaanku saja!!! Tapi... kamu sedikit... lumayan... b-bodoh."
Akane (berdiri agak jauh, memegang kotak bento yang ia buat): "T-Takeru... Aku tahu aku bukan seperti mereka yang bisa berbicara dengan mudah... Tapi aku... aku selalu mendoakanmu dari belakang."
Aku memandangi mereka semua, lalu melangkah pelan ke arah Akane yang gugup menunduk.
Takeru (suara lembut): "Akane... Aku melihatmu. Selalu. Di Saat aku lelah, kamu menyelipkan teh hangat. Saat aku bingung, kamu tersenyum diam-diam dari jauh."
Akane memegang erat kotak bentonya, tangannya sedikit gemetar.
Akane: "Aku... Aku tidak pernah berharap kamu akan memilihku. Aku hanya ingin kamu bahagia..."
Takeru (tersenyum, mengambil bento dan tangannya): "Kamu adalah rumah untukku, Akane. Saat dunia terlalu ribut, kamu diam... tapi kamu ada. Dan itu cukup untuk membuatku jatuh cinta."
Akane menatapnya dengan mata berkaca-kaca, lalu Takeru mendekat dan memeluknya lembut. Kelopak sakura beterbangan meski bukan musimnya — entah karena angin, atau karena cinta.
Takeru (berbisik): "Kita tidak perlu bicara banyak... cukup saling tahu bahwa hati ini... milikmu."
Di kejauhan, keempat gadis lain menatap mereka dengan senyum tipis. Sedikit kecewa, tapi ikhlas.
Sophia: "Sepertinya, hati Takeru memang telah memilih sejak lama..."
Lila : "kau benar."
Tirai menutup secara perlahan semua penonton bersorak dan bertepuk tangan merayakan penampilan kita.
[Lokasi: Lapangan belakang sekolah.]
Lila (sambil merenggangkan badannya) : "Akhirnya selesai juga."
Yui (sambil menghela nafas) : "Sungguh melelahkan."
Akane (agak gugup) : "Y-ya....kau b-benar."
Yui : "Kenapa kau terlihat gugup seperti itu?"
Akane : "M-maksudmu?"
Yui (sambil menghela nafasnya dengan nada yang sedikit cemburu) : "Hah....pasti kau senangkan bisa di peluk dia kan?"
Akane (terkejut atas pertanyaan yang di lontarkan Yui) : M-mana a-adaa.... mungkin hanya pe-perasaan mu saja"
Yui : "ya....terserah sajah"
Sophia : "Atau jangan-jangan kamu yang cemburu ya"
Yui (dengan nada yang sedikit kesal, menyilangkan kedua tangannya di dada sambil memalingkan wajahnya yang memerah) : "Hah!!....mana mungkin aku cemburu hanya hal itu hmph..."
Akira (sambil membawakan minuman untuk mencairkan suasana) : "Sudahlah tuh....yang penting kita berhasil melakukan yang terbaik"
Takeru (sambil membawakan makanan yang Akira pesan) : "Untuk sekarang ayo kita nikmati ini bersama..."
Akira, Sophia, Lila, dan Akane (bersorak gembira) :"AYO!!!!!!....."
Kami merayakan keberhasilan kita atas penampilan yang penuh semangat dan gembira, kami juga menghabiskan waktu bersama di lapang belakang sekolah.
Keesokan harinya di jalan menuju sekolah aku bertemu Lila seperti biasanya.
"Selamat pagi Takeru."
"Pagi juga."
"Bagaimana kabar mu?"
"Baik, bagaimana dengan mu juga?"
Lila memberikan sedikit senyuman ke arah ku "Baik juga, ngomong-ngomong liburan musim panas ini kita akan kemana?"
"Ntah, aku masih belum menentukannya."
Lila dengan ekspresi yang gembira "Hmmm.... bagaimana kalau kita pergi ke kolam renang?"
"Aku tidak keberatan."
dengan nada yang senang sambil memainkan tangannya "Bagus nanti kita pergi bersama-sama."
"Oke."
[Sesampainya di dalam kelas.]
Lila : "Pagi semuanya, sedang apa kalian?"
Sophia : "Oh...Lila, kita memutuskan untuk pergi ke pantai musim panas tahun ini."
Lila (sedikit rasa kecewa) : "Oh....gitu ya."
Yui : "Gimanaa kamu ikut kagak?"
Lila : "I-iya aku ikut kok."
Sophia : "Kita ajak Takeru juga pasti dia mau."
Akane : "Takeru, kamu...Mau i-ikut kan bersama kami kepantai?"
Takeru : "kapan?"
Sophia : "Musim panas tahun ini, gimana mau ikut?"
