Cherreads

Chapter 19 - Teka teki masa lalu

Di atas sofa lebar berbulu lembut, Yoona tertidur pulas meluruskan badannya, entah mengapa matanya tiba-tiba berat dan dia minta izin untuk tidur sejenak.

Sraakk...

"Sst... Jangan berisik, aku mendengar suara dari semak-semak!" dua anak mengendap mendekati belukar itu secara perlahan sembari mengangkat tangan siap menyergap.

"Tangkap itu Elea!"

"Hap!" seekor induk kelinci tertangkap karna tak sempat melarikan diri, dan dua anak itu tertawa puas membawa kelinci pulang sudah membayangkan betapa enaknya jika di jadikan daging panggang.

Ini negri Estoria, negri di mana semua makhluk hidup tinggal dengan damai, sampai dua anak itu telah tumbuh remaja. Mereka tetep selalu pergi ke hutan untuk berburu, Elea dan Ester.

"Hari ini kita berpencar saja, siapa tahu bisa dapat hewan buruan lebih banyak." Ester mengangguk menyetujui, kemudian mereka berpisah pergi ke arah yang berlawanan.

Hiat...

"Jangan kau kira aku akan mengalah!"

"Banyak bicara!"

Elea berjalan mendekat karna mendengar suara keributan yang tak jauh dari tempatnya berada.

Elea terkesiap melihat apa yang sedang terjadi, seorang bertaring dengan kulit pucat sedang bertarung dengan anak yang di tutupi bulu abu tipis di wajahnya dengan cakar yang tajam.

"Krak.." sebuah ranting patah terinjak oleh Elea membuat dua makhluk itu segera menyadari keberadaannya,

"M-ma..maafkan aku..." Elea langsung berlari sekuat tenaga pergi dari sana, terdengar teriakan dua anak itu yang terus memanggil, tapi Elea tak menghiraukan terlalu takut untuk menengok kebelakang.

Larinya tergopoh memeluk kelinci yang tadi sempat di tangkapnya, ia hanya ingin segera kembali ke desa, suara teriakan itu terhenti saat ia sudah keluar dari hutan, tapi ia tetap bisa merasakan dua anak itu terus memandanginya dari kegelapan.

"Kenapa lari..."

Yoona... bangun lah!

Terasa berat, matanya masih terasa berat sungguh aneh karna ia merasa benar-benar mengantuk seperti manusia, makhluk sepertinya tidur hanya untuk istirahat mata saja, jarang sekali bisa terlelap parah apalagi sampai bermimpi, akhir-akhir ini ia terlalu sering bermimpi.

"Aih... Kau mimpi lagi, kali ini mimpi apa? akhir-akhir ini kau terlalu sering bicara dalam tidur!" Luna duduk di sebelahnya setelah membangunkannya dan memakan apel yang ada di meja, Yoona terlihat berpikir dan mengingat-ingat ia memang benar tadi bermimpi.

"Mimpi ya, aku juga tidak ingat mimpi apa, memang aku bicara apa dalam tidur!"

"Jangan dekati mereka!" "Kau ucapkan itu sampai tiga kali!" terasa aneh, dia sama sekali tidak bisa mengingat mimpinya barusan, kepalanya jadi sakit jika berusaha mengingat. Yoona melihat ke arah Andrew dan Nataly, dalam benaknya mulai penasaran, siapa pemilik darah bangsawan suci yang mereka maksud, apakah ia pernah bertemu dengannya sebelumnya? atau mungkin ia punya jawaban atas mimpi-mimpi anehnya akhir-akhir ini.

Andrew melihat ke arah Yoona yang sedang menatapnya kemudian tersenyum manis, sembari sekilas bibirnya berkata pelan, "Kau harus semangat...."

Gadis itu mengalihkan pandangannya enggan kembali menatap Andrew, entah mengapa ia mulai merasa curiga dan tidak yakin terhadap Andrew, dan jika benar Andrew mempunyai rencana jahat pada mereka, ia hanya berharap Andrew dan Nataly tidak punya niat terselubung pada mereka, sekarang mereka tidak bisa mundur, memberi tahu pada yang lainnya pun sepertinya akan percuma, ia hanya akan diam sembari mengamati Andrew dan Nataly diam-diam.

Sudah 6 jam Liza belum juga muncul, mereka menunggu dengan cemas khawatir sesuatu terjadi kepadanya, mereka ingin mencari Liza, namu mereka tidak mampu, entah mengapa kekuatan mereka menjadi sangat melemah disini, bahkan Suzy ingin mengeluarkan cahaya dari tangannya pun hanya cahaya sebesar biji jagung yang keluar.

Sebuah pintu tiba-tiba muncul dari sebuah tembok dan knop pintu terbuka memunculkan Liza yang keluar dengan tergopoh dari dalam sana. "Liza, kau baik-baik saja!" semua langsung berdiri saat melihatnya keluar, Suzy berlari menghampirinya dan membantunya untuk bangkit. "Sudah... sudah selesai! Aku berhasil...." Liza berdiri dengan nafas yang tersengal, ia mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya kemudian bersiap untuk memaki.

"PERI KEPARAT... BERANINYA MELAKUKAN INI PADAKU!" Liza berteriak marah karna harus berlari menuju pintu yang di buat jauh menghindari lahar panas yang mendidih dan akan meluap.

"SELAMAT... KALIAN BERHASIL MELEWATI SEMUA PERMAINAN, HADIAH AKAN SEGERA DI BERIKAN DAN KALIAN DI PERBOLEHKAN MEMBUAT PILIHAN!" hanya terdengar suara tapi entah dimana peri kecil itu, mereka semua mendongak melihat ke sekeliling menerka-nerka darimana pusat suara itu berasal.

"KALIAN DI PERBOLEHKAN MENGINAP DISINI ATAU MEMILIH LANGSUNG MELANJUTKAN PERJALANAN HARI INI!" semua langsung berguman jika ingin langsung pergi, mereka takut harus ikut permainan lainnya lagi jika terlalu lama berada disini.

"Kami ingin langsung pergi hari ini, sudah lewat 8 hari, sisa waktu kami hanya tinggal 22 hari lagi, kami tidak punya banyak waktu!" Suzy menimpal mewakili yang lainnya, peri itu langsung tertawa namun dengan nada seolah kecewa.

"Fufufu... Sayang sekali, padahal aku suka kalian berada di sini, baiklah!" ruangan tiba-tiba menjadi gelap dan mereka semua serempak menghilang dari sana.

More Chapters