Takeru : "Aku tidak keberatan."
Sophia : "Bagus berarti kita sudah sepakat untuk pergi ke pantai."
Jam istirahat pun tiba, saat jam istirahat aku melihat Lila berjalan keluar kelas dengan wajah yang murung aku mengikutinya dari belakang dan ia menuju atap sekolah.
Aku berjalan menghampiri Lila yang ada di atap sekolah "Apa yang sedang kau lakukan disini?"
"Oh Takeru.....tidak ada"
"Apa kau kecewa tidak bisa pergi kolam renang?"
"Sepertinya" berbicara pelan nyaris tidak terdengar
"Apa?"
"Tidak...Lupakan saja, lagi pula kita akan kepantai kan?"
"Iya sih tapi serius kamu tidak apa-apa?"
"Tidak usah khawatir, asalkan bersama mu itu sudah cukup untuk ku."
"maksudmu?" dengan nada yang bingung.
Dengan nada panik "Eh....M-maksudku kalau bersama-sama pasti lebih seru..."
"Pasti.....Itu akan seru."
"kau benar."
"Ayo kita kembali ke kelas, yang lain sepertinya sudah menunggu."
"Iya....Ayo." Dengan memberikan senyuman yang hangat.
Kita berjalan bersama menuju ke kelas bersama. Sesampainya di kelas.
Yui (dengan nada yang penasaran) : "Habis dari mana kalian berdua?"
Sophia : "Kami mencari kalian berdua."
Lila : "Maaf aku habis dari kantin, a-ada apa ya?"
Sophia : "Aku ingin mengajakmu untuk membeli pakaian bersama, kamu mau ikut bersama kami?"
Lila : "Iya aku ikut."
Yui (berjalan menghampiri diriku) : "Apa yang habis kalian berdua lakukan?"
Takeru : "Hah? Tidak ada yang aku lakukan sama sekali."
Yui : "Akhir-akhir ini kalian berdua terlihat dekat? Apa terjadi sesuatu?"
Takeru : "Sudah ku bilang aku tidak melakukan apa-apa."
Yui : "Begitu ya."
Takeru : "Kenapa?"
Yui (dengan sikap acuh tak acuh) : "Tidak."
Semenjak hari itu aku melihat sifat Lila dan Yui agak aneh, ntah apa yang ada di pikiran mereka...Aku rasa...Mereka memiliki sesuatu yang tak bisa mereka ungkapkan.
keesokan harinya aku berangkat seperti biasanya tapi anehnya aku tidak bertemu dengan Lila seperti biasanya tetapi aku tidak terlalu memikirkan, aku pun melanjutkan perjalanan ku menuju ke sekolah.
Saat aku sampai di sekolah aku bertemu dengan Akira di koridor sekolah aku pun berlari menghampiri dirinya.
"Selamat pagi Akira..."
"Oh Takeru....Pagi juga"
"Ngomong-ngomong aku jadi teringat saat aku bertemu denganmu pertama kali di sini"
"Iya....Kau benar....Kita pernah bertemu disini dan menyambut dirimu, disitu kamu terlihat lucu" Sambil memberikan senyuman yang manis.
Dengan perasaan yang malu "Eee....Gimana ya...Disitu aku masih grogi dan bingung harus berbuat apa."
"Tapi sekarang kamu sudah terbiasa kan?"
"Sepertinya..."
[Sesampainya di kelas]
Akira : "Pagi semuanya..."
Sophia : "Pagi juga."
Yui : "Tumben banget kalian datang bareng biasanya bersama Lila."
Takeru : "Ntah biasanya dia datang jam segini tapi aku tidak bertemunya di jalan"
Lila : "Halo selamat pagi semuanya..."
Akane : "Itu dia."
Lila (dengan perasaan bingung) : "Ada apa?"
Sophia : "Biasanya kamu selalu bersama Takeru tapi hari ini Takeru tidak dengan mu, ada apa?"
Lila : "Oh itu...Hehehe tadi aku mampir dulu ke supermarket jadi aku tidak bertemu dengan Takeru tadi."
Sophia : "Oh..jadi gitu."
Takeru : "Bukannya kalian satu rumah? Tapi...Kok kalian berangkatnya tidak bersamaan?"
Akira : "Soal itu...Kami dari dulu emang gitu."
Sophia : "Kami berangkatnya sesuai keinginan kita sendiri."
Takeru : "Oh....Jadi gitu...."
Lila : "Soalnya Yui kalo mandi lama banget hahahaha."
Yui (dengan kesal) : "Apa-apaan maksudmu itu!!!"
Lila : "Ngga kok aku cuman bercanda."
Yui : "cih..."
Jam pelajaran dimulai tidak ada hal apapun yang terjadi selama pelajaran berlangsung, tibanya waktu istirahat.
Saat jam istirahat tiba, suasana di kelas sedikit lebih tenang. Beberapa siswa pergi ke kantin, sisanya duduk santai di bangku mereka. Aku hendak berdiri dari kursi, saat Akira mendekatiku sambil membawa dua kotak jus kaleng.
"Minum?" tawarnya sambil menyodorkan satu ke arahku.
"Wah, makasih. Kamu nggak beli makanan?" tanyaku sambil menerimanya.
"Lagi nggak terlalu lapar sih," jawabnya sambil duduk di bangku sebelahku. "Takeru... soal Akane kemarin, di akhir pertunjukan itu..." Ia menatap lurus ke depan.
Aku diam sejenak, mencoba memilih kata yang tepat.
"Itu... bagian dari skenario," jawabku pelan.
Akira hanya tertawa kecil. "Hah, kamu pikir aku bakal percaya itu?"
Aku menatapnya dengan bingung.
"Tatapan kalian... Itu bukan akting, Takeru. Aku mungkin bukan Akane yang diam-diam mengamati dari jauh, tapi aku juga bukan orang yang nggak peka."
"Aku... Aku juga bingung sekarang, Akira," ucapku jujur.
Ia menoleh, dan untuk pertama kalinya aku melihat tatapannya sedikit redup.
"Kalau suatu saat kamu merasa ingin jujur, aku akan tetap di sini. Tapi jangan gantung perasaan siapa pun terlalu lama, ya?" katanya pelan, lalu berdiri dan meninggalkanku yang terdiam.
Belum sempat aku berpikir lebih jauh, Yui berjalan dari arah belakang dan memanggil namaku.
"Oi, Takeru. Sini sebentar," katanya sambil berjalan ke luar kelas.
Aku mengikutinya ke lorong samping kelas. Ia bersandar ke dinding, menatap langit dari jendela terbuka.
"Lila aneh hari ini, ya?" katanya tiba-tiba.
"Eh? Maksudmu?"
"Pagi tadi dia nggak menunggumu, terus pas ditanya-tanya... dia kayak nutupin sesuatu."
Aku hanya diam, memikirkan ucapan Yui.
"Dan kamu juga... kamu terlalu gampang dekat sama siapa pun."
Aku menoleh. "Aku nggak berniat membuat siapa pun salah paham."
Yui menghembuskan napas panjang. "Itulah masalahnya. Kamu nggak sadar, tapi kamu udah membuat semuanya rumit."
Dia berbalik, melangkah menjauh, tapi berhenti sejenak.
"Takeru... kalau kamu terus kayak gini, nanti ada yang benar-benar terluka."
Setelah dia pergi, aku berdiri cukup lama di lorong itu. Kata-katanya seperti angin dingin yang menampar pikiranku. Aku sadar... aku tidak bisa terus menganggap semua ini hanya permainan biasa.
Sepulang sekolah, aku berjalan di taman belakang sekolah sendirian. Aku butuh waktu untuk merenung. Namun langkah kakiku terhenti ketika aku mendengar suara musik lembut dari gazebo kecil dekat kolam ikan.
Suara petikan gitar.
Lila duduk di sana, mengenakan headphone hanya di satu telinga, sementara tangan kirinya menekan senar dan tangan kanan memetik pelan. Matanya tertutup, seakan sedang larut dalam melodi.
Aku duduk diam di ujung bangku.
Lila membuka mata, lalu tersenyum kecil.
"Dengar-dengar, kamu jadi selebritas ya sekarang," candanya.
Aku tertawa lemah. "Kalau bisa, aku malah pengen ngilang dari panggung."
Lila meletakkan gitarnya, menatapku.
"Kemarin... waktu kamu memilih Akane, aku senang untuknya. Tapi..." ucapnya sambil menunduk, "...aku nggak bisa bohong kalau aku merasa sedikit... kecewa."
Aku terkejut. Lila biasanya selalu ceria. Tapi saat ini, wajahnya terlihat berbeda. Lebih jujur, lebih rapuh.
"Maaf..." ucapku lirih.
"Jangan minta maaf," katanya cepat. "Perasaan itu bukan salahmu. Cuma... mulai sekarang, aku pengen jujur sama diriku sendiri. Meskipun aku tahu aku bisa kalah."
Aku menatapnya, dan untuk sesaat... waktu seperti berhenti.
Malam harinya, aku duduk di meja belajar di kamarku, menatap foto kita bersama saat latihan teater. Lima wajah... lima senyum yang berbeda... dan satu perasaan yang mulai menyesakkan.
Dan aku sendiri belum yakin... apakah aku sudah siap menghadapi semua ini.